BULAN YANG KEMBALI

1100 Kata
Aku masih tak mengerti dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Bulan. Apa maksud dia ? "Aku mencintai kamu Moondy ! Sangat mencintai kamu !" Ucap Bulan sambil menjatuhkan dirinya di sofa. "Aku mencoba menjadi Pelangi meskipun itu sulit. Dan aku tak mampu terus-terusan bertahan." Lanjutnya. "Aku tau, pengorbananku tak seperti yang Pelangi lakukan untukmu. Tapi aku juga ingin kamu menghargaiku !" Kali ini dia berteriak sambil menunjukku penuh emosi. "Aku rasa aku perlu membawamu kembali ke rumah sakit jiwa!" Ucapku lantang. Kupikir Bulan belum benar-benar sembuh. Dia masih gila. "Diam !" Teriaknya. "Aku tidak gila !" Lanjutnya . "Belum mengertikah kamu dengan pernyataanku ?" Bulan mendekatiku. "Aku tidak gila." Katanya melunak sambil meletakkan kepalanya di dadaku. "Aku melakukan ini semua hanya demi agar rencana kita untuk membuat Pelangi kembali berhasil. Jika tidak seperti ini Pelangi tidak mungkin kembali padamu." Jelasnya. Aku melepas pelukannya. Aku berjalan menjauh darinya. "Jadi maksudmu semua ini sandiwara ?" Tanyaku. "Iya." "Orangtuamu ?" "Tentu mereka tidak tau. Hanya aku yang tau. Dan para petugas rumah sakit tentunya. Aku membayar mahal mereka untuk itu." Aku terdiam. Sungguh aku tak menyangka jika Bulan akan bertindak sejauh ini. Bahkan dia merencanakan ini sendirian. Tanpa bantuan siapapun. Aku sendiri bahkan tidak tau. "Aku merindukanmu." Ucapnya lagi. "Kenapa kamu sama sekali tidak mengunjungiku selama aku di rumah sakit jiwa ?" Katanya sambil mendekatiku. "Maaf, aku ... " "Aku rindu pelukanmu." Bulan memelukku erat. "Aku rindu ciumanmu." Bulan mencium bibirku. Hangat . Bulan menciumku penuh dengan hawa nafsu yang tinggi. Dia bahkan mampu mendorongku hingga aku terjatuh di kasur. "Bagaimana kabar kesayanganku ? Masihkah dia seperti dulu ?" Tanya Bulan dengan wajah nakal sambil mengusap kejantananku. "Ouhh ........ " Bulan memang sangat lihai dalam bercinta. Sudah tak kuragukan lagi. Kuluman lidahnya pada kejantananku mampu membuatku menggeliat dalam kenikmatan. Sebagai lelaki normal tentu aku tak dapat menolaknya. Apalagi aku sudah lama tak merasakan sensasi bercinta dengan Bulan. Aku menyentakkan kepalaku saat dia mulai dengan cepat menjilat seluruh kejantananku tak tersisa. Aku bahkan hampit keluar begitu saja di dalam mulutnya jika dia tak segera melepas mulutnya dan langsung menggantinya dengan liang v****a miliknya. ****** Drrrrrtttt ........ Drrrrtttttt Ponselku bergetar. Kulihat Bulan tertidur pulas disampingku. Tubuh seksinya masih terpampang jelas di sampingku tanpa sehelai kainpun. p****g susunya melambai-lambai menginginkan kulumanku. Drrtttt ..... Drrrtttt..... Ponselku kembali bergetar. Kulihat layar bertulisnya "mama cilla" aku langsung tersadar bahwa istriku Pelangi menungguku. Aku bilang padanya akan keluar sebentar. Tapi ini sudah lebih dari 5 jam aku pergi. Dan aku juga tidak mengabarinya. Kukenakan pakaianku. Aku segera beranjak pergi. Kutinggalkan Bulan yang masih pulas dalam tidurnya. Tak lupa kuselimuti tubuh putih dan mulusnya. Kupacu mobilku dengan kencang agar Pelangi tak semakin lama menungguku. Aku tak mau dia marah padaku karena aku abai padanya . "Ayahh ....." Teriak Cilla begitu melihatku sampai rumah. "Haloo cantiknya ayah... " Kugendong Cilla, kuciumi pipinya. Begitu menggemaskan putri cantikku ini. Kulirik Pelangi yang duduk di sebelah Cilla. Dia tak melihatku. Dia pura-pura sibuk membereskan mainan Cilla yang bercecer. Aku tau dia sengaja. Aku tau dia marah padaku. "Mbakkk .... " Kupanggil babysister Cilla. "Njeh pak ?" Jawabnya. "Tolong ajak Cilla main dulu ya." "Baik pak." "Mbak Cilla, ikut mbak yuk, mainan boneka di kamar." "Amall amall ...." Ucap Cilla sambil beralih kegendongan babysister. . Kudekati Pelangi. Dia menggeser duduknya. Dia masih terus menundukkan kepalanya. "Sayang ...... " Kuraih tangannya, tapi dia menepisnya. "Aku minta maaf." Ucapku. "Aku tau aku salah. Aku tidak mengabarimu. Tadi ..... " "Kalian pasti bersama kan ?" Tembaknya. "Aku ..... " "Sudah kuduga." Pelangi beranjak pergi meninggalkanku. Aku yakin dia pasti marah. Setelah hampir setengah taun hidup damai dan harmonis, baru kali ini aku melihat Pelangi merajuk. Sekarang apa yang harus aku lakukan ? Kucoba mengikutinya masuk ke dalam kamar. "Denger dulu penjelasan aku." Kataku. "Baru saja kalian bertemu, tapi kamu udah lupa sama janji kamu." "Siapa yang lupa ? Tidak ada. Aku ingat kamu, Cilla dan anak kita yang di dalam sana sayang." "Tapi tadi kamu abai sama aku ?" "Iya aku tau, aku tau aku salah. Aku minta maaf. Sekarang kamu dengerin dulu penjelasan aku. Aku mau jujur sama kamu. Aku tidak mau ada yang aku tutup-tutupin padamu." Pelangi luluh. Dia sudah mulai menatap wajahku. Meskipun bibir tipisnya masih manyun. Tapi aku sudah bisa bernafas lega. Karena istriku, ibu dari anak-anakku sudah sedikit luluh. Aku mendekati Pelangi. Kucium keningnya. Kusibak rambut pendeknya. Rambut Pelangi memang pendek. Beda dengan rambut Bulan yang panjang. Pelangi sengaja memotong rambutnya karena Cilla sering bermain dengan rambutnya. Sehingga membuat rambutnya rontok dan rusak. Rambut pelangi lurus berwarna hitam pekat. Sedang Bulan panjang bergelombang berwarna merah kecoklatan. Dan sampai sekarang rambut itu masih rapi menjadi mahkota Bulan . Kuceritakan semua kejadian yang kualami bersama Bulan tadi kepada Pelangi. Semuanya tanpa ada yang kututupi, kecuali perihal aku bercinta dengan Bulan. Aku tak ingin membuat Pelangi kecewa jika dia mendengarnya. "Bagaimana bisa Bulan melakukan semua ini ?" Tanya Pelangi. "Entahlah. Aku sendiri juga tidak tau. Aku juga syok saat mendengar pengakuan darinya tadi." "Lalu setelah ini bagaimana ?" "Bagaimana apanya ?" "Ya kalian bagaimana ? Tidak mungkin juga akan terus-terusan di hotel kan ?" "Ya mau bagaimana lagi ? Aku tak mungkin juga membawa dia kerumah ini. Apalagi ke rumah kita. Rumah dia kan di Semarang. Asetku bersama dia juga di Semarang. Tidak mungkin juga dia kusuruh di Semarang sendirian untuk saat ini. Kalau kita bersama ke Semarang itu juga tidak mungkin. Aku tidak mau kamu sendirian disana, apalagi kamu sedang hamil muda." "Lalu jika dia meminta haknya ?" Tanya Pelangi sambil menunduk. Aku tau apa maksudnya. Aku tau juga tentang kekawatirannya. Aku mendekatinya, kupeluk dia. "Aku sudah berjanji padamu, apapun yang kamu mau akan aku kabulkan, sekalipun itu jika kamu minta aku menceraikannya." Pelangi melepas pelukanku begitu mendengar ucapanku. "Tidak begitu maksudku." Katanya. "Iya aku tau, hanya ada dua pilihan yang akan aku berikan padamu. Tetap bersama Bulan, dan aku akan bersikap adil pada kalian, atau aku meninggalkan Bulan. Semua keputusan kuserahkan padamu." "Kenapa aku ?" "Karena kamu istriku. Kamu ibu dari anak-anakku. Aku tidak mau kehilangan kamu dan anak-anak kita. Aku mencintai kamu. Dan aku sudah berjanji padamu, orang tua kita, dan pada diriku sendiri untuk tidak akan melukaimu lagi. Jadi apapun keputusan kamu aku akan lakukan." Pelangi menutup wajahnya. Aku tau dia menangis. Dia bukan orang sejahat itu. Dia dilema. Maafkan aku Pelangi. Aku harus membawamu ke jalan yang sulit ini. Jika saja dulu aku tak memadumu mungkin semua tak akan sesulit ini. "Bisa aku bertanya padamu ?" "Tentu." "Tapi berjanjilah padaku untuk menjawab dengan jujur." "Iya aku janji sayang. Tidak ada lagi yang aku tutupi dari kamu." "Masihkah kamu mencintai Bulan ?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN