Hari ini, aku bekerja tanpa beban pikiran yang sering memberatkan benakku. Anakku bahkan sudah baik-baik bersama dengan tante. Aku juga sudah di izinkan datang dan pergi berkunjung menemuinya. Dengan cara konyol Alex bisa merubah cara pikir tante yang keras kepala. Disini, aku baru tahu jika uang adalah kuasa penuh untuk seseorang seperti tanteku yang keras kepala dapat mencairkan segala ego dan menjadi budaknya.
Perasaan dan yang aku tahu, mereka menjadi tuan tanteku yang mengatas namakan uang sebagai tuannya.
"Cha!"
Diana teman kerjaku menyentuh bahu membuyarkan diamku.
"Hmm?" tanya Ku.
"Kamu tidak pergi ke kantin?" tanya Diana.
"Hmm, iya aku baru sadar kalau sudah jam istirahat," balas Ku.
"Kau ini masih muda, tapi banyak sekali yang membebani pikiranmu," ucap Diana.
"Iya, begitulah. Aku sama seperti yang lainnya, tapi mungkin jauh lebih baik orang lain di banding aku," senyum kecutku membalas ucapannya.
"Ck, kau berpikir terlalu berlebihan. Masih ada banyak orang yang dengan ribuan beban hidupnya tapi tetap bertahan demi dirinya sendiri!" seru Diana.
Aku terdiam, Diana memang benar. Dia bahkan hidup sedari kecil tanpa orang tua. Sedangkan aku, maaih memiliki orang tua tapi rasa tak beda jauh darinya. Kami berjalan bersama menuju kantin bersama dan makan siang disana dengan deretan keluhan kehidupan teman-temanku yang tidak jauh berbeda denganku. Hanya saja aku masih beruntung karena masih percaya Tuhan menolongku. Tapi sebagian dari mereka, bahkan meragukan pertolongan atas nama Tuhan selain karena usaha.
Ada benarnya, tapi semua tidak akan terjadi tanpa kita sendiri yang mampu mengatasinya. Namun sedikit jauh lebih baik ketika ada pria seperti Alex yang memberi saran untuk mendapatkan kembali hak tentang anak berargumen dengan tante. Tumpukan semangat melanda di dalam diri kali ini, saat kembali ke tempat kerja setelah makan siang bersama dengan Diana.
Aku mengejar dan menyelesaikan pekerjaan hingga jam pulang. Diana yang berbincang bersama dengan dia menceritakan kehidupan satu sama lain, termasuk tentang pengalamanku yang yang terlihat sangat jelas dari sudut pandang. Diana begitu prihatin tentang kehidupanku, sekilas orang-orang awam hanya akan mengira bahwa diriku bukan wanita baik-baik yang sangat pandai bergonta-ganti pasangan.
Pada kenyataannya, keadaan lah yang membuat diriku tidak tahu harus melakukan apa dan mengikuti arus seperti sampai saat ini.
"Sepertinya aku sudah dijemput! Cha?Aku sarankan kepada mu, tetap jadilah dirimu sendiri. Jangan terlalu mempedulikan apapun yang di katakan orang lain, karena kehidupan kita. Kitalah yang menentukan dan kita juga yang menjalaninya, baik buruk tetap kita pasti akan mencari hal yang baik untuk diri kita sendiri. Aku pulang duluan ya!"
Ucapan dan nasehat Diana dibalas anggukan oleh ku, hingga setelah dia audah tidak terlihat dari pandangan, tinggal aku seorang yang berjalan di tepian setelah keluar dari gerbang perusahaan. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di pinggir jalan membuatku terkejut.
"Bukankah kamu sedang tidak enak badan? Kenapa malah pergi ke sini?" protes Ku.
"Ada seorang wanita cantik yang berharap aku menjemputnya dan aku tidak mungkin menyia-nyiakan itu," balas Alex.
Aku tidak enanggapi ucapan dari pria yang sudah turun dari mobil dan membukakan pintu untukku. Adalah hal yang tidak mungkin jika menolaknya. Apalagi dengan rasa lelah yang dirasakan tidak mungkin bagiku untuk berjalan kaki agar sampai di tempat tinggal.
"Sepertinya pekerjaanmu begitu melelahkan. Jika kamu menikah denganku, mungkin kau tidak perlu bekerja lagi," ucap Alex.
"Sebaiknya Kamu mencari wanita yang sepadan dengan keuanganmu. Jangan dengan aku yang hanya buruh pabrik saja!" tegas Ku.
"Tapi aku gak butuh wanita kaya, aku hanya perlu seorang wanita yang akan menghabiskan uangku," ucap Alex.
Terdengar konyol, namun masuk akal saat pria mapan seperti Alex mengatakannya. Tapi akan terasa aneh jika aku malah bersama dengan Alex, lebih tepat jadi ya jauh lebih baik dariku. Apalagi dia adalah teman Samuel yang jauh lebih dekat dari yang kuduga, aku terdiam saat tidak bisa menjawab lagi ucapan pria yang ada di sampingku. Hingga menerawang sangat jauh banyak hal yang akan terjadi jika aku bersama dengan pria yang di sampingku.
Dia adalah pria yang sangat baik, meski lebih banyak membuat hal yang sama sekali tidak pernah kuduga. Namun Alex bisa memberiku kebebasan untuk mendapatkan hak untuk putriku dan juga dia lebih banyak membuatku tertawa dengan segala gelak candanya. Perasaan canggung yang aneh saat mendapati Alex memintaku menjadi istrinya, mungkin terasa saat menyadari bahwa dia adalah teman dekat seseorang yang pernah dekat denganku di dalam kehidupan.
"Kenapa kau malah diam?"
Pertanyaan Alex membuyarkan lamunanku, hingga menoleh ke arahnya aku hanya terpikirkan.
"Apa yang akan terjadi jika benar-benar menikah denganmu, apalagi dengan temperamenmu yang sama sekali tidak pernah kuduga. Terkadang baik, terkadang juga menyebalkan?"
Terlihat Alex mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaanku.
"Aku baru pertama kali mendapati seorang wanita, yang menanggapi sebuah lamaran dengan wajah datar seperti dirimu dan jawaban yang tidak masuk akal. Tapi hei, memang aku benar-benar mau melamarmu!" seru Alex semakin tertegun.
Namun dia hanya tersenyum tipis untuk menanggapi ucapanku dan pertanyaanku.
"Sudahlah, lain kali aku akan melakukan dengan sangat baik. Jika kau benar-benar menginginkannya, sebaiknya kita cari makanan! Siapa tahu jika perutmu sudah terpenuhi, mungkin lamaranku akan diterima dengan sangat lapang."
Ucapan Alex membuatku mengangkat sebelah alis tidak percaya jika ada pria seperti Alex yang penuh percaya diri. Namun membuatku merasa nyaman dan menyenangkan dengan rasa lelah yang sedang kurasakan kali ini. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, hingga memasuki sebuah parkiran yang cukup luas di depan sebuah restoran yang sering kita datangi.
"Kenapa kau begitu menyukai restoran ini?" tanya Ku.
"Karena di restoran ini Aku merasa nyaman ketika makan denganmu," balas Alex.
"Kau ini benar-benar menyebalkan, sangat pandai sekali menggoda seorang wanita," balas Ku.
"Aku tidak pernah menggoda wanita!" seru Alex.
"Benarkah? Bukankah dulu kau sering menggoda temanku, hingga membuat dia kesal setiap kali bertemu denganmu?" tatap Ku.
"Bukankah masa itu jauh lebih menyenangkan, setiap hari bisa menggoda para wanita dan itu hanyalah sebuah candaan anak muda?" tanya Alex.
"Ya ya, Kau boleh beranggapan bahwa itu adalah sebuah candaan, tapi bagaimana jika ada seorang wanita yang bahkan tersentuh dengan godaan mu itu. Kau benar-benar sama sekali tidak pernah memikirkan tentang perasaan seorang wanita yang begitu mudah percaya dengan ucapan pria?"
Aku terdiam saat mengucapkannya tidak tersadar bahwa diriku sendiri terbuai dengan segala ucapan para pria, termasuk seorang Samuel yang bahkan sudah merubah sepenuhnya kehidupanku, hingga seperti saat ini membuat aku tidak percaya pada benar akan terlibat dengan seorang pria bernama Alex.
"Maafkan Aku, aku ...."
"Dan aku janji, tidak akan melakukan hal seperti itu jika aku benar-benar bersama denganmu."
Ucapan Alex tiba-tiba membuatku terkejut, tidak percaya jika dia meminta maaf untuk hal yang sama sekali aku tidak menunjukkan ucapan itu untuknya.
"Apa kau masih demam? Kenapa setiap ucapanmu terdengar begitu aneh?" tanya Ku.
Meski Alex terdiam mendengar pertanyaanku. Namun dia keluar dari mobil begitupun dengan diriku. Dengan tingkahnya yang begitu ramah, dia menyambut tanganku dan menuntun masuk ke dalam restoran yang begitu luas, dengan nuansa seperti biasa tenang ramah. Bahkan para pengunjung terlihat mereka bukanlah orang-orang sembarangan, melainkan dari kalangan elit yang membuatku terkagum melihat deretan orang-orang dari berbagai kalangan muda dan tua.
Mereka terlihat begitu tu puas dengan pelayanan dan nuansa di restoran hingga sesuai apa yang dikatakan oleh Alex, restoran dengan rasa nyaman seperti itu memang layak dijadikan tempat favorit untuk mereka yang berpasangan.
"Jangan terlalu banyak diam, di tempat duduk kita nanti. Kau boleh mengagumi tempat ini beserta dengan ketampanan diriku!" seru Alex.
Aku hanya tersenyum tipis untuk menanggapi ucapan Alex, dia menyiapkan kursi untuk aku duduki. Dan dia berputar duduk di hadapanku, kami saling duduk berhadapan. Hingga 1 pelayan datang menghampiri meja kami, memberikan deretan tulisan pesanan untuk dipesan oleh pengunjung di hadapan kami.
"Kau mau makan apa?" tanya Alex.
"Aku makan apapun yang kau pesan!" balas Ku.
"Ya, aku tahu kau akan mengatakannya. Karena tidak ada makanan yang tidak kau sukai. Baiklah, sebaiknya kita pesan ini untuk memuaskan perutmu dan juga minuman segar untuk menambah kesegaran tubuhmu." ucap Alex tersenyum.
Alex menunjukkan beberapa pesanan yang akan kami pesan kepada pelayan, hingga pelayan itu mengangguk dan pergi setelah mendapatkan permintaan pesanan kami.
"Apakah kamu tidak mau mempertimbangkan diriku untuk menjadi suamimu?"
Lagi-lagi pertanyaan Alex mengarah ke sana, membuatku terdiam menatapnya dengan penuh pertanyaan. Tetapi tepatnya deretan pertanyaan dengan ucapan yang sama sekali tidak pernah kuduga dikatakan oleh Alex.
"Hmm, kamu lagi-lagi malah terdiam untuk menanggapi pertanyaan ku?" tambah Alex.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kepalamu, setelah mengalami demam semalam. Tapi aku hanya ingin memberitahumu dan tidak mau terjebak dengan gombalan seorang pria, hingga aku terjatuh kembali di tempat yang sama dan alasan yang sama."
Alex tertegun mendengar penjelasanku. "Kau yakin menganggap diriku sebagai pria yang sama dengan mereka, yang pernah meninggalkanmu?" tanya Alex.
Aku terdiam tidak tahu harus menjawab pertanyaan dari pria yang ada di hadapanku dengan jawaban apa?
"Apakah aku harus menerimamu dan langsung menikah setelah aku berpisah dengan mantan suamiku? Bahkan aku baru saja memiliki seorang putri bekerja dan baru saja aku menemukan nafas untuk diriku, hidup hingga aku mendapatkan cemoohan dari orang-orang tentang diriku yang begitu membutuhkan perlindungan dari seorang pria terutama seorang suami?" jelas Ku.
"Baiklah, kapanpun kau bersedia untuk menikah denganku aku tunggu. Ketahuilah Cha, aku sudah siap dengan segala hal untuk menjadi suamimu dan menjadi pria yang dapat melindungimu termasuk dengan putrimu itu!"
Penjelasan dari Alex membuatku semakin terdiam, hal manis yang pernah kudengar dari mulut seorang pria yang dikatakan oleh Alex kali ini Alex.
"Bisakah kita seperti ini saja bercanda berbincang pergi bersama, tanpa ada sebuah ikatan yang dapat membuat kita malah berpisah dengan sangat lama, jika ada perseteruan antara kita hingga menjadi seperti sebuah pertemanan yang retak. Hingga tidak bisa diperbaiki lagi?" tanya Ku.
Alex terdiam mendengar perkataanku hingga dia menatap penuh harap ke arahku dan mengangguk sembari memasang senyuman simpul yang manisnya. Terlihat begitu ketulusan di dalam dirinya terasa menyejukkan hati.
"Baiklah, jika memang itu keinginanmu. Aku akan menyetujuinya. Tapi aku akan selalu terbuka untukmu selama kau selalu berada ada dapat di sampingku," jelas Alex.
"Dasar bodoh! Emangnya aku akan pergi ke mana, apalagi kau begitu sangat berguna untuk mengendalikan tanteku!" seru Ku.
"Hahaha, ternyata kau jauh lebih pintar untuk memanfaatkan ku. Tapi aku sangat menyukainya berpura-pura menjadi kekasihmu memang lebih menyenangkan meski menjadi suamimu akan jauh lebih menyenangkan!" seru Alex.
"Kau berpikiran kemana ketika meminta aku menjadi istrimu?" tanya Ku.
"Memangnya apa yang bisa kau pikirkan ketika aku merasa nyaman denganmu dan takut kehilangan dirimu?" protes Alex.
Jawaban yang sama sekali tidak pernah kuduga dari Alex ketika dia mengatakannya. Aku bahkan terpikirkan jika dia hanya membutuhkan tubuhku dibandingkan sebuah pernikahan yang sungguhan dengan penuh perasaan, apalagi yang kutahu Alex adalah seorang pria yang mampu melakukan hal apapun, termasuk hanya sebuah pernikahan dengan wanita cantik dan mapan.
"Sudahlah,menjadi pria yang bisa melindungimu adalah hal yang baik yang kudapatkan dan aku tidak akan pernah menyia-nyiakan nya. Kau cukup menjadi gadis baik-baik selalu berada disampingku, itu sudah jauh lebih cukup apalagi dengan segala senyuman dan keceriaan dirimu selalu membuatku nyaman seperti tadi malam kali ini," ucap Alex
Ucapan Alex terdengar sangat menyenangkan ketika dia mengatakan. Saat kami masih dalam perbincangan, deretan pelayan datang dan memberikan pesanan kami dengan sangat ramah. Seperti biasa aku menyambut semua menu makanan yang ada di sana, dengan senyuman ramah terlihat Alex begitu merasa nyaman dan menyukai tanggapanku, setiap kali di hadapan makanan.
"Aku tidak pernah menyangka jika bisa melihat senyuman bersemangat mu meski harus dengan deretan makanan di hadapanmu!" seru Alex.
Aku sama sekali tidak menanggapi ucapannya dan hanya menggidikkan bahu dan memasukkan satu suap makanan untuk memuaskan mulut dan perutku.
"Makanlah dengan baik, tidak akan ada yang berebut denganmu!" seru Alex.
Dia memberikan beberapa makanan untuk diriku dibalas anggukan oleh ku, pria itu hanya bisa tersenyum tipis, hingga dia juga memakan makanannya tapi pandangannya tidak pernah teralihkan untukku. Kami berdua makan di sore hari bersama tanpa ada perbincangan ataupun perdebatan yang terulang antara kami berdua.
Namun terpikirkan tentang ucapan Alex, terdengar sangat familiar di mana pernah dikatakan juga oleh seseorang untuk diriku. Di mana dia begitu menyukai senyumanku hingga menginginkan diriku sebagai wanitanya. Namun kembali tersadar hingga tersenyum tipis menatap Alex dan menghabiskan makanan yang ada. Cukup lama kami berada di restoran hingga makanan penutup datang Alex hanya tersenyum tipis, melihat diriku yang begitu menyukai makanan penutup di restoran itu.
"Sepertinya kau jauh lebih menyukai makanan penutup dibandingkan yang tadi?" tanya Alex.
"Hei, bukankah kau sudah tahu bahwa tidak ada makanan yang tidak ku sukai. Tapi makanan yang ada di hadapanku jauh lebih menyenangkan untuk di nikmati," balas Ku.
"Baiklah, kau boleh memakan semuanya! Oh ya Cha, apakah hari libur nanti kau memiliki waktu itu?" tanya Alex.
"Waktu untuk apa?" balas Ku.
"Tidak ada, hanya saja ada sebuah pesta di rumah temanku dan aku tidak punya pasangan untuk datang ke sana. Apakah kau mau pergi denganku?" tanya Alex.
"Apakah kau masih perlu bertanya tentang hal itu, yang di mana kau tahu sendiri bahwa aku tidak mungkin menolak aja kamu. Apalagi kau perutku dengan sangat baik setiap hari!" seru Ku.
Alex tertawa mendengar jawaban dan penjelasan ku dengan pertanyaannya yang begitu sederhana. Namun aku menjawabnya dengan penuh pertimbangan dan makna meski terkesan bahwa. Aku memanfaatkan pria yang ada di hadapanku.
"Kenapa aku begitu menyukai ketika kau yang malah memanfaatkanku untuk memuaskan perutmu itu? Tapi cukup menyenangkan setiap kali melihat seorang wanita seperti dirimu begitu menikmati makanan yang ada ada, sangat jarang sekali ada seorang wanita dengan apa adanya makan di hadapan pria tanpa menjaga image kewanitaannya," ucap Alex.
"Apakah kau berpikir bahwa aku bukan seorang wanita?" tanya Ku.
"Hahaha, jika kau bukan seorang wanita bagaimana mungkin aku begitu menikmati ciuman bersama dengan dirimu!" seru Alex.
Aku tertegun ketika mendengar ucapan dari Alex dengan gelak tawanya, tidak percaya jika pria itu malah mengatakan hal seperti itu di hadapanku. Hingga membuatku tertegun mendengarnya.
"Setelah ini, kau mau pergi kemana?" tanya Alex mengalihkan perbincangan kepadaku.
"Sebenarnya akan jauh lebih baik jika aku kembali ke kontrakan dan beristirahat setelah makan dengan sangat puas seperti saat ini. Tapi sepertinya tidak berharap untuk kembali lebih cepat," ucap Ku.
Alex hanya tersenyum mendengar pertanyaanku.
"Memangnya tempat bagaimana lagi yang kau ingin datangi bersama denganku tanya Alex.
"Kenapa Kau malah berbalik bertanya, ketika semua keputusan ada kepada dirimu dan aku tidak mungkin menolak ajakan mu?" balas Ku.
Lagi-lagi, tersenyum tertahan setiap kali mendengar ucapanku.
"Kau benar-benar sangat menggemaskan, hingga membuatku ingin mencium bibirmu yang mungil itu!" seru Alex.
"Kau memang selalu tertuju kesana sedari tadi," balas Ku.
"Hahaha tidak seperti itu, jangan bilang kau selalu menganggapku sebagai pria sembarangan yang selalu berpikiran negatif untuk seorang wanita," ucap Alex.
"Bagaimana aku tidak berpikiran seperti itu, jika ada seorang pria sangat baik sekali kepadaku tanpa imbalan," ucap Ku.
"Siapa bilang tidak ada imbalan? Bukankah dari awal aku sudah mengajakmu untuk menikah denganku, itu adalah imbalan yang setimpal selama aku ingin memilikimu," ucap Alex.
Aku mengangkat sebelah alis menatap tajam dengan penjelasan Alex.
"Bahkan aku sudah tahu jawabanmu, kau jangan terlalu banyak berpikir sebaiknya kita keluar dari sini Jika kau sudah merasakannya atau kau masih ingin memesan makanan?" tanya Alex.
"Tidak, perutku sudah sangat kenyang!" balas Ku.
"Baiklah, mari kita kembali!" ajak Alex di balas anggukan olehku.
Kami bangun dari duduk setelah selesai menghabiskan makanan dengan perut yang begitu terpuaskan, deretan makanan yang begitu sangat enak dan juga pelayanan yang baik dari restoran yang tidak jauh dari tempatku bekerja
Berjalan mengikuti Alex, pergi ke kasir membayar tagihan makanan. Hingga aku melihat nuansa restoran begitu menyenangkan saat melihat pengunjung lain juga terlihat begitu romantis berdua bersama dengan pasangannya.
Aku lihat Alex begitu sangat lembut setiap kali memperlakukanku dan juga terlihat ramah kepada para pelayan dan orang lain. Pria yang sama sekali tidak pernah kusangka bahwa dia sangat ramah dan menyenangkan, menjadi seseorang yang berada disampingnya.
"Kau terbiasa untuk melamun ya?" jari telunjuk Alex mendarat tepat di keningku dengan pertanyaannya.
Aku balas dengan senyuman hingga kami keluar dari restoran saling tertawa dan pergi menuju di mana mobil terparkir. Pria yang sangat manis ketika Alex membukakan pintu untukku dengan sambutan hangat ala seorang putri untuk ku. Hingga membuatku hanya menahan senyuman untuk tingkah lakunya duduk di kursi di samping kemudi.
Alex mengitari mobil dan masuk hingga dia duduk di balik kemudi tersenyum tipis menatap ke arahku.
"Kau masih saja melupakan sesuatu setiap kali masuk ke dalam mobilku?" tatap Alex.
Aku hanya tertegun mendengar ucapannya, hingga Alex mendekat ke arahku membuatku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh pria yang ada di hadapanku. Hingga benar-benar mendekat ke arahku dengan jarak yang sangat dekat.
Berkemungkinan dia akan melakukan hal apa yang pernah terjadi tadi malam gimana bibir Alex mendarat tepat di bibirku. Terlihat bibir tipis berwarna merah tua itu, begitu sangat dekat dengan wajahku bahkan deru napasnya yang sangat hangat terasa hingga pria itu mengerutkan dahinya dan ternyata dia memasangkan sabuk pengaman untukku.
"Kenapa kau sepertinya sangat kecewa dengan apa yang kulakukan?" tanya Alex.
"Tidak ada, aku ...."
"Hahaha, jangan bilang kau berharap aku mendaratkan bibirku di bibirmu itu! Sepertinya aku memang harus melakukannya lagi!" tawa Alex.
"Jangan bodoh, atau kepalamu itu bisa aku pukul dan melakukannya!" gerutu Ku memang terasa sangat menyebalkan ketika Alex mengatakan hal seperti itu.
"Baiklah-baiklah, semakin Kau marah, malah semakin menyenangkan!" seru Alex.
Ucapannya sama sekali tidak menjawab hingga mobil melaju keluar dari parkiran. Aku tidak tahu kemana Alex akan membawaku pergi tapi sepertinya arahnya menuju kontrakan.
Dengan kecepatan sedang hingga mobil berhenti tepat di depan gerbang kontrakan, di mana terlihat di hadapanku rumah pemilik kontrakan begitu besar hanya saja rumah Alex jauh lebih besar dari pemilik kontrakan hingga membuatku begitu nyaman tinggal di sana.
"Kenapa aku merasa kau begitu kesal saat aku malah membawamu ke kontrakan mu itu?"
Pertanyaan Alex membuatku tersadar dan membenarkan ucapannya.
"Kau boleh tinggal di tempatku, meski kau berulang kali menolak lamaran ku," ucap Alex.
"Hei, sejak kapan aku menolaknya?" tanya Ku.
"Apakah kau menerimanya?" balas Alex.
"Sudahlah, berbicara denganmu memang tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi pembicaraanmu selalu saja tidak masuk akal membuatku kesal saja."
Alex tertawa mendengar gerutuan ku saat aku berjalan beberapa langkah masuk ke gerbang Alex menarik tanganku, hingga dia mendaratkan bibirnya tepat di bibirku membuatku terkejut merasakan sejuknya bibir yang sempat mendarat tadi malam aku rasakan. Kini benar-benar terjadi lagi dilakukan oleh pria yang ada di hadapanku.
Meski ciuman itu cukup jauh lebih baik dari sebelumnya. Terasa begitu menyegarkan saat iya melakukan ciuman yang begitu mendalam, membuat diriku melayang hingga menutup kedua mata menyambut ciumannya. Aku sama sekali tidak membalas jangan membiarkan dia menikmati aktivitasnya.
Apalagi dia ingin mencoba untuk memperbaiki cara ciumannya untukku, hingga kedua tangannya memegang wajahku untuk mempermudah dia melakukannya. Hingga mengakhiri ciuman itu Alex menatap dengan simpul senyum mata kami saling bersitatap dan juga saling menjawab senyuman satu sama lain.
"Bagaimana dengan ciuman ku kali ini? Apakah kau sudah mulai menyukainya?"
Pertanyaan Alex membuat ku mengerutkan dahi dan memukul dahinya pelan.
"Belajarlah dengan baik-baik lagi, kau masih belum bisa membuatku membalas ciuman mu!"
Setelah mengatakannya aku bergegas pergi meninggalkan Alex yang terdiam dan masuk ke kontrakan tanpa mencoba untuk melihat ke arahnya, yang masih berdiri di depan gerbang.
Namun terlihat saat aku membuka tirai jendela melihat dia tersenyum tipis hingga masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana.