PART. 4

1279 Kata
Sudah dua hari Alan pergi. Tidak ada hal istimewa yang terjadi pada Runa. Runa sedang bahagia, karena perkembangan kesehatan Reina adiknya. "Kapan Kakak bisa pulang?" "Aku belum bisa pulang, Sayang. Kontrak kerjaku satu tahun, selama masa itu, aku tidak boleh pulang." Terdengar suara isakan Reina di seberang sana. "Reina ...." "Maafkan aku, karena aku, Kakak harus bekerja lebih keras. Maaf ...." "Pssstt ... aku sudah katakan, apa yang aku lakukan itu adalah kewajibanku. Kita hanya tinggal berdua, Reina. Kita harus saling menyayangi, dan menguatkan." Isak Reina menjadi tangisan. Ia merasa membebani hidup Runa. "Jangan menangis. Aku baik-baik saja di sini. Setelah kontrakku selesai, aku akan pulang. Kita akan ke makam Daddy, dan Mommy." "Iya, Kak." "Jangan sedih lagi ya. Aku ingin bicara dengan Aunty Jacklyn." "Ya, Kak." Runa bicara dengan Mommy Jerry. Menanyakan banyak hal tentang perkembangan kesehatan Reina. Tidak lupa ia berterima kasih atas semua bantuan Jacklyn. Runa menarik napas lega. Pengorbanannya untuk meminjamkan rahim tidak sia-sia. Runa jadi teringat pembicaraannya dengan Alan. Runa melihat, ada kesedihan, dan kecemasan dalam tatapan Alan. Alan seperti sedang tertekan. Runa tahu, Chad sudah mendominasi kehidupan Alan. Alan terlihat mulai tidak nyaman saat bersama Chad. Tapi, Alan nampaknya tak punya keberanian melepaskan diri. Runa mengelus perutnya. Ditatap perutnya yang mulai terlihat. Bayi yang ada di dalam kandungannya adalah anak Alan. Runa memejamkan mata. Membayangkan saat bayinya lahir, dan ia harus terpisah dengan bayinya. Dua bulir bening mengaliri pipi Runa. 'Jangan sesali apa yang sudah kamu pilih, Runa. Itu pilihanmu, itu keputusanmu, kamu tidak bisa mundur, atau lari. Perjanjian itu sudah sangat jelas.' Runa mengusap pipinya yang basah. Suara adiknya yang terdengar riang menjadi obat bagi rasa sedihnya. 'Selesaikan tugasmu, Runa. Lalu pergi selamanya dari kehidupan mereka. Ya, itu yang harus aku lakukan.' Suara ponselnya mengagetkan Runa. Ditatap nama yang tertera di layar ponselnya. "Runa." "Tuan Alan." "Apa kau baik-baik saja? Suaramu terdengar berbeda." "Aku baru saja menelpon adikku. Kesehatannya membaik. Aku menangis bahagia." "Ooh. Aku akan pulang lusa. Mereka tidak mengganggumu'kan?" "Tidak." "Aku sudah memutuskan, Runa." "Memutuskan apa?" "Aku akan bicara dengan Chad." "Bicara apa?" "Aku ingin menyudahi kesalahan ini. Aku ingin berjuang untuk menjadi pria normal lagi." "Aku ikut senang dengan keputusan anda. Semoga Tuan Chad bisa memahami, dan mau mengerti." "Terima kasih, Runa." *** Hari ketiga. Matahari baru muncul dari peraduannya. Runa baru menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Tiba-tiba terdengar suara pertengkaran dari lantai bawah, diikuti suara teriakan. Runa merasa yang berteriak melerai pertengkaran adalah suara Mommy Alan. Sedang yang bertengkar adalah adik ipar Alan, dan Claire. Mendengar suara teriakan Mommy, dan adik Alan. Runa berlari ke luar kamar, untuk menuju tangga. Runa lupa dengan kondisinya saat ini. Ia melangkah tergesa, itu membuat ia terpeleset. Tubuhnya terhempas kuat, lalu berguling di anak tangga. Dan terkapar di dekat dasar tangga. "Nona!" Nanny yang melihat keadaan Runa, berseru kaget. Semua orang mengelilingi tubuh Runa yang telentang di atas lantai. Darah mengalir dari luka di keningnya. Darah juga mengalir di sela kedua pahanya. "Ya Tuhan, dia keguguran. Bagaimana ini? Cepat bawa dia ke rumah sakit!" Alma berseru panik. Rony mengangkat tubuh Runa. Dan, segera membawanya ke luar rumah, diikuti oleh Alma, dan Alda. Runa dibawa ke rumah sakit terdekat. Alan belum dikabari. Keluarga Alan masih bingung bagaimana cara menyampaikan pada Alan, kalau Runa sudah keguguran. Alan kehilangan bayinya yang dikandung Runa. "Ini salah kalian, kenapa kalian berdua bertengkar!" Tuding Alma pada Rony, dan Claire. "Maafkan kami, Mommy." "Ya Tuhan, apa yang harus aku katakan pada Alam!?" "Runa keguguran, aku rasa mungkin saja hal itu bisa membuat Alan membatalkan pernikahannya." "Apa yang kau katakan, Alda!" "Mom, katakan saja pada Alan, kalau calon istrinya itu sangat ceroboh. Sehingga dia jatuh dari tangga. Alan pasti akan sangat marah padanya." "Argghhh! Entahlah, aku pusing!" Mereka tidak tahu, jika sepasang mata tengah menatap mereka. Sebuah rencana sudah tersusun di kepala orang tersebut. Rasa benci, dan sakit hati, membuat orang itu bertekad akan membuat hidup Runa tidak akan pernah bahagia. *** Alma kembali ke rumah bersama Rony, tinggal Alda, dan Claire di rumah sakit. Mereka menunggu di luar ruangan, keduanya asik dengan ponsel mereka, tak perduli bagaimana keadaan Runa saat ini, setelah menjalani pembersihan rahimnya pasca keguguran. Keluarga Alan belum memberitahu Alan apa yang terjadi. Tapi, Alan menelpon Nanny, setelah panggilan telponnya tidak juga dijawab oleh Runa. Nanny menceritakan semuanya pada Alan. Dengan perasaan marah, Alan menelpon mommynya. "Jangan timpakan kesalahan pada kami, Alan. Itu salah dia, kenapa harus tergesa menuruni anak tangga. Mengurus kandungannya saja dia tidak bisa, bagaimana nanti dia mengurusmu, dan anak-anakmu!?" "Itu salah siapa yang bertengkar. Kenapa mereka harus bertengkar!" "Kau tidak bisa menyalahkan orang lain, atas keteledoran yang sudah dilakukan gadis tidak jelas itu, Alan!" "Siapa yang menjaga Runa di rumah sakit!?" "Alda, dan Claire." "Mommy, apa yang bisa mereka lakukan? Mereka tidak akan bisa membantu apa-apa, jika Runa butuh bantuan!" "Aku tidak bisa di sana seharian. Aku harus pulang untuk mandi, Alan!" "Arghhh sudahlah! Aku akan bicara dengan Nanny." Alan memutus pembicaraan dengan Alma. Ia kembali menelpon Nanny. Alan meminta Nanny ke rumah sakit dengan membawa perlengkapan pribadi untuk beberapa hari. Alan ingin, Nanny menemani Runa selama dua puluh empat jam, tanpa pulang. *** Nanny tiba di rumah sakit, diantar oleh Ken, supir Alan yang lain. Nanny tiba di depan ruang perawatan Runa. Tidak ada siapapun di sana. Nanny membuka pintu kamar, tapi di atas ranjang tidak ada siapa-siapa. Nanny merasa bingung, ia segera mencari tahu kemana Runa, Alda, dan Claire. Kehebohan terjadi di rumah sakit. Nanny segera menelpon Alan. Memberitahukan apa yang terjadi. "Apa!?" "Saat saya datang, tidak ada siapa-siapa di sini. Tidak ada Nona Runa Zeta, tidak ada juga Nyoya Alda, dan Nyonya Claire, Tuan." "Ya Tuhan, sudah kamu tanyakan!?" "Sudah, pihak rumah sakit juga merasa bingung." "Baiklah, aku telpon Alda dulu." Alan menelpon Alda. "Kau di mana?" "Aku sedang makan bersama Claire. Ada apa Alan!?" "Ya Tuhan! Kau tahu apa yang terjadi di rumah sakit!?" "Ada apa?" "Runa hilang dari ruang perawatannya." "Hilang!? Apa maksudmu dengan hilang, Alan!?" "Kau tidak mengerti apa itu hilang!? Lenyap, dia tidak ada di sana. Kenapa kau meninggalkannya, Alda!?" "Tidak mungkin, Alan! Dia belum sadar, tidak mungkin dia pergi!" "Ya, tidak mungkin dia pergi! Bagaimana kalau ada yang menculik dia?" Terdengar suara tawa Alda. "Diculik? Siapa yang ingin menculik gadis seperti dia, Alan? Ayolah, mungkin dia hanya ke toilet. Atau dia mengalami amnesia karena kepalanya terbentur. Sehingga pergi berjalan ...." "Ini bukan lelucon, Alda! Jika sampai terjadi sesuatu pada Runa. Semua fasilitas yang aku beri untukmu, Rony, dan Claire akan aku cabut. Kau dengar!" "Kau gila, Alan! Aku adikmu, dia itu siapa? Dia ...." "Dia calon istriku, dia ibu dari anakku!" "Dia sudah keguguran. Dia terlalu ceroboh, dia ...." "Diam! Sekarang kembali ke rumah sakit. Kau harus bertanggung jawab, Alda. Kau dengar!" Alan memutus pembicaraannya dengan Alda. Kemudian ia menelpon Chad. "Hallo." "Chad ...." Alan tidak tahu harus memulai pembicaraan darimana. Ia merasa cemas Chad akan murka kalau tahu, Runa sudah keguguran. Karena Chad menginginkan anak itu sama seperti dirinya. "Ada apa?" Pertanyaan Chad tidak langsung Alan jawab. Ia harus mengumpulkan keberaniannya. "Alan, ada apa?" Terdengar suara berat Chad yang tidak sabar, karena Alan belum juga menjawab pertanyaannya. "Runa ...." "Runa? Ada apa dengan Runa?" "Dia ...." "Ada apa dengan Runa, Alan? Bukannya kau masih di luar kota?' "Iya ...." "Alan?" "Runa keguguran ...." "Apa? Bagaimana bisa?" "Dia jatuh dari tangga. Dia terpeleset, dan jatuh berguling sampai ke dasar tangga. Dia ...." "Ya Tuhan, bagaimana bisa dia seceroboh itu!" Seru Chad dengan nada marah. "Itu kecelakaan, Chad." "Di mana dia sekarang?" "Dia ... dia ...." "Ada apa, Alan!? Keluargamu membawanya ke rumah sakit'kan!?" "Iya, tapi ...." "Tapi apa!?" "Tapi, Runa ... dia ...." "Ada apa, Alan!?" "Maafkan aku, Chad. Seharusnya ...." "Alan, katakan padaku, ada apa!?" Alan memejamkan mata, menarik dalam napasnya, mengumpulkan keberaniannya. "Runa ... hilang ...." BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN