7

871 Kata
Dewi sangat kesal Rosa begitu saja meninggalkannya. Dia tidak terima diperlakukan dengan tidak hormat oleh Rosa. "Dasar menantu ga tau diri. Perempuan miskin, kalau bukan karena anakku kamu cuman sampah," teriak Dewi. "Mami sudah Mami. Cukup Mi!" Indra membentak Dewi. "Itu si Rosa sudah kurang ajar dia sekarang, kamu didik istrimu itu supaya menghormati Mami. Mami ini ibu mertuanya dan Reva, kamu sekarang masuk ke dalam kamar Indra." Dewi memberi perintah pada Reva. "Mi, itu kamar aku dan Rosa. Reva ga boleh masuk di kamar ku," ucap Indra kesal. "Biar si perempuan miskin itu tidur diluar. Usir dan cerai Rosa!" "Tidak Mi. Aku sangat mencintai Rosa dan aku tak akan mungkin meninggalkannya." "Cinta kamu bilang? Apa kamu ga ingat, warisan Papimu? Jika kamu bisa memberikan keturunan perusahaan itu akan kamu miliki. Kamu anak pertama, kamu lah pewaris nya," "Mami..." Indra tak sanggup lagi berkata-kata. "Mami tidak peduli." Dewi membawa Reva masuk ke dalam kamar Indra dan Reva mengikutinya. "Rosa, kamu sekarang keluar dari kamar Indra dan sekalian aja keluar dari rumah ini. Ini bukan rumahmu!" Dewi mengusir Rosa. "Apa maksudnya ini Mi?" Rosa jadi tersulut emosinya. "Mulai sekarang Reva yang akan tinggal di rumah dan kamar ini. Mami dan Reva yang akan tinggal di rumah ini karena rumah ini suamiku yang membelinya. Dan kalau kamu masih punya malu keluar dari rumah ini juga!" "Baiklah jika itu keinginan Mami, aku akan pergi." Rosa mengambil tas nya pergi meninggalkan rumah Indra. "Hei Rosa! Kamu kalau pergi jangan bawa mobil, mobil itu pemberian Indra. Kamu tak pantas memakainya," teriak Dewi. Rosa tersenyum miris, ibu mertua nya benar benar sudah keterlaluan dan suaminya, Indra hanya diam saja menyaksikannya di usir. "Rosa... Rosa jangan pergi, aku mohon jangan tinggalkan aku, Rosa." Indra memegang tangan Rosa. "Aku hanya mencintaimu. Hanya kamu satu-satu orang yang tahu tentang kekuranganku dan tidak ada wanita lain yang bisa menerima aku selain kamu, Rosa." Rosa menghempaskan tangan Indra. Dia merasa sangat terhina atas perlakuan Dewi padanya dan tetap pada pendiriannya pergi meninggalkan rumah Indra. Dia berjalan keluar gerbang perumahannya, dia bingung harus menghubungi siapa. Tiba-tiba terlintas di dalam pikirannya nama Bian. Dia pun segera menghubungi Bian. "Halo." Terdengar suara Bian. "Halo Bi. Ini aku, Rosa. Kamu bisa menjemputku?" tanya Rosa. "Kamu di mana? Aku akan menjemputmu." "Ok. Aku kirim lokasiku yaa." Rosa mengirimkan lokasinya. Tak lama ponselnya berdering tertera nama Indra di layar ponselnya. Dia pun segera mematikan ponselnya agar tidak dihubungi oleh Indra lagi. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mobil Bian sudah tiba di depan Rosa. Rosa langsung masuk ke dalam mobil Bian. "Maaf sudah membuatmu menunggu lama," ucap Bian tidak enak pada Rosa. "Bawa aku pergi. Aku ingin bersamamu, Bian," ujar Rosa dengan mata berkaca-kaca. Bian merasa ada yang aneh dengan Rosa langsung memeluknya. Air mata Rosa sudah tidak dapat ditahannya lagi dan dia pun menangis di dalam pelukan Bian. "Bawa aku pergi Bi. Bawa aku ke mana pun kamu mau. Aku hanya ingin bersamamu," ucap Rosa dengan air mata membahasi wajahnya. "Kamu mau kemana?" "Entahlah... ke mana saja asal sama kamu." "Ok. Kita liburan." *** 3 hari kemudian Bian dan Rosa menikmati waktu liburan mereka berdua. Setiap malam mereka saling memadu kasih di atas tempat tidur. Rosa benar-benar sudah ketagihan dengan permainan Bian yang sangat lihai menggerakan pinggulnya di atas Rosa. Pagi itu Rosa bangun dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. Dia melihat Bian sedang tidur pulas di sampingnya. Lelaki ini sangat berbeda dengan Indra. Bian bisa membuat Rosa menjadi wanita seutuhnya. Rosa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dia membelai tubuhnya sendiri dibawah guyuran shower, masih teringat bekas percintaannya dengan Bian. Bian membuat Rosa merasa terbang ke langit ketujuh. Setelah selesai mandi Rosa keluar dan bingung melihat Bian tidur di ranjang dengan posisi yang tak biasa, tidur terlentang dengan kepalanya menggantung di sisi ranjang dan matanya ke arah kamar mandi saat keluar dari kamar mandi. "Kamu kenapa kok seperti itu?" tanya Rosa bingung. "Aku hanya melihatmu, memastikan saat aku bangun kamu masih ada," "Aku akan selalu ada untukmu, Bi." Bian berdiri mendekat pada Rosa. "Rosa terima kasih kamu selalu ada untukku, tidak meninggalkan aku." "Kenapa kamu berkata seperti itu?" "Tolong jangan pergi... jangan pergi meninggalkan aku seperti yang lain. Tetaplah disini bersama ku, apapun yang terjadi aku harap kamu akan selalu bersamaku. Aku mencintaimu, Rosa." Hati Rosa terasa sakit dan merasa bersalah saat Bian mengatakan cinta padanya. Dia juga mencintai Bian, tapi statusnya maskh menjadi istri Indra. Ingin sekali Rosa mengatakan hal yang sebenarnya pada Bian, tapi dia merasa sekarang bukan waktu yang tepat. Bila waktunya, Rosa akan menceritakan semuanya pada Bian. Walau beresiko dia bisa kehilangan Bian kalau Bian tidam bisa menerima status dan segala masalah yang ada. "Aku juga mencintaimu, Bi. Aku sangat mencintaimu." Rosa memeluk Bian. "Aku yang lebih mencintaimu," ucap Bian. "Bi, kalau suatu saat kamu mengetahui sesuatu tentang aku, aku mohon percaya padaku. Aku hanya punya kamu, aku hanya punya kamu." Rosa menangis dipelukan Bian. "Jangan menangis sayang... saat kamu mengeluarkan air mata hatiku sakit. Aku mohon jangan menangis." Bian memeluk Rosa dengan erat. Sepasang anak manusia merasakan jatuh cinta, cinta yang datang tak tepat waktu. Cinta yang datang disaat keadaan sudah berbeda. Cinta tak pernah salah tumbuh di hati mereka tapi status dan permasalahan yang membuat cinta mereka sulit untuk bersama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN