Alex yang bercerita dan aku yang menertawakannya pria itu sama sekali tidak protes. Meski aku tertawa setiap kali dia bercerita hingga ada saatnya pria itu malah melihatku dalam diam tersenyum tipis saat aku tertawa tanpa henti menertawakannya.
"Bagaimana rasanya di cium oleh orang sakit?" tanya Alex.
"Cukup menyenangkan, hanya saja ... ya terasa hambar," balas Ku tersenyum tertahan.
"Mau coba lagi?" tanya Alex tersenyum.
"Kenapa aku merasa, kamu bukan mau menciumku. Tapi mau menularkan sakitmu padaku," balas Ku.
"Hah, mana ada!" teriak Alex, reaksinya ku balas dengan gelak tawa, hingga dia terdiam menatapku.
"Kau jangan terlalu banyak tertawa nanti bisa-bisa bocormu itu benar-benar tidak bisa tertahankan," ucap Alex.
Seketika aku tertegun dan menatap dengan tajam, hingga dia tertegun dan menghampiri dan memelukku dengan sangat erat dengan ucapan yang sama sekali tidak pernah kuduga jika Alex akan melakukannya.
"Iya iya, maaf Sayang. Aku minta maaf, aku lupa kalau kamu akan marah setiap kali aku menyinggungmu tentang masalahmu itu, aku minta maaf."
Alex meminta maaf sembari memeluk dengan sangat erat padaku, tubuhnya yang masih terasa hangat membuatku tertegun hingga tidak bisa jika aku tidak tertawa melihat ekspresinya yang berubah-rubah kali ini.
"Sudahlah-sudah lah, ini sudah sangat larut sebaiknya kau cepat beristirahat agar besok membaik!" seru Ku di balas anggukan Alex.
"Kamu juga!" ajak Alex.
"Hmm, besok aku kerja," angguk Ku.
"Ya, nanti aku antar jika aku sudah membaik," ucap Alex di balas anggukan olehku.
Berdiri dari duduk kami berdua kini berjalan meninggalkan ruang tamu dan naik ke lantai atas di mana kamar kami berdua berada, di antara kami berdua. Apalagi setelah sesuatu hal terjadi dan Terdengar sangat menyenangkan saat bercerita dengannya.
"Kamarmu itu, dan kamar sebelahnya yang di sana kamar ku," ucap Alex menunjukkan kamar untukku dan juga kamar miliknya.
"Tapi kamu harus pastikan aku tertidur terlebih dahulu dan jangan tidur lebih awal dariku!" ucap Alex lagi membuatku tertegun mendengar ucapannya.
"Kenapa seperti itu? Bukankah kamu sudah baik-baik saja dan aku akan tidur di kamarku, rasanya aku kelelahan sekali," balas Ku.
"Turuti saja pokoknya, jika aku belum tertidur kau tidak di perbolehkan untuk keluar dari kamarku!" Alex menarik tanganku. Kami tetap berjalan memasuki kamar tanpa mencoba untuk berdebat kembali.
Saat Alex membuka pintu kamarnya kamar yang bahkan begitu luas, 3 kali lipat dari kamar kontrakan. Membuat aku tertegun melihatnya, Alex pergi ke kamar mandi dan aku duduk di kursi tidak tahu harus melakukan apa saat perasaan canggung berada di kamar seorang pria, benar-benar membuat perasaanku tidak karuan dan berharap malam cepat berlalu dan aku kembali bekerja dengan hari-hariku yang membuatku nyaman tanpa ada perasaan canggung seperti yang dirasakan hari ini.
Cukup lama saat Alex berada di dalam kamar mandi dia keluar dari kamar dan menatapku dengan sayu.
"Sebenarnya, makanan apa yang kau berikan di dalam bubur itu, kenapa aku sampai tidak tahan buang air besar?" tanya Alex berjalan menghampiriku sembari memegang perutnya.
"Tidak ada, aku sama sekali tidak memberikan apapun di dalam makananmu. Justru aku rasa itu adalah hal yang baik agar kamu cepat pulih, tapi sepertinya pengaruh itu karena kamu memakan buah-buahan terlalu banyak tadi," balas Ku.
"Seperti itukah?" ucap Alex.
"Ya, sebaiknya kau cepat tidur aku rasanya sudah sangat mengantuk tapi perasaan lapar mulai menyerangku bagaimana ini?" ucap Ku.
"Jadi bagaimana kalau kau buatkan makanan yang enak dan aku juga menjadi lapar setelah membuangnya tadi, benar-benar membuat seluruh kujur tubuhku kelelahan karenanya," jelas Alex.
Membuang nafas kasar, aku tetap menuruti apapun yang dikatakan oleh Alex dan kembali keluar dari kamar menuruni tangga dan masuk ke dapur berharap pada sesuatu yang dapat ku masak, untuk makan malam kami. Saat kulihat di lemari pendingin tersenyum tipis hingga ku buat nasi goreng dengan campuran complete dari sayuran dan juga makanan cepat saji disana ku campur dengan nasi.
Terhirup aroma yang memanjakan perut membuatku tersenyum dan bersemangat kali ini saat mencicipi masakan ku. Tapi aku terkejut ketika sebuah tangan melingkar di pinggangku dari arah belakang memelukku dengan sangat erat. Alex bahkan mencium dan menghirup punggung Leherku berulang kali membuat debaran jantungku berdetak sangat kencang seakan-akan kali ini benar-benar mau terjatuh dari tempatnya.
"Kenapa begitu menyenangkan ketika selalu berada di sampingmu bahkan memeluk seperti ini saja, membuatku sangat nyaman," ucap Alex.
"Apa yang sedang kamu lakukan, kamu mau menggantikanku untuk menyelesaikan masakanku?" tanya Ku.
"Itu namanya penyiksaan dalam rumah tangga! Bukankah suamimu ini sedang sakit seharusnya kau memanjakannya," balas Alex.
"Siapa yang suamiku? Kau bahkan belum melamarku!" tegas Ku.
"Apakah kamu mau aku melamarmu? Aku akan melakukannya kapan kau siap?"
Pertanyaan Alex membuatku tertegun, hingga aku tidak percaya jika pria yang ada di hadapanku dapat bercanda hal seperti itu ya di depanku dan aku memilih untuk memukul kepalanya meski pelan-pelan.
"Jangan terlalu banyak bermimpi di saat kamu sedang dalam keadaan tidak sehat seperti ini! Duduklah kita akan makan!" seru Ku.
Alih-alih pergi duduk di kursi, Alex masih saja tidak melepas pelukannya di belakangku membuatku malas hingga tidak lagi protes dengan apa yang dia lakukan bahkan perjalanan untuk menyiapkan makanan pun dia tetap mengikuti ku tanpa henti. Kali ini kami duduk di kursi saling berdampingan di meja makan dengan Alex yang melihatku dengan senyuman tanpa henti di wajahnya.
"Aku tidak tahu jika demam, akan membuat dirimu menjadi gila sedari tadi melakukan hal-hal yang tidak masuk akal bahkan sekarang kau malah tersenyum seperti itu menakutkan ku," ucap Ku.
"Bukankah kamu sangat menyukai ketika aku tersenyum?" tanya Alex.
"Dari mana kepercayaan dirimu itu datang? Aku bahkan sama sekali tidak mengatakan hal itu?" balas Ku.
"Aku rasa bukan karena kepercayaan diri tapi memang kenyataannya aku tersenyum dan terlihat begitu tampan bahkan bisa membuatmu terkagum kepadaku. Apakah kamu menyukaiku?" jelas Alex.
Ucapannya semakin membuatku tampak malas meladeni nya, hingga aku memilih untuk memasukkan satu suap nasi ke dalam mulutnya membuat dia terkejut. Tapi Alex tetap mengunyah makanan yang kuberikan kepadanya tersenyum tipis melihat Alex yang begitu penurut saat aku menyuapinya. Bahkan dia sama sekali tidak protes Meski aku menyuapinya dengan sangat cepat pria yang ada di sampingku itu memang benar-benar lain dari siapapun.
Membuat aku merasa bahwa pria ya satu ini memang lain dari orang lain di mana dia cukup terbuka dalam berbagai hal. Termasuk dia yang menceritakan tentang keluarganya dan juga pekerjaan yang sedang dia geluti, menjadi ahli teknologi memang menurutku adalah hal yang sangat sulit tapi di depan Alex dia terdengar seperti seorang ahli yang dapat di andalkan.
Setelah selesai makan malam dan berbincang seperti sebelumnya, kami kembali ke kamar dan aku memastikan dapat tidur dengan baik.
"Jangan pergi dari kamar sebelum aku tertidur!" seru Alex.
Membuang nafas halus aku menjawabnya dengan anggukan dan duduk disamping Alex di atas tempat tidur memastikan dia tertidur di sampingku meski ada perasaan canggung. Tapi tetap saja perasaan tidak karuan jika berada di dalam satu kamar dengan seorang pria. Meski status kami hanyalah berpura-pura pacaran.
"Coba kamu ceritakan sebuah dongeng untukku, rasanya aku ingin mendengar kamu bercerita," ucap Alex menatapku dengan pandangan yang tidak bisa aku artikan.
Tapi mengingat hari sudah sangat larut aku tidak lagi menolak permintaannya dan mencoba untuk bercerita ya lebih tepatnya aku menceritakan tentang perjalanan hidupku hingga bertemu dengan seorang pria bernama Darwin menikahiku. Bahkan mau bertanggung jawab tapi pada akhirnya tetap saja kami berpisah karena hal yang tidak mungkin diterima oleh semua orang tentang kehamilanku titik bercerita tanpa henti.
Hingga tak terasa rasa kantuk menyerang ku kamar aku lihat Alex sudah tertidur sangat pulas hingga aku memastikan suhu tubuhnya mulai turun kali ini. Tapi perasaan berat menyerangku membuatku malas untuk beranjak dari sana dan memilih untuk tertidur disamping Alex dan benar-benar aku lakukan. Tanpa pikir panjang apalagi hal yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang pria yang sedang sakit seperti Alex dengan suhu yang sangat tinggi tidak memungkinkan jika pria itu melakukan hal yang tidak masuk akal pada akhirnya aku tetap tidur disamping pria yang sedang sakit.
Perasaan baru saja aku tertidur, tapi pada kenyataannya tetap saja malam berlalu begitu cepat hingga membuatku merasakan tidur dalam sekejap. Tapi perasaan nyaman saat kudapati kali ini benar-benar membuatku enggan untuk terbangun dari tidurku, hal yang paling membuatku terkejut ketika aku membuka kedua mata dan melihat tubuh seseorang bahkan kurasakan setiap lekuk tubuhnya kupeluk erat.
Apalagi wajah dengan jarak yang sangat dekat membuatku tertegun tapi hal yang paling mengejutkan ketika Alex beralih ke arahku, sehingga membuat wajah kami bersentuhan terutama kedua bibir milik kami berdua. Aku membulatkan kedua mata termasuk Alex yang juga membuka kedua matanya hanya bisa tersenyum tipis saat mendapati hal seperti ini, benar-benar terjadi diantara kami berdua.
Aku bergegas melepasnya bangun dari tidur tapi pelukan Alex, dia tahan hingga tidak bisa membuatku terbangun dan malah mematung di atas dadâ pria yang tersenyum di hadapanku kali ini.
"Apakah sangat menyenangkan ketika bangun bangun di pagi hari dan yang kamu lihat adalah pria tampan?" tanya Alex.
Entah darimana kepercayaan diri yang dikatakan oleh Alex, selalu dia utarakan meski yang dia katakan adalah kebenaran yang aku tahu akan tetapi hal yang tidak mungkin bagi diriku untuk menyanjung dirinya. Apalagi sampai membuat dia semakin percaya diri dan melakukan apapun yang dia suka kali ini.
"Bukankah hal yang membuatmu senang adalah ketika kamu bisa memeluk seseorang bahkan menciumnya dengan sesuka hati?" balas Ku.
"Aku rasa yang mencari kesempatan adalah kamu aku yang menjadi korban di sini bukan ke aku lemah tak berdaya karena sakit?" tanya Alex.
"Tidak ada orang yang sakit begitu menikmati ciumân nya!" gerutu Ku.
"Apakah kamu tidak menikmatinya?" tanya Alex.
Pertanyaan Alex benar-benar membuatku semakin merasa canggung tapi memang benar aku rasakan. Aku tertegun apalagi saat Alex menatapku sembari tersenyum di wajahnya tapi yang dia lakukan kali ini aku bangun dari tidurnya dan beralih. Kini dia yang berada di atas tubuhku membuat aku terkejut bahkan tidak tahu u jika seorang pria yang sudah membaik dari sakitnya memiliki tenaga yang begitu kuat hingga membuatku tidak bisa melawannya.
Apalagi menolak apa yang dia lakukan ciumán di pagi hari Alex lakukan dengan sangat lembut lain dari sebelumnya dia yang hanya mencoba untuk menikmati dan mencari bagian rasa dari sebuah ciumân. Tapi kali ini dia melakukannya dengan sangat lembut membuat ku terbawa suasana hingga membalas ciumân itu.
Ciumân yang saling berbalas satu sama lain memang begitu menyenangkan, apalagi di lakukan di pagi hari panas di tubuhku mulai naik. Tapi aku tersadar bahwa aku sedang datang bulan hal yang tidak mungkin aku meraih Alex untuk melakukan lebih dari sekedar cuman tapi aku terkejut ketika dia melepas ciumânnya dan beralih mencumbu leher jenjang ku, membuatku terkejut ingin berontak.
Tapi tidak bisa aku lakukan ketika kedua tanganku dia tarik ke atas kepala tidak dapat dibantah apalagi menolaknya Alex semakin menjadi mengecup setiap lekuk leherku. Saat mendengar desahan halus dariku, Alex menghentikan aksinya mendongakkan kepala tersenyum tipis ketika melihat wajahku dia benar-benar tersenyum puas dihadapanku dan kembali menciûm bibirku dengan rakus kali ini.
Alex melupakan sesuatu jika aku kali ini sedang datang bulan dan tidak bisa membuatnya dapat melakukan sesuka hati, saat Alex mencoba untuk menyebabkan pakaianku aku menahan ya menatapnya dengan tajam.
"Apakah kamu melupakan sesuatu kalau aku sedang mendapati masalah yang cukup serius dan rutin?" tatap Ku.
Alex tersenyum tertahan dia mengangguk menciûm bibirku dan berbaring di samping aku debaran jantung diantara kami berdua memang berdetak sangat kencang mungkin saja jika Alex memperhatikannya. Dia akan mendengar debaran jantungku yang begitu sangat kencang.
"Terima kasih karena sudah memberikan ku semangat lagi apalagi bisa menjadi dokter untuk menangani sakit ku!"
Ucapan Alex begitu sangat lembut dan tulus membuatku menatapnya dengan tanpa kata tidak tahu harus menanggapinya bagaimana. Tapi dia menoleh ke arahku tersenyum tipis hingga berulang kali mengecup bibirku yang terdiam tanpa kata.
"Bersiaplah, aku akan mengantarmu pergi bekerja. Sepertinya aku juga harus bekerja untuk mempersiapkan segala hal untuk melamarmu!" seru Alex bangun dari tidurnya menarik tubuhku dan kembali mengecup bibir rapat ku yang tidak tahu harus mengatakan apa lagi untuk Alex yang berbicara sedari tadi lain dari biasanya.
Melihat Alex yang sudah berjalan pergi ke kamar mandi aku terdiam mencerna apa yang terjadi antara aku dengan Alex kali ini. Mungkin saja akan lebih dari itu jika tidak ada hal yang menghalangi kami kali ini sedikit bersyukur ketika datang bulan ku dapat menolong diri ku kali ini. Akan menjadi semakin canggung di antara aku dengan Alex jika terjadi sesuatu hal yang seharusnya tidak terjadi diantara kami berdua yang dapat membuat kebersamaan.
Antara aku dengan Alex menjadi semakin renggang, sama persis seperti halnya nya sebuah persahabatan yang retak seketika ketika ada salah satu perasaan diantara kami berdua yang terluka apalagi sampai terjadi sesuatu hal yang tidak bisa diulang kembali, termasuk apa yang pernah aku alami bersama dengan Samuel dan tidak bisa mengembalikan apapun termasuk masa masa mudaku.
"Kanu tidak bergegas membersihkan tubuhmu atau malah ingin bermalas-malasan tinggal di sini, tidak masalah aku akan membiayai mu sepenuhnya!"
Ucapan Alex membuatku terkejut dan bangun dari tempat tidur bergegas berlari melewati Alex yang berdiri saat ia hendak membersihkan tubuhnya. Tapi tanpa kuduga Alex menarik tanganku hingga kini dia memelukku dengan sangat erat, wajah bersitatap satu sama lain saat aku mendengarkan kepala menatapnya dengan jarak yang sangat dekat.
"Dengarkan ucapanku, kali ini tidak ada kekasih pura-pura lagi. Melainkan yang sesungguhnya jangan terlalu banyak berfikir hal-hal yang buruk diantara kita berdua dan juga jangan terlalu lu mau mendengarkan ucapan orang lain agar hubungan antara kita berdua semakin baik dan tidak ada jarak yang dapat merubahnya kau paham," ucap Alex dibalas anggukan oleh ku.
Tanpa sadar aku menyetujui ucapannya dengan pandangan yang sama sekali tidak berkedip melihat wajahnya yang begitu tampan hingga sebuah kecupan dilakukan oleh Alex, menyadarkanku dan dia melepasku untuk pergi bersiap di kamar mandi tanpa mencegah aku lagi.
Masuk kedalam kamar mandi dengan perasaan dan debaran jantung yang begitu sangat kencang, membuatku tersenyum bahagia mendapati hal yang dan perlakuan lembut dari Alex memang membuat diriku merasa nyaman kali ini. Tidak ada perlakuan kekanakan dari Alex lagi apalagi sampai membuat diriku merasa canggung menghadapinya.
Membersihkan tubuh aku juga mencoba untuk memastikan bahwa perasaanku mulai membaik kali ini. Tapi hal yang paling membuatku tidak percaya kali ini adalah ketika aku tidak memiliki pakaian untuk pergi bekerja yang harus aku kenakan. Keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk melingkar di tubuhku setelah aku memastikan Alex tidak ada di sana.
Berjalan keluar dari kamar mandi hal yang paling membuatku salah adalah ketika membersihkan tubuh di dalam kamar mandi seorang pria. Aku mencoba untuk mencari celana yang dapat aku kenakan di lemari milik Alex.
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
Pertanyaan Alex mengejutkanku hingga aku tertegun saat melihatnya apalagi melihat dia yang juga ikut tertegun melihat diriku saat aku sadar bahwa aku hanya mengenakan handuk melingkar di tubuhku saja. Aku memilih untuk berlari berharap masuk lagi ke dalam kamar mandi.
Tapi Alex menarik tanganku hingga aku berada tepat di pelukannya lagi menghirup aroma segar di tubuhku. Alex tersenyum tipis tangan yang ada di pinggangku meraba setiap kalau buku-buku hingga hampir saja selipan handuk di bagian dadaku terbuka namun aku mencegahnya mengerutkan dahi takut hal yang akan terjadi dilakukan oleh Alex kepadaku.
"Sebenarnya, apa yang sedang kamu cari, Sayang di lemari seorang pria?"
Pertanyaan Alex membuatku tertegun dia mengalihkan berbagai rasa yang ada di perasaanku kali ini.
"Aku tidak punya jeans untuk aku pakai ke tempat kerja. Apakah kamu punya celana yang cukup untukku?" balas Ku.
"Dasar gadis bodoh, biar aku carikan! Kenapa kamu tidak bertanya kepadaku!" seru Alex, dia melepas pelukannya dan berjalan menghampiri lemari miliknya.
Hingga dia memberikan celana jeans yang berukuran sangat kecil dan juga kaos warna putih yang kebesaran miliknya membuatku bersemangat kali ini. Saat aku melihat-lihat pakaian yang diabadikan aku terkejut ketika Alex memelukku lagi dari arah belakang.
"Kenapa aroma mau begitu menyegarkan, Sayang? Rasanya ingin sekali aku segera melamarmu terutama memakanmu," bisik Alex.
Ucapan Alex membuat debaran jantungku berdetak semakin kencang tidak tahu harus menjawab apa tapi terasa sangat jelas bahwa sekujur tubuhku terasa panas. Apalagi jantung yang berdetak sangat kencang ingin memastikan segala perasaan yang sedang kurasakan kali ini. Mengecup bahuku leher hingga melumàt bibirku saat Alex menarik wajahku ke arahnya dia mencium bibirku dengan sangat lembut dan dalam melúmatnya dan menghisap tanpa henti hingga kami saling menelan saliva.
Tetap saja pada akhirnya Alex melepaskan diriku dan membiarkan aku mengenakan pakaian yang sedikit kebesaran dengan tubuhku yang tingginya hanya sekitar 156 cm, bertolak belakang dengan dirinya yang tinggi sekitar 175 cm memang sangat jauh jarak diantara aku dengan dia.
Setelah mengenakan pakaian yang sedikit kebesaran tapi aku tetap saja bergegas untuk pergi dan meraih baju seragam ku yang ternyata sedang dirapihkan oleh Alex.
"Kamu yakin mau mengenakannya lagi?" tanya Alex.
"Iya, aku cuma memiliki satu seragam. Meski seharusnya aku membelinya lagi ada seseorang yang menjual seragam lain untuk aku berganti," angguk Ku.
"Pergilah beli pakaian seragam mu itu, untuk kamu berganti. Aku bisa memberikan uangnya untukmu!" seru Alex.
"Tidak perlu, aku tidak membutuhkan ya," balas Ku.
"Aku tidak peduli kamu membutuhkannya atau tidak yang pasti aku akan memastikan kebutuhanmu!" bantah Alex.
Tidak percaya ada pria yang begitu keras kepala seperti Alex yang ada di hadapanku, dia yang sudah bersiap dengan pakaian kerjanya dan juga aku yang sudah siap dengan pakaian kerjaanku. Membuat sarapan aku lakukan untuk kami berdua, terasa begitu menyenangkan ketika bisa bersama-sama sarapan di pagi hari dengan pria tampan dan segar di hadapanku kali ini setelah selesai sarapan kami bersiap untuk pergi.
Tapi Alex memberikan beberapa lembar uang kertas kepadaku, lebih tepatnya jauh lebih banyak dari yang kuduga hingga membuatku tertegun dan tidak merasa enak hati. Ketika harus menerimanya tapi penolakan ku sama sekali tidak dihiraukan oleh Alex yang kini sudah membaik tubuhnya dan melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang.
Hingga dalam sekejap saja kami sudah sampai di tempat kerjaku meski canggung aku mencoba untuk berbicara kepadanya.
"Kenapa aku harus menerima ini?" tanya Ku.
Yang aku pikirkan seakan-akan aku adalah wanita panggilan yang mendapat bayaran.
"Dasar gadis ini, bukan kah itu uang kekasihmu. Kau punya hak untuk menggunakannya, sana pergi bekerja dan jangan lupa untuk makan dan beristirahat jika bukan jam kerja nanti aku akan menelponmu!" tegas Alex dibalas anggukan oleh ku.
Meski masih banyak pertanyaan yang ingin ku lontarkan kepadanya tapi aku ku tetap menurutnya turun dari mobil dan membiarkan dia kembali pergi setelah mengantarkanku. Perasaan yang tidak pernah kubayangkan kali ini ketika ada seseorang yang mengantarku bekerja bahkan menjamin bekalku seperti saat ini, dengan perasaan lega dan canggung.
Aku masuk ke perusahaan tanpa memikirkan banyak hal apalagi tentang Alex yang mengatakan, bahwa dia sudah menjadi kekasihku yang sesungguhnya meski hal yang masih belum bisa aku percayai. Tapi uang yang ada di tanganku kali ini harus dipercaya karena memang benar-benar nyata aku miliki dan membuat suasana hati ibu berwarna kali ini dengan semangat yang menggelora di pagi hari.
Padahal aku ingin sekali bertanya tentang kondisi tubuh Alex. Tapi berulang bersentuhan dengan tubuhnya itu, memastikan bahwa dia memang sudah benar-benar baik-baik saja. Perasaan bahagia dan bersemangat kali ini membuat wajahku berseri bekerja di sepanjang hari.