Avgld 8

4986 Kata
“Lantai dua gak seramai lantai satu, lantai ini terlihat seperti Cafe khusus orang perkantoran ya lebih tepatnya Cafe lantai dua hanya dibuka buat pegawai kantor aja. Katanya, Avitha kenal sama teman papanya kalo gak salah om Dino namanya. Om Dino udah ngebooking lantai ini dua tahun yang lalu buat para pegawainya kalo lagi ngadain rapat, dan sampe sekarang berjalan kayak gitu bahkan bukan pegawai perusahaannya om Dino doang banyak pegawai dari perusahan lain juga, yang pasti Avitha punya kontrak yang lama bareng perusahaan itu.” Jelas Zacky panjang lebar mulai bercerita. Samuel dan Galdin melongo tak percaya, “Vi – Avitha Pouril kan Zack? A – adik gue?” Tanya Sam kaget. Zacky datang membawa nampan berisi tiga gelas kopi, lalu meletakkannya di meja dan segera duduk. “Kita ke ruangan Avitha dulu, dimana Zack?.” Tanya Samuel seraya meminta Zacky untuk menunjukkan kemana jalannya. Zacky berjalan ke arah tangga menuju lantai dua diikuti Galdin dan Samuel di belakangnya, Zacky menghentikan langkahnya di depan meja kosong. “Kita ngopi dulu.” Ucap Zacky seraya pergi ke tempat pembuatan kopi.  “Wait Zack, jangan bilang yang bantuin semua ini itu om Dino bokap gue?” Tanya Galdin. “Haha, kemana aja lo Galdin.” “Jadi selama ini mereka ngumpetin Avitha dari gue, sialan.” Geram Galdin. “Bukan mereka yang ngumpetin Avitha, tapi lo yang nolak buat ketemu dia.” Ucap Zacky. “Lo lupa? Waktu akhir tahun pas kita kelas dua, gue sempet ajak lo liburan bareng sama temen cewek gue tapi lo nolak karena lo milih mau liburan sama cewek lo, itu yang pertama.” Ucap Zacky yang membuat Galdin berpikir keras mengingat kejadian itu. “Gue inget, temen cewek yang sering lo ceritain suka di bully di sekolah kan?” Tanya Galdin memastikan, “astaga, berarti yang suka di bully Fiona dari kelas satu itu Avitha dong.” “Cih, baru inget tuh. Yang kedua pas acara anniversary Cafe yang ke satu tahun, bokap lo yang ngajak sendiri tapi lo nolak lagi kan?” “Hehe, ya kalo bokap bilang kalo itu acaranya Avitha pasti gue dateng kok.” Cengir Galdin membuat Zacky memandangnya sebal. “Dan terakhir yang paling bikin gue muak sama lo itu, pas lo gak sengaja nabrak mobil Avitha yang lagi parkir di mall terus bukannya lo tanggung jawab, lo malah cabut gitu aja.” “Kok lo tahu sih?” Tanya Galdin. “Ck, harus ya gue ingetin itu lagi. Sebelum ke mall gue sempet ajak lo buat makan di sana, tapi lo bilang udah ada Fiona yang nemenin lo.” “Galdin - Galdin, banyak banget kesempatan buat lo ketemu sama adek gue dengan cara yang gentle. Tapi sayang, lo malah milih buat ketemu dia dengan cara lo jatuh ketimpa Avitha. Astaga kalo gue jadi lo sih malu.” Ejek Samuel. “Diem lo bang, gak usah ikut campur lo.” Kesal Galdin. “Yeu, lo mau gak direstuin gue hah?” Ancam Sam. “Ehh jangan dong bang, hehe.” Cengir Galdin. “Udah lah, bahas yang lain lagi.” Ujar Zacky. “Bentar Zack, kok gue masih gak percaya kalo dia adek gue.” Yakin Samuel membuat Galdin menoyor kepala Samuel. “Gak sopan.” Toyor Samuel balik. “Yeu lo mah bang, harusnya lo bangga punya adek kayak dia. Di usianya yang masih cukup muda, Avitha udah bisa bangun ini semua. Bahkan di saat temennya yang lain masih pada main – main dia malah punya niat bikin usaha bang.” Seru Zacky. “Dewasa bener ya calon masa depan gue.” Ujar Galdin seraya menerawang. “Tampang sih oke, tapi lo harus bisa lebih dari Avitha nyet.” Tegur Zacky. “Lo muji apa ngejek? Mana ada tampang oke kayak monyet.” Sinis Galdin. “Beres muji baru ngejek.” Kekeh Zacky diikuti tawa Samuel. “Lo pengen tau apa yang dia bilang pas ngerncanain ini semua bang?” Tanya Zacky pada Samuel seraya memberi sedikit jeda, “dia bilang, ‘gue sama abang orangnya gak mau kalah, sama – sama punya ego tinggi. Abang udah bisa jadi CEO , gue sebagai adeknya gak bisa ngelebihi apa yang abang punya tapi gue juga gak mau kalah dari abang. Jadi gue putuskan buat menyama ratakan gue sama abang, biar adil.’ “ Ucap Zacky mengikuti nada bicara Avitha dulu yang masih dia ingat sampai sekarang. Samuel terdiam, bibirnya seolah tertutup rapat. Zacky menatap Galdin sebentar, “Lo tahu Galdin, dulu Avitha sering cerita kalo dia punya pangeran Panda. Gak nyangka ternyata pangeran Panda yang gendut itu adalah lo, haha.” Tawa Zacky di sela omongannya. “Lo kalo nyerita yang bener bego, kalo mau ketawa ya ketawa dulu baru cerita.” Cibir Galdin. “Hahaha, lanjut ya. Dulu, Avitha pernah cerita katanya pas lo ninggalin dia, Avitha sedih banget sampe gak mau makan terus dia ngurung diri di kamar bener kan bang? Seminggu dia ngurung diri, dia langsung keinget sama kata – kata lo, kalo lo pergi Cuma sebentar disitu dia langsung semangaat buat ngelakuin kegiatannya lagi. Dia juga pernah nangis di sekolah gara – gara kalung yang pernah lo kasih gue umpetin, abis itu gue kena marah dia selama tiga bulan cuma gara – gara kalung.” Ucap Zacky kembali, dia terkekeh saat matanya menangkap kedua manusia tengah bersedih saat dia sedang bercerita. Samuel menatap Zacky dengan pandangan menyesal, “ternyata selama ini gue bukan abang yang baik buat Avitha, gue gak bisa ngenal Avitha lebih deket lagi.” “Disaat Avitha bersedih nungguin gue kembali, gue malah asyik – asyikan bikin list mantan.” Renggut Galdin kesal membuat Samuel yang mendengarnya langsung menjitak kepalanya, “Sialan lo Galdin!.” Umpat Sam. “Dulu lo sama bokap – nyokap lo lebih sibuk sama kegiatan masing – masing, sampai Avitha sering datang ke Rumah Sakit pun pasti kalian gak tahu.” Ucap Zacky sedih. “Di dunia ini Avitha gak punya siapa – siapa selain kakek – nenek nya ( Orang tua dari Dina ) , lo, om Deni, sama tante Dina. Lo tahu kan kalo Avitha gak diterima sama opa dan oma ( Orang tua dari Deni, papa Avitha)? Bahkan semua sepupunya aja jauhin Avitha, sementara lo dengan hebatnya mengambil semua kasih sayang nenek – kakeknya juga. Gue gak tau lo ngomong apa sampai kakek Avitha ngejauhin Avitha dari nenekny, gue Cuma tau kalo lo rebut semuanya bang, gimana jadinya Avitha kalo gak ada gue? Sepupu bukan kakaknya bukan, lo tahu gak gimana bisa anak bandel kayak gue bisa ketemu Avitha.” Ucap Zacky dengan tenang sembari menghisap Vape miliknya. “Gimana jadinya kalo gue rusak Avitha malam itu.” Kekeh Zacky. ‘BUGHH’ “Sialan lo!” Maki Samuel di depan Zacky. Dua tahun lalu Malam sebelum bergantinya tahun, dua anak remaja yang tidak merasakan kebahagiaan seperti yang lainnya. Disaat yang lain tengah merayakan akhir tahun dengan gembira, Avitha dan Zacky malah di campakkan oleh kenyataan. Avitha yang selama ini merasa anak paling beruntung di dunia ternyata salah, sangat jauh dari prasangkanya ternyata dia hanyalah sebuah beban bagi keluarganya. Keluarga yang selalu dia banggakan tenyata mereka semua hanyalah topeng dari sebuah kepalsuan. Di usianya yang baru menginjak belasan tahun, dia sudah merasakan betapa sakitnya di campakkan. Kedua orang tuanya meninggalkannya hanya demi pekerjaan, mereka pergi jauh bersama kakaknya tanpa membawa Avitha. Avitha sudah terbiasa hidup tanpa kedua orang tuanya dan kakaknya, selama itu Avitha tinggal bersama kakek dan neneknya. Kedua orang tuanya masih tetap memberinya uang bulanan, hanya saja mereka tak pernah menanyakan sedikitpun kabar tentangnya. Sampai dimana mereka datang kembali, membuat semua kepercayaan yang sudah Avitha bangun kembali menjadi runtuh lagi. Sam yang adalah seorang kakak bagi Avitha, perlahan membenci Avitha. Semenjak dia datang kembali nenek dan kakeknya lebih memperhatikan Avitha ketimbang dirinya, hingga pada suatu hari Sam membuat nenek - kakeknya perlahan menjauhi cucu perempuannya itu, entah apa alasannya mereka kembali memilih mendekatkan diri lagi kepada Sam dan menjauhi Avitha. Avitha mencoba bertanya kenapa mereka menjauhinya, tapi sayang tidak ada yang menjawab. Avitha saat itu merasa sakit, seakan dia baru saja dicampakkan semenjak kedatangan kakaknya. “Kakek – nenek Avitha datang sama kak Sam.” Seru Avitha. “Sam, sini sayang peluk kakek sama nenek yu.” Balas kakek dan nenek menghiraukan ucapan Avitha. Sam berlari menghampiri kakek – neneknya, lalu memeluk mereka dengan erat. “Sam kangen sekali sama kalian, padahal baru kemarin ya Sam main kesini.” “Kak Sam, gantian dong. Avitha mau peluk nenek – kakek juga.” Sam menatap Avitha malas, “emangnya mereka mau dipeluk sama kamu?” Ejek Sam. “Emangnya kenapa? Avitha kan udah mandi, nenek sama kakek mau kan di peluk Avitha?” Tanya Avitha. Neneknya melepaskan pelukannya pada Sam, dia berdiri lalu pergi meninggalkan ruang keluarga. Sementara kakeknya menatap cucu laki – laki kesayangannya, “Sam kakek ajarin main bola basket yu.” Ajaknya seraya menuntun Sam ke belakang rumah. Dari situ lah Avitha tersadar, bahwa semuanya langsung berubah hanya dalam beberapa jam. Semenjak kejadian itu Avitha selalu memilih untuk sendiri, dia mengurung diri di kamar sepanjang hari hanya keluar jika ada yang dia perlukan. Avitha tidak menyalahkan kakaknya atas kejadian itu, memang disini lah Avitha yang salah selama ini dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Sampai dimana puncak Avitha dicampakkan, tepatnya malam pergantian tahun awalnya semua berjalan lancar, banyak wartawan yang meliput acara yang diselenggarakan oleh keluarga besar Pourl keluarga Avitha. Sampai di titik acaranya dimana kedua orang tuanya akan memperkenalkan anak – anaknya ke media, Avitha mendapat banyak tamparan saat itu. Di acara itu hanya Samuel yang diumumkan pada media sebagai anak dari Deni dan Dina, memang awalnya mereka sudah berunding dengan keluarga dan mereka menganggap Avitha masih terlalu kecil untuk menjadi sorotan media. Tapi berbeda dengan apa yang Avitha tangkap, dia seperti tak dianggap ada oleh mereka. “Bi Mina, Avitha mau keluar sebentar ya. Kalo mama sama papa nanyain, bilang aja udah pulang ke rumah duluan.” Titah Avitha pada asisten yang selalu menjaganya. “Baik Non.” Avitha tak perlu mengendap – ngendap agar bisa keluar dari hotel tempat diadakannya acara itu, karena mereka tak perduli dengan gadis bergaun putih yang berwajah pucat pasi. Berbeda dengan Avitha, Zacky tengah kelimpungan mencari kakaknya di sebuah Club malam. Kemanapun kakaknya pergi, Zacky harus mengikutinya. Kakaknya yang sudah masuk SMA dan memiliki KTP dengan leluasanya bisa keluar masuk club, berhubung teman kakaknya mengadakan pesta di Club itu semua usia bisa masuk kesana asal ada undangan dari pemilik pesta. Zacky selalu menolak jika kakaknya menawari alkohol, tapi entah kenapa malam itu Zacky seperti kehilangan akalnya mungkin juga karena efek dari putusnya hubungan Zacky dengan pacarnya yang sudah berjalan satu tahun lamanya. Tanpa disuruh, Zacky mulai meneguk habis minuman milik kakaknya.  Diteguknya sampai habis, Zacky selalu meminta kakaknya untuk mengisi lagi gelas miliknya. Sampai dimana kesadarannya mulai menghilang, dia berjalan semppoyongan ke arah luar pikirannya mungkin kakaknya sudah pulang lebih dulu. Dia keluar dan mulai mengendarai mobil dengan pelan – pelan, tepat dimana dia menemukan anak perempuan seumuran dirinya memakai gaun dan berjalan di jalanan sepi sendirian. Entah apa yang Zacky pikirkan malam itu, menghentikan mobilnya saat pandangannya melihat gadis itu hendak menghampiri mobilnya, gadis itu mengetuk kaca mobil Zacky dan selanjutnya gadis itu tergeletak pingsan di pinggir mobilnya. Zacky yang masih setengah sadar keluar dari mobil, dia mengangkat gadis itu lalu memasukkannya ke dalam mobil. “Gue harus anter lo kemana?” Tanya Zacky kebingungan saat dia memikirkan mau kemana gadis itu dia antar, dia meminggirkan mobilnya terlebih dahulu di depan supermarket. Dia berencana membeli s**u untuk dia minum sebagai penetral mabuknya. Avitha yang masih pingsan selama perjalanan membuat Zacky terpaksa harus menggendongnya, Zacky memutuskan untuk membawanya pulang ke apartemen miliknya dan kakaknya. Sesampainya di depan pintu, Zacky membukanya dan betapa terkejutnya saat melihat kakaknya tengah berpesta lagi di dalam apartemen, kali ini abangnya ditemani dengan beberapa teman wanitanya. “Abang ngapain bawa mereka kesini?” Tanya Zacky yang langsung membuat kakaknya menoleh, “Wah lo dapet cewek malem ini Zack, bawa sini biar gue cicip dulu abis itu giliran lo.” “Eh gue tau nih cewek, inikan adeknya si Samuel yang di TV tadi. Kalo gak salah namanya Avitha.” “Wah, gue gak tau sih bang. Gue nemu ni cewek pingsan di jalan.” “Cih, udahlah kasih dia buat gue. Lagian gak akan ada yang peduli juga sama dia, gue tahu dia di mata keluarganya.” Zacky menggeleng, “ga, awas lo gue mau bawa dia ke kamar gue.” Usir Zacky saat kakaknya menghadang jalannya. “Ck, yodah sana jangan ganggu gue sama temen – temen.” Teriak kakak Zacky saat Zacky sampai di lantai dua. Zacky merebahkan Avitha di kasur milinya, matanya terpaku pada wajah milik Avitha, perlahan tangannya membelai wajah halus Avitha. Tiba – tiba Zackyy merasakan perutnya mual, dia bergegas ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Flashback off “Jorok ish!” Umpat Galdin saat melihat Zacky sedang meragakan dirinya dulu di kamar mandi. “Kenapa diem bang?” Tanya Zacky seraya tersenyum mengejek. “Banyak yang belum gue tahu ternyata.” Lirih Samuel membuat Zacky tersenyum sinis. “Cih, baru sadar lo.” Sindir Zacky yang sudah mulai emosi. “Lo tau kan kalo gue lagi mabuk kayak gimana?” Tanya Zacky pada Sam, “Gimana jadinya kalo gue rusak Avitha malam itu.” Kekeh Zacky. ‘BUGHH’ “Sialan lo!” Maki Samuel seraya memberikan bogeman pada wajah Zacky. Zacky yang belum siap menerima itu akhirnya terungkal ke belakang, “Harusnya gue pake aja Avitha malam itu, dengan itu gue bisa mempersingkat waktunya buat hidup kan?” ‘BUGHH’ “b******n lo Zack.” Umpat Sam. ‘BUGHHH’ “Mati lo bangs*t!” Maki Sam. Galdin menahan Sam saat lelaki itu ingin memukul Zacky kembali, “Stop bang!” “Lepasin Galdin!” Titah Sam. “Stop! Gue bilang stop SAM!” Bentak Galdin, membuat Samuel langsung diam. Samuel kembali duduk, Galdin mengatur nafasnya lalu membantu Zacky untuk kembali duduk. “Cih.” Decih Zacky saat pandangannya bertemu dengan Sam. “Oke lanjut ya, gue mau tanya. Selama Avitha sekolah siapa yang ngurus ini Zack?” Tanya Galdin. Zacky tertawa sebentar seraya memegang bibirnya sakit, “itu pertanyaan yang gue tunggu dari tadi bro.” Kekeh Zacky, “selama Avitha sekolah, nyokap lo Galdin yang bantu segala keperluan Cafe. Dia Cuma mantau aja sih, sisanya Avitha percayain sama anak bi Mina asisten rumah tangga di kediaman Pourl.” Jelas Zacky panjang lebar. “Jadi bokap sama nyokap gue ikut andil Zack?” Tanya Galdin. “Tanyain aja sama bokap – nyokap lo.” Ucap Zacky. “Kita lanjut ke ruangan Avitha, ada berkas yang harus gue bawa.” Ucap Samuel. Zacky mengabaikan ucapan Samuel, dia benjak pergi yang langsung diikuti Samuel dan Galdin. “Ngapain ke toilet sih Zack? Kalo lo mau ke toilet ya kagak usah ajak gue lah.” Protes Galdin saat Zacky melangkahkan kakiknya ke arah toilet. “Siapa yang mau ke toilet sih Galdin, bibir lo cerewet banget.” Ucap Zacky. “Terus lo mau ajak gue sama bang Samuel kemana? Bukannya di depan udah mentok ya gak ada jalan lagi.” Oceh Galdin membuat Zacky mendengus kesal. “Kita ke lukisan itu.” Sahut Zacky seadanya. Zacky bergegas menuju sebuah lukisan besar yang letaknya di ujung lorong, sementara Galdin dan Samuel mengikutinya dari belakang. Samuel nampak kesal dengan lelucon yang diberikan Zacky, “Ck, gue serius Zack, anterin gue ke ruangan Avitha.” “Gue serius.” Balas Zacky saat mereka sudah sampai di depan lukisan besar itu. Zacky memencet sebuah tombol yang berada di pinggir lukisan itu, tak lama kemudian lukisan itu terbelah menjadi dua dan nampaklah sebuah lift yang terbuka. “Loh, ada lift disini?” Tanya Sam kagum. “Eh bukannnya cuma dua lantai ya?”Tanya Galdin heran. Zacky menghiraukan ucapan kedua temannya itu, dia memilih masuk ke dalam lift yang langsung diikuti Galdin. Saat Samuel hendak masuk lift, tiba – tiba ponselnya berbunyi, “bentar.” Samuel mengangkat ponselnya, “Halo ma, ada apa?” Tanya Sam. “ . . . . “ “Iya ini Sam lagi sama Galdin kok.” “ . . . . “ “Iya Zacky juga disini.” “Oh ok ma, Sam kesana sekarang.” Ucap Sam lalu mengakhiri panggilannya. Galdin yang kepo karena namanya disebutkan pun bertanya, “kenapa sama gue bang?” “Kondisi Avitha kritis, ada yang bobol kamar rawat Avitha. Kita tunda ini dulu, ke rumah sakit sekarang.” Titah Sam seraya berbalik dan diikuti Zacky dan Galdin yang juga berlari. SKIP Setibanya mereka di rumah sakit, ruangan Avitha tengah dijaga ketat oleh beberapa bodyguard anak buah Sam. Di luar nampak Lexia, Dina dan kedua orang tua Galdin beserta mama Zacky yang tengah duduk gelisah. ‘Kenapa banyak bodyguard gini?’ Batin Zack. ‘Avitha kenapa? Kok bokap sama nyokap disini sih?’ Batin Galdin bertanya – tanya. “Ma!” Panggil Samuel saat melihat Dina di luar ruangan Avitha tengah terduduk lemas dipelukan mama Galdin. “Sam.” Lirih Dina sedih seraya berlari ke pelukan anak lelaki satu – satunya itu. “Ssssst, Sam disini ma. Udah mama tenang dulu, Avitha pasti baik – baik aja kok.” Ucap Sam seraya mengusap - ngusap punggung mamanya. “Mama disini sebentar, Sam mau ngomong sama mereka.” Pinta Sam seraya mendekati anak buahnya. “Kalian udah cek CCTV?” “Udah boss, mereka hapus semua.” Balas salah satu penjaga. “Chip yang dibawah ranjang udah lo cek?” Tanya Sam. “Mereka cabut semuanya bos, kayaknya dia dibantu orang dalam deh bos.” “Oh ok, gue bakal cari tahu nanti.” Ucap Sam. “Ma, liat Lexia gak?” Tanya Sam pada Dina. “Lexia yang jagain adik kamu?” “Iya, kemana dia?” “Dia bilang mau ke toilet.” Ucap Dina. “Sam keluar dulu ma, bilangin sama papa Sam mau minjem anak buah papa.“ Pamit Sam setelah mengecup kening mamanya, “Sam bakal bunuh orang itu kalo terjadi apa – apa sama Avitha.” Sementara Galdin tengah berdiri di hadapan kedua orang tuanya, dia menarik tangan mamanya pelan dan membawanya sedikit menjauh dari ruangan Avitha. “Galdin mau bicara.” Ucap Galdin pada mamanya. “Tanya aja.” Ketus mamanya di depan Galdin. “Kok mama gitu sih ngomongnya?” Tanya Galdin saat mamanya berbicara dengan nada tak suka kepadanya. “Udah cepetan mau nanya apa.” Titah Dino yang datang menghampiri Galdin dan istrinya. Galdin bingung memulainya dari mana, karena saking banyaknya pertanyaan yang hendak Galdin berikan untuk papa dan mamanya. “Mama sama papa kenapa bohongin Galdin?” Tanya Galdin seraya melipatkan tangannya di d**a. “Bohong yang mana nih?” Kikik Dino papanya Galdin seraya merangkul istrinya dari samping. “Ck.” Decak Galdin tak sengaja. Hal itu membuat mamanya menatap Galdin tajam, “gak sopan.” Galdin memandang mamanya was – was, tatapan mamanya pada Galdin membuat dirinya ketakutan. “Mama kenap---“ belum sempat Galdin berbicara, tiba – tiba “A A Awsh sakit ma.” Rengek Galdin saat mamanya menarik kupingnya sangat kencang. “Aduh sayang jangan sungkan – sungkan nariknya, kurang kenceng itu.” Pinta Dino pada istrinya. “Kayak gini pah?” Tanya Lina pada Dino seraya memperkuat tarikannya pada telingan Galdin. “A a argghhhh!” Teriak Galdin kencang, hal itu membuat Lina menjauhkan tangannya. Lina menatap Galdin dengan kedua tangan ada di pinggangnya, “enak hm?” Tanya Lina seraya memelototkan matanya pada Galdin. Galdin yang di tatap seperti itu memilih menundukkan kepalanya, “kok jadi gue yang kena marah sih?” Gerutu Galdin yang sempat terdengar di telinga mamanya. “Kamu bilang apa, coba sekali lagi.” “eh, Galdin gak bilang apa – apa kok ma. Hehe.” Cengir Galdin seraya mengusap – ngusap kedua telinganya. “Kamu itu ceroboh banget sih, dasar anak nakal. Harusnya kamu jagain dia, itu calon menantu mama yang paling cantik. Dasar anak nakal!” Protes Lina seraya mencubit pinggang Galdin, membuat lelaki itu kesakitan. “Adu – du – duh maaa, maafin Galdin deh ma. Auhh” Rengek Galdin. “Mama maafin kali ini, tapi inget kamu harus jagain Avitha jangan sampai kamu kecolongan lagi.” Pinta Lina seraya mengelus sayang rambut Galdin. Galdin menatap mata mamanya, “eh mama kok nangis?” Tanya Galdin. Lina tak menjawa dia malah mengusap airmatanya lalu berbalik meninggalkan Galdin dan Dino. Dino tersenyum penuh arti, “mama itu sayang banget sama Avitha, sama seperti sayangnya ke kamu dan Lexia.” Tutur Dino. Galdin tersenyum senang setelah mendengarkan ucapan papanya, dia bersyukur keluarganya bisa menerima Avitha. Wajah Galdin berubah menjadi kesal, “papa gak ada rasa bersalah gitu sama Galdin?” Tanya Galdin yang langsung membuat Dino tertawa. “Emang papa ngelakuin apa? Haha.” Tawa Dino. “Ish.” Rajuk Galdin. “Temenin papa ke depan.” Ajak Dino seraya merangkul Galdin layaknya teman. Akhirnya Galdin pergi bersama Dino setelah berbicara dengan Zacky untuk memberitahunya saat terjadi sesuatu dengan Avitha. _ “Ikut gue!” Tarik Samuel pada tangan Lexia. “Ish gak usah tarik – tarik.” Protes Lexia yang baru saja keluar dari kamar mandi tangannya langsung ditarik oleh Samuel dengan kasar, membuat Lexia terpaksa sedikit berlari agar tak terseret. Samuel membawa Lexia ke taman yang ada di rumah sakit, sesampainya disana Lexia langsung menyentak tangan Samuel. Lexia memandang Samuel kesal, “Apaan sih bang?” “Kasih tau gue Avitha kenapa?” “Ck, ngomongnya baik – baik dong gak usah kasar, ini jadi merah.” Gerutu Lexia sembari memperlihatkan pergelangan tangannya yang memerah. Samuel terkejut saat melihat tangan gadis di depannya begitu merah, perasaan bersalahpun muncul. Samuel meraih tangan Lexia lalu mengusap, meniup dan mengecupnya pelan. Hal itu membuat Lexia terkejut, “Eh gak usah.” Ucapnya seraya menjauhkan tangannya dari Samuel namun ditahan oleh lelaki itu. “Maaf.” Lirih Samuel yang masih sesekali mengecup memar di tangan Lexia. Lexia mengangguk, “iya ga papa bang.” Samuel menggeleng, “gak papa gimana itu tangannya merah gara – gara gue.” Ucap Samuel seraya menuntun Lexia menuju bangku taman dengan tangan yang tak henti – hentinya mengusap – usap pergelangan tangan Lexia, lalu dia mendudukkan Lexia pada kursi yang disediakan rumah sakit. Samuel berlutut di hadapan Lexia, ‘DEG’ jantung Lexia berdetak lebih cepat. “Tunggu sebentar.” Ucap Samuel menatap mata Lexia lalu pergi meninggalkan Lexia di taman. Lexia memegang dadanya, “Astaga kenapa cepet gini? Kayaknya gue harus konsul sama dokter deh.” Ucap Lexia tanpa menyadari apa arti jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. “Ternyata bang Sam dari deket ganteng banget.” Gumam Lexia seraya tersenyum bahagia, lalu memukul kepalanya berkali – kali. “Apaan sih, itu cowok nyebelin tau.” Protes Lexia menyadarkan dirinya. Tak lama kemudian Samuel membawa baskom berisi es batu yang membuat Lexia bingung, “kakak dapet itu dari mana?” Tanya Lexia malu – malu. Samuel terkekeh, “ganti panggilan nih? Biasanya juga manggil abang.” Ejek Sam. Lexia yang mendapat ejekan seperti itu malah menahan senyumnya, hal itu membuat semburat merah di pipinya muncul. “Aduh jangan gitu dong dek, nanti bang Sam gak kuat liatnya.” Ejek Galdin yang tiba – tiba datang bersama Zacky dari arah belakang lalu mengagetkan Lexia. “Ish.” Protes Lexia seraya memukul pinggang Galdin yang duduk di pinggirnya, Galdin tanpa sengaja menyenggol kaki kiri Lexia, “sshh sakit.” Bisiknya sangat pelan. Galdin terkekeh geli mendengar bisikan adiknya, “wah lo gak suka gue di sini ya?” Ledek Galdin seraya menaik turunkan alisnya. “Emang si Lexa bisikin apa Galdin?” Tanya Zacky. “Dia bilang, ‘lo ganggu gue sama bang Sam tau’ gitu dia.” Ucap Galdin menirukan gaya bicara adiknya membuat Sam dan Zacky tertawa. Lexia memandang Galdin dan Zacky kesal, “bukan itu Zack, lo kok percaya sih sama kadal kayak gitu.” Sam kembali berlutut di depan Lexia, “Udah ah, sini tangannya keburu cair esnya.” Pinta Sam seraya meraih tangan Lexia. Merasa posisinya kurang maju, Samuel menggeserkan kaki kiri Lexia agar lebih terbuka. Bertepatan dengan itu Lexia menjerit kesakitan, “Arghhh, sh*t.” Umpat Lexia yang langsung menutup mulutnya malu. “Loh kamu kenapa?” Tanya Sam kaget. Lexia menggeleng tak ingin memberi tahu Sam, “gak papa ko, itu tangannya jangan kekencengan ya nekennya.” Samuel mengangguk paham, dia kembali membenarkan posisinya lalu tak sengaja badannya yang membungkuk menyenggol kembali kaki Lexia. “Aduh!” Ringis Lexia semakin membuat Sam bingung pasalnya dia belum menyentuh tangan Lexia. “Kamu kenapa sih dek?” Tanya Sam bingung. Galdin dan Zacky menggeleng – gelengkan kepalanya, “Ckckckc udah aku kamu ternyata Galdin.” Ucap Zacky yang langsung diangguki Galdin. “Ck, lo bawa adek gue kayak bawa karung.” Sinis Galdin, “lain kali kalo buru – buru mending lo gendong dari pada diseret.” Lanjut Galdin yang langsung membuat Sam mengerti. Sam menatap kaki mulus Lexia lalu meneguk ludahnya kasar, “astaga.” Sam melihat pergelangan kaki Lexia membiru mungkin karena dia menariknya cepat jadi dia tak bisa menyeimbangkan jalannya. Samuel buru – buru menggendong Lexia di depan, membuat Lexia yang tak siap dengan itu langsung mengaitkan tangan kanannya pada leher Sam. “Mau dibawa kemana adek gue bang?” Tanya Galdin. “KUA Galdin!” Balas Sam cepat lalu bergegas meninggalkan Galdin dan Zacky yang sedang kebingungan. “Emang KUA ada di sini ya?” Cengo Galdin yang langsung membuat Zacky menoyor kepalanya lalu pergi meninggalkan Galdin sendirian. “Udah di fitrah ini.” Protes Galdin langsung menyusul Zacky. --- Samuel membawa Lexia ke ruang kerja Poppy, dengan tergesa – gesa dia membuka pintunya. Poppy yang sedang bersiap – siap untuk pulang pun kaget saat Samuel mendobrak pintunya kencang, “Ya ampun Sam, ngapain di dobrak segala. Kamu kan bisa panggil tante biar pintunya dibuka.” Ucap Poppy pada Sam. “Sorry tan, Sam panik banget tadi.” Jelas Sam, lalu mendudukkan Lexia di kursi tempat pasien. “Ada apa ini?” Tanya Poppy seraya memperhatikan Lexia dari atas dan bawah. “Ini cewek yang Sam maksud tadi tan, ternyata kakinya juga keseleo.” Ringis Sam merasa bersalah. “Oh gitu, saya Poppy tante Sam dan Avitha.” Sapa Poppy, “Jadi kamu yang namanya Lexa?” Tanya Poppy.  ‘UHUKK’ “Eh tante salah ya?” Samuel menepuk pundak Lexia berkali – kali, seraya membuka sekeg botol minum yang ada di meja tantenya lalu memberikannya untuk Lexia. “Enggak kok tan, itu nama panjang saya kok tan. Tapi tante panggilnya Lexia atau Lexa aja ya .hehe” Pinta Lexia sedikit tak enak. “Ah, baiklah. Coba bawa dia ke kasur Sam, biar tante obatin sekalian sama tangannya.” Titah Poppy yang langsung membuat Sam menuntun Lexia. “Ya ampun pasti sakit ya sayang, maafin ponakan tante yang satu itu ya dia emang suka kasar.” Ucap Poppy. “Apaan sih tan, gak gitu kok.” Rajuk Sam. “TOK – TOK – TOK!” Teriak Zacky seraya membuka pintu. “Eh ada Zacky sama Galdin, siapa ini satu lagi? Ah temannya Avitha ya?” Tanya Poppy. Rio menganggukkan kepalanya, “saya Rio tante, teman Avitha, hehe” Korek Rio seraya membungkukkan badannya, “teman hidup lebih tepatnya.” Lanjut Rio seraya tersenyum. “Arghhh, duh.” Ringis Rio seraya mengusap – ngusap perutnya yang terkena pukulan dari Galdin. “Saya teman hidupnya Tante, bukan dia.” Ucap Galdin seraya membungkukkan badannya. “Waduh, keponakan saya banyak yang suka.” Kekeh Poppy. Tiba – tiba Zacky pun mengangkat tangan kanannya, “saya juga tan, saya juga menyukai Avitha.” Ujar Zacky dengan nada lantangnya. “Lo cari mati ya?” Tanya Galdin seraya menatap Zacky datar. “Gue lagi nyari koin bukan nyari mati.” Sahut Zacky seraya menundukkan kepalanya ke bawah.  “Ck, ngapain lo pada kesini?” Sarkas Sam. “Gue mau nengok adek gue lah.” Sinis Galdin seraya mendudukkan diri di kursi. Samuel menatap Zacky, “Gue mau jenguk adiknya Galdin dong.” “Lo?” Tengok Sam pada Rio. “Gue? Gue mau jenguk bebep, wlee” Ejek Rio.  “Apaan, tadi lo ngaku jadi temen hidupnya Avitha. Nah sekarang lo bilang mau jenguk bebep, lo pusing ya.” Gerutu Galdin kesal. “Ga, lo gak diterima di sini.” Sarkas Samuel.  “Gak bisa gitu dong, gue kesini bareng kakak nya.” Protes Rio. “Apa hubungannya bego.” Cibir Zacky menyenggol badan Rio. “Gak ada.” Polos Rio. “Ck, pake ini ya banyak kucing garong di sini.” Ucap Samuel seraya membuka jaket yang dia pakai lalu menutupi kedua paha Lexia yang dari tadi jadi bahan tatapan Zacky dan Rio. Lexia yang takut pada kucing langsung memeluk Sam yang di sampingnya, “Aaaaaaaaa Lexa takut kucing.” Rengek Lexia dipelukan Sam. “Eh udah beres kok, gak papa.” Ucap Poppy saat Samuel menatapnya. “Gak ada eh, gue bohong.” Ucap Sam menenangkan Lexia seraya mengusap pelan rambut Lexia. Sam melepaskan pelukannya,matanya menatap Lexia dalam “sekarang gue mau nanya ada apa sama Avitha.” Galdin berdiri lalu menghampiri adiknya, “minggir!” Usir Galdin pada Samuel. “Dari tadi gue di sini.” Bantah Sam. Galdin mencengkram kerah baju Sam, “lo gak liat adek gue ketakutan gara – gara lo hah.” Sentak Galdin di depan muka Samuel. Samuel menatap Lexia yang sedikit menunduk, tangannya terangkat untuk mengusap pelan pipi Lexia. “Maaf.” Ucap Sam lalu menjauh. Galdin meyakinkan adiknya, “lo bisa jawab pertanyaan Sam kan?” Lexia mengangguk sembari tersenyum, “Jadi tadi itu Avitha udah bangun.......” Flashback Sudah satu jam lamanya Lexia duduk menemani Avitha yang masih berbaring, satu jam juga Lexia memainkan ponselnya. “Hoammm. Duh kebelet pipis nih.” Lexia menguap seraya meregangkan kedua tangannya, seraya beranjak dari kursinya lalu melangkah ke kamar mandi. Lexia keluar dari kamar mandi, pandangannya tertuju pada jendela yang memiliki gordeng panjang sampai lantai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN