7. Hukuman

1660 Kata
Malam ini Alice baru saja selesai membersihkan gudang yang berada di belakang halaman Paviliun putih. Gudang ini sangat kotor dan banyak sekali kardus berisi barang-barang yang sudah tidak terpakai, selain itu disini juga banyak senapan yang rusak milik Yakuza Himawari. Alice tidak mungkin membawa barang-barang itu keluar jadi Alice hanya bisa merapikannya semua di pojok dengan bertumpuk-tumpuk. Alice melihat lantai kayu yang sudah dia bersihkan, rasanya malam ini dia sangat lelah, tetapi disini tidak ada ranjang empuk yang bisa dia tiduri. Alice membuka koper kecilnya, dia ingat kemarin dia membawa selimut. Alice pun mengeluarkan selimutnya dan membentangkannya di atas lantai kayu. Untuk bantalan kepalanya Alice menggunakan lima tumpuk pakaiannya. “Sepertinya ini cukup nyaman untuk tidurku malam ini” ucap Alice menghembuskan nafasnya pasrah. Alice pun membaringkan tubuhnya di atas selimut bewarna coklat dalam sekejap matanya langsung terpejam. Alice sepertinya lupa mengunci pintu gudang yang kini menjadi kamarnya. Di dalam Pavilun putih Arick terlihat sedang menatap laptopnya. Wajah Arick terlihat begitu tegang karena dua truk yang berisi senjata milik Yakuza Himawari tertahan di perbatasan Tiongkok. Kalau sampai senjata-senjata selundupannya ketahuan oleh Pemerintah Tiongkok bisa dipastikan dia akan berada di dalam masalah. Arick mengambil ponselnya dan menghubungi Yuqi. “Yuqi cepat datang ke ruanganku!” titah Arick. “”Baik Tuan” Tak butuh waktu lama Yuqi datang ke pavilion putih menemui Arick. “Kenapa dua truck kita bisa tertahan di perbatasan? Apa kamu tidak sampaikan kepada mereka untuk mengambil jalur utara!” ucap Arick serius. “Tuan, jalur utara sedang ada pemerikasaan. Para supir tidak berani mengambil resiko” ucap Yuqi. “Pemeriksaan” ucap Arick bingung. Yuqi menganggukkan kepalanya. “Ini pasti ada yang tidak beres. Cepat kamu hubungi supir kita sekarang dan tanyakan situasi di perbatasan” ucap Arick serius. “Baik Tuan” Yuqi pun keluar dari Pavilun dan menghubungi supir truk. Sementara Arick mengambil Jacket kulit bewarna hitam miliknya. Arick harus ke perbatasan malam ini juga. Arick harus menahan truk mereka sebelum diperiksa. “Tuan, supir kita sudah ditahan. Polisi Tiongkok sudah menemukan senjata milik kita” ucap Yuqi. “Arrghhh” teriak Arick kesal. “Hubungi Xionan dan minta dia mengurus semua ini” ucap Arick. “Baik Tuan” ucap Yuqi. “Tuan bagaimana dengan kedua supir kita yang tertangkap?” tanya Yuqi. “Biarkan saja dulu” jawab Arick. “Yuqi dimana senjata yang kemarin dikembalikan Mr Yoshi?” tanya Arick. “Ada di dalam gudang Tuan. Saya dan yang lain sudah memeriknya, semua senjata itu tidak berfungsi dengan baik” jawab Yuqi. “Kita harus membawa semua senjata kembali ke pabrik. Aku yakin semua senjata ini sudah ditukar” ucap Arick. “Ditukar, Bagaimana bisa di tukar. Yang mengambil semua senjata itu Mr Yoshi sendiri dan anak buahnya” ucap Yuqi bingung. “Ini semua permainan Momo Gumi. Sudahlah lebih baik kita bawa semua senjata itu ke pabrik malam ini” ucap Yuqi. Arick dan Yuqi pun melangkah keluar dari Paviliun putih dan menuju gudang tempat dimana Alice sedang tidur. Saat Arick baru saja memegang handle pintu dia sedikit terkejut karena pintu itu langsung terbuka. “Kau tidak mengunci gudang ini?” tanya Arick dengan wajah sedikit marah dan melanjutkan langkahnya masuk. “Tuan, se-“ belum sempat Yuqi melanjutkan ucapannya Arick sudah lebih dulu bertanya dan terkejut saat melihat Alice yang tertidur pulas dilantai. “Siapa dia? Kenapa bisa ada disini?” tanya Arick dengan tidak suka. “Tuan dia pelayan yang tadi Tuan tempatkan disini” jawab Arick. Arick hanya melihat sekilas dan membuang nafasnya berat, ketika dia mengingat bagaimana siang tadi tatapannya terhadap Alice yang dipenuhi kecurigaan. Tanpa mempedulikan Alice yang tertidur Arick dan Yuqi menurunkan kembali tumpukan yang sudah Alice rapikan. Kardus-kardus yang sudah tersusun rapi kini kembali berantakaan karena Arick dan Yuqi yang mencari kotak kayu mereka yang berisi senjata yang tidak juga mereka temukan. “Tuan sepertinya kotak itu ada dipojok samping Alice” ucap Yuqi melihat kotak kayu bewarna coklat. Arick melihat ke samping pintu disana ada ember berisi air bekas Alice membersihkan lantai. Arick menjentikkan jarinya ke arah ember bewarna biru itu ketika kumpulan air kotor itu terangkat ke udara membentuk lingkaran, jari telunjuknya Arick gerakkan ke arah Alice. Dan ketika hanya dengan Arick menurunkan jarinya bola air kotor itu langsung jatuh mengguyur tubuh Alice. Byuuur “Auuuw” jerit Alice terkejut ketika merasakan air membasahi tubuhnya. Alice pun terbangun dan duduk dengan terkejut ketika melihat dirinya sudah basah kuyup. Alice membasuh wajahnya yang basah dengan tangannya. Lalu dia baru menyadari di hadapannya ada Arick dan Yuqi. “TUAN KENAPA ANDA MELAKUKAN INI PADA SAYA!” ucap Alice tidak suka dengan nada marah. “Yuqi, suruh pelayan itu menyingkir dari sana” ucap Arick kepada Yuqi dan mengabaikan Alice. “Baik Tuan” ucap Yuqi menganggukan kepalanya. Alice kesal sekali kepada Arick majikan barunya ini. Alice pun lupa saat ini dia harus menjadi pelayan yang baik agar penyamarannya tidak ketahuan. Alice berdiri dan melangkah menuju Arick yang berdiri di depannya. Karena air yang tadi mengguyur tubuh dan membasahi lantai itu adalah air sabun, kaki Alice pun tergelincir dan jatuh kedepan menimpa Arick yang berdiri. “Auuuuuw” teriak Alice. Bruuuuk Yuqi hanya terdiam dan terkejut menatap Alice yang terjatuh menimpa Arick. Tanpa Alice sadari manik abu-abu matanya kini kembali bertatapan dengan manik biru milik Arick. Lima detik kedua manik mereka bertatapan, sampai Arick yang menyadari posisinya ini pun mendorong Alice. “Jauhkan tubuh kotormu!” ucap Arick tidak suka. “Ma-maaf” cicit Alice merasa bersalah dan langsung bangun. Alice berdiri dan menunduk sedangkan Arick menatap Alice tidak suka. Apalagi kini bajunya sedikit basah karena tertindih Alice tadi. “Yuqi selesaikan cepat pekerjaanmu, aku akan mengganti bajuku” ucap Arick dingin dan berlalu pergi. “Hei” ucap Alice memanggil Arick. “Ssssst” ucap Yuqi yang langsung menutup mulut Alice dengan tangannya. Alice yang kesal dengan sengaja menggigit tangan Yuqi hingga Yuqi menjerit. “Auuuw” “Alice, gigimu tajam sekali” ucap Yuqi melepaskan tangannya dari mulut Alice. “Rasakan, itu balasan karena kamu dan Tuanmu tadi dengan sengaja mengguyurku dengan air kotor” ucap Alice ketus. “Hei tapi bukan aku yang melakukannya” ucap Yuqi. “Masa bodoh” ucap Alice pergi meninggalkan Yuqi. Alice mengambil baju gantinya dan handuknya lalu dia pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Sungguh sial sekali dia hari ini. Sampai tidur saja dia tidak bisa merasakan kenyamanan. Alice melangkah dengan sangat kesal sekali, selama dia tinggal di Momo Gumi, tidak ada yang sejahat ini kepadanya. Alice terus melangkah menuju kamar mandi yang berada di belakang Paviliun. Alice membuka pintu ruangan itu. Alice melangkah dan menggantungkan handuk lalu pakaiannya. Baru saja Alice ingin berbelok menuju shower, Alice kembali berteriak. “Aaaaaaa” teriak Alice menutup wajah dengan kedua tangannya. “KELUAR!” bentak Arick yang berada di dalam ruangan yang hanya dibatasi oleh tembok kaca. Alice pun berbalik dan berlari keluar dari kamar mandi. Dia membungkuk dan menetralkan nafasnya yang tersengal-sengal sangat terkejut sekali. Dia tidak tahu kalau ada Arick di dalam sana sedang mandi. “Ada apa Alice?” tanya Yuqi yang baru saja berlari menghampirinya. Ceklek “Pelayan tidak tahu diri!” bentak Arick yang baru keluar dari kamar mandi. “Kenapa Tuan memarahiku? Itu salah Tuan sendiri yang tidak mengunci pintunya” ucap Alice tidak terima. “Alice” ucap Yuqi memperingatkan. “Diamlah kau Yuqi” ucap Alice ketus kepada Yuqi. “Sebenarnya apa salah saya? Tadi siang Tuan yang menempatkan saya digudang. Saya sudah membersihkan gudang, lalu Tuan dan Yuqi membuatnya berantakan kembali dan Tuan dengan sengaja menyiram saya dengan air kotor, harusnya Tuan yang meminta maaf kepada saya” ucap Alice dengan berani. Yuqi yang mendengarnya menatap Alice tidak percaya karena begitu berani berbicara seperti itu kepada Tuan mereka. Selama ini tidak ada yang berani memarahi Arick apalagi kalau statusnya pelayan. Sama seperti Yuqi, Arick saja tidak percaya dengan pelayan wanita dihadapannya ini yang begitu berani terhadapnya. Arick pun merasa tidak terima mempunyai pelayan yang tidak menghormati Tuannya. Baginya Alice terlalu berani melawannya. Menyesal Arick meloloskannya menjadi pelayan disini. “Ingat, statusmu disini Cuma seorang pelayan. Kamu tahu apa artinya itu?” ucap Arick dengan nada dingin menatap Arick. “Kamu hanyalah b***k disini yang tidak ada nilainya” desis Arick dingin. “Yuqi, bawa dia ke ruang hukuman. Biar dia tahu akibatnya sudah berani melawanku” ucap Arick kepada Yuqi lalu pergi masuk ke dalam Paviliunnya. “Baik Tuan” ucap Yuqi. Yuqi pun langsung mengikat kedua tangan Alice dan mambawanya pergi meninggalkan Paviliun. Sementara itu Alice hanya terdiam. Entah kenapa melihat tatapan dingin Arick padanya, Alice seakan tertusuk dan tak bisa berbuat apa-apa. “Kau ini baru saja tinggal disini sudah membuat masalah” ucap Yuqi kepada Alice. Dan Alice hanya terdiam mengikuti langkah Yuqi. “Sebenarnya Tuan Arick tidak pernah kejam kepada para pelayan disini. Tetapi baru kali ini melihat dia sangat marah kepada pelayan” ucap Yuqi lagi dan lagi-lagi Alice hanya terdiam. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan sampai membuatnya begitu marah?” tanya Yuqi kepada Alice dan lagi-lagi Alice hanya terdiam. Merasa taka da jawaban dari Alice Yuqi pun berhenti dan berbalik menatap Alice yang tertunduk. “Kenapa kau diam saja Alice?” tanya Yuqi. “Jalankan saja tugasmu” ucap Alice datar. Yuqi hanya menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan langkahnya. Bagi Yuqi Alice memang sedikit berbeda dari para pelayan disini. Sampailah mereka di sebuah pintu kayu besar yang di jaga dua orang berpakaian serba putih. Dua orang itu membukakan pintu agar Yuqi dan Alice bisa masuk ke dalam sana. Yuqi dan Alice melangkah di jalan setapak dengan penerangan obor di setiap pinggir tembok. Lalu mereka menuruni tangga kecil dan terus berbelok hingga sampai di sebuah danau kecil. “Perhatikan langkahmu” intuksi Yuqi yang kali ini melewati jembatan kayu. Kini Yuqi membuka pintu batu dan meminta Alice untuk masuk ke dalam sana. Setelah Alice masuk tanpa berkata-kata Yuqi kembali menutup pintu itu dan pergi meninggalkan Alice sendirian disana.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN