6

1010 Kata
Seminggu sudah berlalu. Hubungan Rosa dan Indra semakin dingin. Sudah tak ada lagi interaksi seperti dulu lagi. Rosa juga disibukan dengan kerjaannya sebagai kepala editor majalah fashion. Sering kali dia juga lembur. Indra malah merasa semakin hancur melihat Rosa yang semakin tidak perduli padanya. Walaupun, dulu mereka pisah kamar tidur, tapi Rosa tetap memperhatikannya. Indra takut kehilangan Rosa. Waktu sudah menunjukan jam 7 malam. Rosa turun ke lobby melihat sosok pria yang ada di sana sedang berbicara dengan Vira. Di dalam pikirannya apakah itu Bian? Vira melambaikan tangannya saat melihat ada Rosa dan benar dugaannya kalau pria itu adalah Bian. Bian tersenyum melihat kedatangan Rosa. Ada perasaan bahagia saat Rosa bertemu Bian. "Hai," sapa Bian. "Hai juga," balas Rosa canggung. Rosa dan Bian saling menatap malu membuat Vira yang ada di antara mereka jadi jengkel sendiri. "Udah sana pergi makan malam atau ke hotel sana loh," ujar Vira. Wajah Rosa langsung merah mendengar perkataan Vira. Bian malah jadi salah tingkah sendiri. "Dari pada kalian malu-malu ga jelas mending aku pulang deh." Vira langsung meninggalkan Rosa dan Bian. Sepeninggalannya, Vira. Rosa dan Bian malah semakin canggung. "Kamu." Bian dan Rosa saling berbicara bersamaan. "Kamu duluan deh." Lagi-lagi Bian dan Rosa saling bicara bersama. Mereka berdua jadi tertawa sendiri. Membuat suasana yang tadinya canggung menjadi lebih baik. "Mau makan malam sama aku?" tanya Bian. "Iya," jawab Rosa malu-malu. Melihat Rosa yang malu-malu membuat Bian semakin menyukainya. Dia semakin ingin bersama Rosa dan ingin menanyakan kenapa Rosa selama seminggu tidak menghubunginya. "Tapi aku bawa mobil. Kita berangkat sendiri-sendiri aja ya," ucap Rosa. "Aku ingin pergi sama kamu, tapi kalau memang tidak bisa yaa udah kita berangkat sendiri-sendiri." Wajah Bian terlihat kesal. Rosa tahu kalau Bian tidak menyukai mereka pergi sendiri-sendiri. Dia pun mendekati Bian dan berjinjit mencium pipi pria tersebut. Bian terkejut Rosa mencium pipinya, tapi dia langsung tersenyum. "Jangan ngambek yaa. Kan cuman sebentar aja." Rosa berusaha membujuk Bian. Bian menatap Rosa dan menarik badannya. Mencium bibir wanita yang dirindukannya. Mereka saling berciuman dengan mesra. Setelah berciuman mereka berjalan bergandengan tangan menuju mobil mereka masing-masing. Setelah beberapa saat Bian dan Rosa sudah sampai di salah satu restoran. Mereka berdua makan malam bersama dengan mesra. Saling berbagi cerita dan kebahagiaan. Bersama Bian, Rosa bisa melupakan masalah rumah tangganya. "Rosa kenapa kamu ga menghubungi aku?" tanya Bian penasaran. "Aku ga enak sama kamu. Kan kamu sibuk," ucap Rosa. "Aku sudah menanyakan nomor kamu ke Ryan, tapi dia ga tau nomor ponsel kamu dan saat aku tanya ke Vira. Vira bilang tanya aja sendiri ke kamu." Rosa tersenyum. Mungkinkah Bian menyukainya? "Aku kira kamu menghindari aku, Rosa," ucap Bian dengan wajah sedih. "Aku ga menghindari kamu. Aku juga agak sibuk seminggu ini. Sebentar lagi ada acara ulang tahun Majalah Star tempat aku kerja." "Aku memiliki saham di majalah Star. Nanti aku akan bilang ke direktur Star agar kamu tidak melibatkan kamu dalam acara ulang tahun." "Eh, jangan. Aku ga enak sama yang lain." "Kalau begitu kamu tidak boleh terlalu sibuk. Mulai sekarang kamu harus menemani aku makan." "Bisa juga. Tapi aku ga bisa tiap hari." "Aku mau nya tiap hari biar aku selalu bisa bersama kamu." Rosa tersenyum. Dia sangat bahagia mendengar perkataan Bian. Baru kali ini dia merasa dibutuhkan oleh seorang pria. Tak pernah Indra memperlakukannya seperti Bian melakukan padanya. Waktu sudah menunjukan jam 10 malam. Bian dan Rosa pun berpisah sebelum berpisah Bian mencium bibir Rosa kembali. Dia sangat menginginkan Rosa. "Aku merindukanmu, Rosa," bisik Bian. Rosa juga menginginkan sentuhan Bian, tapi ini sudah malam. Dia malas bertengkar dengan Indra kalau ketahuan dengan pria lain. Tiba-tiba Rosa tersenyum dia ingin melakukan hubungan intim di dalam mobil. Dia belum pernah melakukannya dengan pria manapun. Bian menyambut bahagia keinginan Rosa dan mereka pun saling mendesah di dalam mobil saling berbagi kenikmatan. *** Rosa pulang ke rumahnya dengan perasaan bahagia setelah makan malam berdua bersama Bian. Dia mulai jatuh cinta pada Bian. Cinta yang dia rasakan sangat berbeda dengan cintanya pada Indra. Tapi, dia menarik napas kesal saat melihat ada Dewi, ibu mertuanya berada di rumah. Dewi melihat Rosa dengan sinis. Dia sangat kesal pada menantunya pulang ke rumah sudah malam. Dia merasa kasihan pada putranya, Indra yang tidak dilayani oleh Rosa. "Eeh, bagus yaa. Istri teladan sudah pulang. Pulangnya jam 12 malam lagi. Kenapa ga sekalian pulang pagi aja sekalian. Makin hebat aja kamu sekarang," ucap Dewi menatap Rosa tajam. "Maaf Mi tadi aku lembur," ujar Rosa. "Gimana kamu bisa hamil kalau selalu saja sibuk kerja, kerja, dan kerja. Kasian tuh suamimu kalau ga ada yang ngurusin. Seharusnya sebagai istri kamu melayani suami bukannya kerja terus menerus." Rosa hanya diam. Seandainya Dewi tahu kalau anaknya lah yang membuatnya malas di rumah dan tak ingin melayani Indra sebagai seorang istri. Rosa mengernyitkan dahinya saat melihat ada seorang wanita keluar dari dapur membawa nampan. "Mami ini teh nya. Mami jangan marah-marah terus yaa," ujar wanita tersebut sambil melirik Rosa. "Kamu memang wanita yang baik Reva. Kamu yang seharusnya jadi menantu ku. Kamu memang menantu impian bukan kayak yang gila kerja itu," ucap Dewi menyidir Rosa. Rosa menyunggingkan bibirnya. Dia sekarang tahu kalau mertuanya pasti ingin menjodohkan Indra dengan Reva. "Siapa dia, Mi? Pembantu baru?" tanya Rosa berpura-pura tidak mengerti. "Eh, kurang ajar kamu ya! Ini Reva calon istri Indra." Dewi sangat kesal dengan pertanyaan Rosa. Indra yang dari tadi diam terkejut mendengar perkataan ibunya. "Mami jangan seperti itu. Istri ku hanya Rosa." "Iya istrimu hanya Rosa sebagai istri pertama dan Reva jadi istri kedua. Rosa kan mandul jadi Reva lah yang akan menjadi ibu dari cucu-cucu mami." Indra sangat kesal. Ingin sekali dia mengusir ibunya, tapi kalau dia lakukan itu bagaimana dengan warisannya. Dia harus bersabar sampai Rosa hamil dan bisa menendang Reva dari rumahnya. "Terserah Mami deh. Kalau memang Indra bisa menghamili si Reva itu silahkan saja." Rosa pergi meninggalkan Indra, Dewi, dan Reva di ruang tamu. "Kembali kamu, Rosa!" Dewi berteriak memanggil Rosa. Rosa tidak memperdulikan ibu mertuanya berteriak-teriak dan mengeluarkan kata-kata kotor dari mulutnya. Lebih baik dia di kamar sambil mendengarkan musik dan mengingat Bian. Bian sudah membuatnya jatuh cinta dan merasa sangat nyaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN