Di belahan barat wilayah itu, jauh dari negeri yang dipimpin oleh Raz. Terdapat kumpulan serigala dengan kasta menengah. Mereka hidup makmur dengan memilih tinggal jauh dari pemukiman. Kabar tentang penobatan Raja baru dan tersingkirnya Raz menyebar di berbagai wilayah.
Siapa lagi pelakunya jika bukan Rogiles yang licik.
“Kau pasti berdusta, kau adalah musuh dari klan penguasa negeri ini. Tidak mungkin wilayah yang di pimpin oleh Magadang secara turun temurun, digantikan oleh orang lain yang tidak mewarisi darahnya, Tuan Araz tak mungkin se ceroboh itu.”
Lucifer orang yang menjadi pemimpin kawanan itu menampik kabar burung yang coba di tebar oleh Rogiles.
“Jika kau tidak percaya, mengapa kau tidak mengutus seseorang ke istana dan mengabarkan tentang kedatangan mu. Kita bisa pergi bersama, dan aku akan membuktikan jika Raja mereka yang baru bukan keturunan Magadang.” Rogiles berusaha mempengaruhinya.
“Kau gila! Untuk apa aku dan kawanan ku ke istana. Kami tidak pernah berurusan dengan Araz, juga kepemerintahannya. Akupun tak mau mencari masalah dengan mengurusi urusan mereka. Kawanan ku hidup damai. Kami bebas dan tidak tertindas, usahamu hanya akan sia-sia jika berpikir aku akan mendengarkan omong kosongmu itu.
Sebaiknya kau pergi sebelum aku melempar mu keluar.”
Rogiles terdiam sejenak. Tujuannya datang ke tempat itu untuk mencari sekutu. Posisinya terancam dan dia tak mau di kurung di bawah penjara istana Raz. Harga dirinya tak membiarkan dia tunduk dan lemah.
“Aku memiliki begitu banyak kawanan, wilayah kami tidak aman. Aku hanya meminta kebaikan hatimu untuk menetap sementara.”
Lucifer telah mengenal sepak terjang lelaki di hadapannya itu. Dia tak mau mengotori wilayahnya dengan menampung kedatangan mereka.
“Pergilah, aku tegaskan kau tidak akan mendapatkan apa-apa di sini.”
Rogiles menahan malu, napasnya memburu dengan sesak semakin menjadi. Kebencian dan amarah terpatri di hatinya.
“Kau sangat sombong! Ingatlah Lucifer. Roda itu berputar, kedatanganku hari ini akan kuingat seumur hidupku.”
Lucifer menutup gerbang wilayahnya untuk Rogiles. Naasnya dia harus memikirkan untuk pergi ke wilayah paling kejam demi mendapatkan perlindungan.
Rogiles melanjutkan perjalanan ke arah berlawanan, dia harus menemukan tempat sementara untuk bersembunyi. Kehilangan pasukan yang lumayan hebat membuatnya berpikir dua kali untuk menyerang istana Raz.
“Semua ini karena Raksana. Penghinaan ini, dan penghianatan nya. Aku akan membalasnya.”
**
Sementara itu di tempat lain.
Ryan dan Malik melewati perbatasan, sesuai permintaannya pada Raz. Penjagaan di perbatasan lebih di perketat lagi.
Lelaki itu duduk di atas batu besar dan menikmati pemandangan yang tersaji, sungguh negeri itu sangat hijau dan subur.
“Aku menerima laporan, mereka telah mencari ke seluruh wilayah tapi tidak menemukan dimana Raksana berada,”ucap Malik saat mereka rehat sejenak.
Ryan menikmati semilir angin yang membelai wajahnya.
“Artinya dia tidak dalam wilayah kita. Aku penasaran dimana dia berada sekarang. Ha, kalau begitu kita harus memeriksanya di sekitar perbatasan.”
Malik menolak dengan tegas usul Ryan.
“Maaf, hal itu tak bisa dilakukan. Kita tak bisa melewati perbatasan seperti sedang berkunjung ke desamu yang berada di bawah sana.”
Ryan tertarik mendengarnya, sementara itu pengawal yang mengikuti mereka baru saja tiba dengan napas terengah. Ryan mengganggap nya sebagai penghambat.
“Maaf Raja, saya ada kendala di jalan tadi.” Pengawal itu berdiri tegak dan tunduk di samping Malik.
“Sebaiknya kau pulang saja, atau tunggu kami di sini. Zean juga tidak mungkin tahu jika kau tidak mengikuti kami terus,”
Malik tertegun mendengar perintah Ryan.
“Tapi, Tuan. Saya janji tidak akan terlambat lagi,”
Ryan mengalihkan pandangan ke arah gunung yang terbentang di hadapannya.
“Sebaiknya beri dia kesempatan, kita tak pernah tahu jika Zean mungkin lebih cerdik dengan mengirim orangnya di perbatasan,” bela Malik.
Ryan merasa risih dan tidak terbiasa dengan orang baru. Masalahnya dia memang tidak pernah melihat pengawal itu. Lama ikut bersama dengan Raz, Ryan hampir mengenal semua pengawal yang ada di Istana.
“Terserah, sekarang katakan apa maksud dari ucapanmu barusan?”
Malik menjelaskan pada Ryan tentang batasan yang ada di sekitar negerinya.
“Aku memang tinggal di Gunung Bayangan, tetapi uwa menceritakan semuanya. Di sebelah barat, klan manusia serigala di pimpin oleh Lucifer, mereka sangat kuat dan mampu merobohkan pasukan kita dengan beberapa orang saja. Di sebelah timur dan selatan di kuasai oleh Falen. Jangan buat masalah baru dengan memasuki wilayah mereka tanpa seizin tuan Raz. Jika kita membuat mereka marah maka resikonya adalah peperangan.”
Ryan memikirkan ucapan Malik.
“Apa kekuasaan mereka sama besarnya dengan kita?”
Malik menggeleng.
“Utara dan sebagian besar wilayah di kuasai Magadang dari dulu, Raz mempertahankan kuasanya dengan memperkuat anak buah di perbatasan. Serta, wilayah ini di kenal dengan kuasa Tuas Araz. Sejauh ini Lucifer dan Falen tidak pernah berbuat curang karena Tuan Raz sendiri tidak pernah melanggar aturan dari perjanjian para pemimpin.”
Ryan tertegun mendengar itu.
“Wah, itulah yang aku sukai darimu, Malik. Kau mengetahui banyak hal hingga aku terjaga dari kesalahan.”
“Terimakasih pujiannya wahai Raja,” Malik menggodanya. Mereka tersenyum satu sama lain.
“Kalau begitu, Rogiles tak bisa kemana-mana, kau tahu tempatnya bukan? Antarkan aku kesana.”
“Apa!?”
Malik dan pengawal itu terkejut dan menyahut bersamaan. Ryan menatap keduanya bergantian.
“Kalian sangat kompak.”
Ryan mengambil langkah menuju ke tempat terakhir dia melakukan pencarian bersama Fahmi. Pengawal itu berubah menjadi gusar, dia mendesak Malik dengan bahasa isyarat untuk menghentikan Ryan.
“Dengarkan aku, sangat bahaya pergi ke tempat Rogiles tampa pengawalan,” cecar Malik berusaha meyakinkan.
“Itu, kau anggap dia apa?” tunjuk Ryan pada orang yang berdiri di sampingnya.
Malik dan pengawal itu kehilangan kata-kata.
“Sudah lah, ayo buruan. Aku tidak mau meninggalkan Zeana terlalu lama.”
Mereka melakukan perjalanan ke gua tempat tinggal Rogiles. Gunung Bayangan dan lembah ilusi harus di lewatinya demi mencapai tujuan.
Ryan nekat demi bernegosiasi, saat di perjalanan. Mereka tetap waspada dan memperhatikan ke sekeliling.
**
Dua hari berlalu …
“Raja, firasatku mengatakan untuk menghentikan perjalanan ini,” ucap Malik setelah menghalau serigala legam itu.
Ryan terengah setibanya di puncak, di bawah sana terlihat lembah ilusi menanti, sedikit lagi untuk tiba di gua yang ingin di tuju.
“Ada apa? Kita sudah istrahat beberapa kali, kau selalu mengeluh sepanjang jalan Malik, asal kau tahu itu.”
Sebagai anak tertua dan mewarisi keahlian datuknya, Malik memiliki insting yang tajam serta dapat menerawang walau hanya sekilas saja.
“Aku melihat beberapa pasukan di depan sana, dan aku tidak tahu pasukan itu milik siapa?”
Ryan tercekat di tempatnya.
“Kita akan memasuki kawasan Rogiles, tentu pasukan yang kau maksud adalah pasukannya.”
Malik menggeleng kuat.
“Pasukan Rogiles dan antek kepercayaannya telah di musnahkan oleh Fahmi saat pertarungan di desa. Jelas Rogiles telah mendapatkan sekutu. Ini adalah berita buruk.”
Ryan tidak ingin percaya begitu saja.
“Aku akan percaya saat melihatnya sendiri.”
Keras kepala, begitulah Ryan di mata semua orang.
“Baiklah, kalau itu mau mu?”
Malik menatap pengawal yang telah bersamanya sepanjang perjalanan.
“Hey, kau. Pulanglah dan dapatkan pasukan untuk kami,” ucap Malik.
Pengawal itu dan Ryan terkejut.
“Bukankah itu sangat berlebihan? Kita hanya mengintip. Aku janji tidak akan memaksa untuk masuk.”
Pengawal itu setuju dengan usul Ryan.
“Sepanjang aku mengenalmu, dari kau bukan siapa-siapa hingga menjadi seorang Raja, aku tak pernah melihatmu se sabar itu. Kau adalah orang yang nekat, maafkan kelancanganku tapi kita harus pergi dari sini secepatnya.”
Ryan menolak, mereka terus saling berargumen. Sampai seketika wajah Ryan berubah tegang.
Beberapa serigala mengelilingi mereka. Malik juga terkejut melihat itu dan langsung menarik pengawal yang ikut bersamanya untuk di lindungi.
“Kalian siapa? Daerah ini masih kawasan kami,” ucap Malik mengambil ancang-ancang.
Ryan pun terkejut melihat banyaknya jumlah serigala itu.
“Kau sebaiknya mundur, lembah ilusi adalah kawasan kami. Kalian berniat memasuki wilayah kami.”
Tersudut dan merasa terancam. Ryan tak percaya hal ini akan terjadi.
“Lembah ilusi itu di bawah wilayah Rogiles, aku sangat tahu jika kalian bukan pasukannya.”
Salah satu di antaranya mendekat dan mengendus mereka.
“Kalian benar, kami adalah pasukan Raja Falen, kami datang karena mendengar kepemimpinan wilayah Tuan Araz di gantikan oleh seorang raja baru.”
Seketika Ryan ingin memperkenalkan diri.
“Dia bukan keturunan Magadang dan itu membuat Raja Falen murka. Kami datang untuk memastikan hal itu.”
Wajah ketiganya menjadi pucat. Pengawal tadi tiba-tiba menggenggam tangan Ryan kuat. Ryan yang tek mengenalnya langsung menepis.
“Lancang sekali,” batinnya.