Malam ini, sekitar jam 7 malam. Saat aku masih terjaga setelah melihat Alex tertidur di sampingku dia terlihat kelelahan dengan wajah redup tertidur membuat diriku terasa nyaman.
Sebuah ketukan di balik pintu kamar membuatku harus terbangun dari tidur, meski rasa lelah dan tenaga terkuras habis oleh Alex membuat aku tampak malas bangun dari tempat tidur. Tapi, terpaksa ku lakukan ketika Alex tidak terbangun saat ketukan seseorang di luar sana.
Aku meringis saat turun dari tempat tidur dengan pinggang terasa patah dan langkah sedikit pelan saat rasa sakit berada di sana. Yaa, meski aku bukan seorang gadis lagi. Tapi, setidaknya cukup lama aku memang tidak melakukan hubungan suami istri seperti kebanyakan orang. Apalagi saat ini aku memiliki seorang Alex yang jauh lebih berbeda dari suamiku sebelumnya, meski dia memperlakukanku dengan sangat lembut tapi dia nampak rakus dengan sangat jelas menikmati setiap momen aktivitas kami lakukan.
Ketukan terdengar kembali membuatku harus bergegas mengenakan pakaian dan keluar membuka pintu melihat siapa yang mengetuk pintu berulangkali. Saat aku sudah selesai mengenakan pakaianku, meski melangkah perlahan tapi tetap ku usahakan untuk sampai di dekat pintu dan membukanya.
Saat ku lihat Samuel berdiri tepat di hadapanku, membuat diriku membulatkan kedua mata. Hal yang sama sekali tidak pernah ku duga ketika pria itu benar-benar berdiri di depan pintu kamar kami antara aku dengan Alex.
"Keluarlah, sebentar lagi akan makan malam," ajak Samuel.
Meski merasa canggung tapi aku yakin Samuel melihat sekiranya beberapa tanda merah yang di tinggalkan oleh Alex di bagian tubuhku yang terbuka. Meski dia memalingkan pandangannya namun, aku merasa malu saat mendapati diriku tidak mengenakan penutup d**a saat aku mau membuka pintu.
"Turunlah dan ajak suamimu itu," tambah Samuel lagi.
Balasanku hanay anggukan tanpa untuk berbicara, saat aku mencoba untuk menutup pintu, Samuel menahan pintu itu menatap tajam ke arahku.
"Cha, berbicara sepatah kata saja. Aku ingin mendengarnya ...." Ucapan Samuel membuatku terkejut. Namun tidak ku lakukan meski dia memohon dengan tatapan yang berharap aku menuruti permintaannya.
Dengan sekuat tenaga aku menutup pintu tanpa mencoba untuk menuruti apapun yang di inginkan oleh Samuel. Hal yang tidak mungkin aku lakukan ketika aku masih terbuai dengan permintaan dari pria itu setelah apa yang ku berikan dan dia lakukan, mungkin Samuel tidak menghancurkan kehidupanku. Tapi, dia meredupkan segala kecerahan yang ada di dalam kehidupanku tanpa memberi penjelasan pergi begitu saja dengan meninggalkan manisnya bualan yang dia tuturkan kepadaku.
Menutup pintu aku bersandar di balik pintu menahan diri untuk tidak terlalu lama berhadapan dengan Samuel, mencoba untuk melihat kearah Alex yang masih tertidur membuat aku semakin mencoba untuk menyadarkan diriku sendiri dan berjalan setelah memastikan pintu terkunci.
Sebelum aku membangunkan suamiku, aku memilih untuk membersihkan tubuhku terlebih dahulu tanpa mencoba untuk mengganggu Alex yang baru saja tertidur.
Perasaan yang tidak bisa ku tahan ketika ada rasa bahagia dan juga kesedihan saat melihat dan bertemu lagi dengan Samuel, pria itu tampak jauh lebih baik dari yang ku duga. Berkemungkinan besar dia hidup dengan sangat baik-baik saja di bandingkan kehidupanku penuh dengan luka.
Luka yang aku sendiri tidak tau siapa yang menggoreskannya, tetapi tidak ada luka yang sedalam ketika seseorang yang mengatakan cinta tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa penjelasan, apalagi tau hal apa yang terjadi dengan kekasihnya. Memikirkan semua itu membuat hatiku sakit hingga ku cengkram handuk yang melilit di tubuhku dan menyimpannya.
Setelah menyalakan shower air hangat menerpa kepalaku hingga sekujur tubuh membuat perasaan dan pikiranku jauh lebih baik kali ini. Seketika aku merindukan putri kecilku yang bahkan sama sekali tidak menginginkan diriku. Sama persis seperti Samuel, dia memperlakukanku sesuka hatinya selama busa membuat dirinya jauh lebih baik dengan apa yang dia harapkan.
"Tidak bisakah kau membiarkan diriku tenang sebentar saja. Kenapa Kau mengujiku dengan segala hal yang sama sekai tidak pernah bisa ku duga. Bisakah Kau ... memberikanku sedikit harapan untuk bisa jauh lebih tenang saat aku memiliki seorang Alex sebagai suamiku, aku bahkan belum yakin dengan perasaanku dengan suamiku sendiri dan Kau terus-terusan menguji diriku dengan segala kesabaranku. Tidak cukupkah Kau mengambil orangtuaku membuat mereka menjauh dariku, begitupun dengan putri kecilku dan sekarang Kau malah mencoba untuk mengembalikan lukaku yang sempat hilang dan sangat lama aku lupakan hingga berada tepat di hadapanku lagi." Saat di dalam kamar mandi sendirian, aku selalu merutuki Tuhan yang selalu memperlakukanku dengan kehendak-Nya.
Perasaan sedih aku pun tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi, memang Tuhanlah yang mengatur segala hal yang terjadi, meski aku selalu mengutamakan dirinya. Akan tetapi segala hal yang terjadi memang atas kehendak Tuhan dan juga ketersediaan diriku untuk menghadapinya.
Memikirkan tentang semua itu membuat rasa sedih dan sakit di dalam hati terukir kembali hingga air mata menetes begitu saja bercampur dengan air yang menerpa wajahku. Cukup lama berada di dalam kamar mandi, aku bahkan melupakan ajakan Samuel untuk makan malam bersama dengan keluarganya. Saat aku keluar dari kamar mandi, Alex duduk di tepi ranjang dan melihat ke arahku dengan senyum di wajahnya menyambut kedatanganku.
"Kau sudah terbangun? Bersihkanlah tubuhmu ... keluargamu meminta kita untuk turun makan malam bersama." Alex tidak menjawab ucapanku, namun dia menarik tanganku hingga duduk di pangkuannya.
"Sayang, yang tadi itu benar-benar sangat enak dan aku menyukainya," ucap Alex.
"Mandi saja dulu ... baru saja terbangun dan kamu sudah membicarakan hal seperti itu," protes ku.
"Aku akan membicarakannya setiap kali bersama denganmu. Bila perlu melakukannya lagi dan lagi!" tegas Alex.
"Yaa ... aku tau kau akan melakukannya. Kemarilah biar aku berikan kamu semangat untuk bangun dari tempat tidurmu dan mandi." Alex mengangguk dan menuruti ucapanku. Hingga dia menyodorkan wajahnya tepat di hadapanku membuatku mengangkat sebelah alis tidak percaya jika suamiku ini benar-benar menuruti hal apapun yang ku katakan termasuk hal kecil yang selalu menjadi bahan candaan diriku.
Mengingat Alex yang antusias, aku memilih untuk mengecup pipinya. Seluruh wajahnya tidak ku beri ruang, hingga ku kecup berulangkali termasuk bibir yang sedari tadi ada di hadapanku.
"Sana mandi ...."
Aku tersenyum setelah Alex mengangguk hingga dia pergi dari hadapanku dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi setelah aku menuruti permintaannya.
Bahagia adalah hal utama bagi seseorang tapi, memiliki seseorang yang mencintai dengan setulus hati bahkan memberikan segalanya untukmu itu adalah sebuah kebahagian yang ku rasakan kali ini. Bahkan Alex mampu memberikanku dalam sekejap meski aku menginginkan putriku sendiri, dia mampu melakukannya, membawa dan akan memastikan bahwa gadis kecil itu mengakui ku sebagai ibunya. Tapi, aku tidak ingin membuat putri kecilku merasa tertekan sedari dini hingga dia merasa tidak nyaman dan tidak menyukaiku.