PART. 5

1385 Kata
"Hilang? Apa maksudmu dengan hilang!?" "Runa hilang dari dalam ruang perawatannya." "Kau gila, Alan. Bagaimana bisa? Siapa yang menjaganya!?" "Alda, dan Claire yang menjaganya. Tapi, Runa mereka tinggalkan untuk makan." "Ya Tuhan ... kenapa mereka seceroboh itu! Aku sudah katakan, keluargamu tidak akan suka dengan rencana pernikahanmu, Alan! Apa kau tidak berpikir, kalau semua ini sebenarnya sudah mereka rencanakan?" "Chad! jangan berpikir terlalu buruk tentang keluargaku, Chad!" "Tapi hal itu mungkin saja terjadi, Alan!" "Tidak, Chad, mereka tidak sejahat itu." "Mereka memang keluargamu, Alan. Tapi, kau tidak akan tahu, apa yang mereka pikirkan. Mungkin saja mereka merasa terancam dengan kehadiran Runa. Terutama Claire!" "Cukup, Chad! Mereka memang tidak suka Runa. Tapi, aku yakin, Mommyku tidak akan mungkin berbuat sejauh itu." "Lalu bagaimana, sekarang!? Apa kau sudah lapor Polisi?" "Ya, pihak rumah sakit sudah melaporkan ini pada Polisi. Besok aku baru bisa pulang Chad. Tolong bantu mencari Runa." "Apa kau masih menginginkannya. Dia tidak lagi hamil anak kita, Alan. Apa mulai ada sesuatu pada perasaanmu untuk Runa?" "Chad, aku mohon jangan bahas hal ini dulu!" "Bagaimana aku bisa tidak membahasnya. Jika kau sudah mengatakan ingin mengakhiri hubungan kita. Karena kau ingin hidup seperti pria lainnya. Pasti karena Runa, bukan?" "Chad ... tolong, bantu aku menemukan Runa, aku mohon padamu." Chad menghela napas. "Baiklah, bye Alan." "Bye, Chad." Chad menggenggam ponsel di tangannya dengan sangat erat. Andai ponsel itu selembar roti. Mungkin sudah remuk karena genggaman Chad. Tadi malam ia video call dengan Alan. Alan menyampaikan keinginannya untuk berusaha kembali ke dalam kehidupan normal sebagai seorang pria. Itu menyakiti perasaan Chad. Chad merasa dihianati. Apa lagi, selama ini, mata-matanya yang ada di rumah Alan, memberikan informasi tentang bagaimana sikap Alan pada Runa. Kecurigaannya terbukti, saat mendengar nada cemas yang terdengar jelas dari suara Alan, saat menceritakan tentang kondisi Runa. "Baiklah, Alan. Kamu tahu, apa yang bisa aku lakukan untuk penghianat sepertimu. Kau tidak akan mendapatkan apapun. Tidak ada Runa, tidak ada pernikahan. Aku pastikan, keinginanmu hanya akan menjadi mimpi belaka." *** Alma tiba di rumah sakit. Alda, dan Claire jadi sasaran kemarahannya. Alma memang tidak menyukai Runa. Tapi, ia bukan orang yang tega untuk melukai seseorang secara fisik. Pengalaman masa lalu mengajarkannya. Saat rasa marah di puncak kepala, ia harus tetap bisa mengendalikan diri untuk tidak melukai orang lain. Karena itu akan merugikan dirinya sendiri. Alma pernah masuk penjara, karena menganiaya selingkuhan suaminya. Itulah yang membuat dia sekarang berhati-hati, karena tak ingin hal sama terulang lagi. "Kenapa kalian tinggal kan Runa sendirian?" "Kami lapar, Mommy." "Kalian bisa makan bergantian!" "Hal itu tidak terpikirkan. Lagipula, siapa yang berniat menculik gadis tidak jelas itu. Untuk apa? Untuk meminta tebusan pada Alan?" "Sekarang kenyataannya apa, Alda? Runa diculik, Alan sangat murka. Mommy tidak tahu bagaimana cara mengatasi kemarahannya. Mommy tidak tahu bagaimana cara membela kalian, kalau Alan mengusir kalian dari rumahnya!" "Itu tidak mungkin, Mommy. Tidak mungkin Alan lebih membela perempuan itu dari pada kami!" "Apa saja bisa terjadi, Alda. Alan pasti sangat mencintai Runa. Sehingga dia sampai ingin menikahinya. Kalian hadapi sendiri kemarahannya. Mommy tidak ingin bicara untuk membela kalian. Mommy tidak ingin hidup jadi gelandangan karena diusir Alan." "Mommy ...." Alda menatap, memohon pada Alma. "Tidak Alda, kamu, Rony, dan Claire sudah terlalu lama bergantung hidup pada Alan. Mungkin sekarang saatnya kalian harus berjuang hidup dengan kemampuan kalian sendiri." "Mommy ...." Alda menggenggam telapak tangan Alma. Alma memejamkan matanya. Punggungnya bersandar di sandaran kursi. Alma bukannya tidak tahu, kalau Alan menyimpang. Tapi, ia tak berusaha mengusik kehidupan Alan dengan menegur secara terang-terangan. Jalan yang Alma ambil adalah dengan nendesak Alan untuk segera menikah. Alma berharap, dengan menikah, Alan bisa merubah perasaannya. Mengembalikan jati diri Alan, sebagai pria sejati. Wacana perjodohan Alan, dan Claire datang dari Alda, dan Ronny. Alma setuju saja, karena ia sudah kenal dengan Claire, dan keluarganya. Tapi, Alan menolak pilihannya, dan justru membawa Runa masuk ke rumah mereka sebagai calon istri yang sudah mengandung anaknya. *** Alan sudah kembali, ia sedang berada di kantor Polisi. Bersama Alma, Alda, Rony, Claire, dan Nanny. Hilangnya Runa ternyata tidak terekam oleh cctv. Kejadian ini seperti sudah direncanakan oleh seorang profesional yang tahu betul cara menyelundupkan seseorang ke luar dari rumah sakit. Tanpa diketahui, ataupun terekam oleh CCTV "Kami yakin, kejadian ini sudah direncanakan sebelumnya. Ada orang yang memang ingin sengaja menculik Nona Runa." "Tapi untuk apa? Runa itu pendatang di kota ini. Aku yang membawanya ke sini." "Motifnya harus kita telusuri, Tuan Alan. Bisa saja penculikan dengan meminta tebusan. Kami akan terus berusaha mengungkap penculikan ini, sambil terus menunggu kemungkinan, kalau sang penculik meminta tebusan." Alan menatap curiga pada keluarganya. "Katakan padaku, ini bukan kalian pelakunya'kan?" "Astaga, Alan! Apa yang kau katakan? Kami memang tidak menyukai Runa. Tapi, untuk apa kami menculiknya, dan meminta tebusan padamu!" Alma menatap Alan dengan perasaan sangat marah. "Baguslah kalau begitu. Aku hanya ingin memastikan saja, kalau kalian tidak terlibat di dalam peristiwa ini." Alan menarik napas dalam. "Kami permisi dulu, jika ada kabar sekecil apapun, tolong kabari aku." "Tentu saja, Tuan Alan." "Sebaiknya kalian pulang, aku masih ada urusan." Pinta Alan pada keluarganya. Mereka berpisah di parkiran mobil kantor Polisi. Keluarga Alan menuju pulang. Alan menuju kantor Chad. Ia harus menuntaskan pembicaraan mereka lewat telpon yang membahas tentang keinginan Alan untuk mengakhiri hubungan mereka. Alan sudah siap untuk berhadapan dengan Chad. Alan tahu cara menghadapi Chad. Chad tidak bisa dihadapi dengan kekerasan. Chad hanya akan luluh dengan kelembutan. Chad keras kepala, keras hati, keras juga wajahnya. Chad orang yang tidak banyak bicara, tidak pandai menunjukan rasa sayangnya. Alan sudah berpikir berulang kali untuk mengambil keputusan ini. Meski Chad kerap mengancam akan melakukan sesuatu yang buruk jika dirinya meninggalkan Chad. Namun, Alan percaya, Chad tidak akan sanggup berbuat keji untuk menyakiti dirinya. *** Alan sudah berada di dalam ruang kerja Chad yang sangat luas. Chad sangat kaya, bukan hanya kekayaan dari ayahnya, tapi juga dari hasil kerja kerasnya. Chad juga yang banyak mensupport perusahaan milik Alan selama ini. Tatapan tajam Chad seakan ingin menyobek d**a Alan. "Jadi benar dugaanku, bukan. Kalau perempuan itu yang sudah merubah mu." Telapak tangan Chad menggenggam lengan sofa. "Bukan karena dia, Chad. Aku hanya merasa, sudah cukup semua ini kita lakukan. Kita bisa berubah, kita bisa. Kita bisa, kalau kita menginginkannya, kalau kita berusaha," tutur Alan dengan suaranya yang bernada sangat lembut. "Pada dasarnya kita pria normal, Chad. Kita hanya terperosok di tempat yang salah. Kita tidak bisa terus membiarkan diri kita berada di tempat yang salah. Aku ingin hidup normal, Chad. Menikah, memiliki istri, memiliki keluarga, dan anak-anak. Tempat di mana aku akan pulang setelah lelah bekerja seharian." "Semua wanita itu penghianat, Alan! Mereka memakai topeng, tak ada cinta yang tulus di hati mereka!" Alan menggelengkan kepala. "Apakah Kate juga begitu, Chad. Apakah kau masih meragukan cinta, dan kesetiaannya pada Daddymu?" "Dia pengecualian, Alan. Hanya dia ...." "Buka matamu, Chad. Buka hatimu. Masih banyak Kate lain di luar sana. Yang punya ketulusan, yang punya cinta sejati. Yang bisa menerima kita dengan semua kekurangan kita." "Tak perlu berkhotbah di depanku, Alan! Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Pergi jika kau ingin pergi! Cari wanita yang sudah merebutmu dariku itu. Cari Runa Zeta yang kau cinta! Temukan cinta sejati yang kau inginkan!" Chad berdiri di hadapan Alan. Alan ikut berdiri, tatapannya tetap lembut pada Chad yang terbakar emosi. "Chad ... yang ingin aku akhiri adalah hubungan yang tak pantas ada di antara kita. Aku ingin tetap jadi temanmu. Aku tidak ingin menjadi musuhmu," bujuk Alan dengan suara lirih. "Kau sudah menghianatiku, Alan. Kehadiran wanita itu sudah merubah perasaanmu padaku! Aku tidak ingin ada hubungan apapun lagi denganmu. Aku tidak ingin lagi melihat wajahmu!" "Chad. Aku berharap, kamu juga bisa berubah. Aku menyayangimu, meski rasa sayangku sekarang sudah berubah, bukan sayang seperti dulu lagi. Aku mohon, berhenti melakukan kegilaan ini, Chad." "Stop!" Chad mengangkat satu tangan, ia beranjak menuju pintu. Dibuka pintu ruangannya. "Pergi!" "Chad ...." "Pergi, Alan. Sebelum kemarahanku tidak bisa lagi aku kendalikan!" Alan menghela napas berat, ia melangkah menuju pintu. Mereka berdiri berhadapan. Chad lebih tinggi, dan lebih besar dari Alan. "Aku mohon untuk terakhir kalinya, Chad. Berubahlah bersamaku. Hubungan ini kita rubah menjadi per ...." "Cukup! Pergi!" Suara Chad lirih, namun penuh tekanan. Alan kembali menghembuskan napas. "Terima kasih untuk semuanya, Chad. Terima kasih ...." Dengan langkah gontai, Alan meninggalkan Chad yang langsung menutup pintu. BERSAMBUNG Yang minat ikut GIVE AWAY berhadiah pulsa @100.000 untuk tiga orang, langsung ke ins tag ram rustinazahra.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN