Ketenangan wilayah Araz kini berubah jadi lautan darah. Pertarungan yang terjadi meruntuhkan kedamaian yang dijaga selama bertahun-tahun. Fahmi masih bertahan dengan sisa-sisa kekuatan. Rogiles masih kuat walau serangan Fahmi dan Raz terus menghujam nya.
“Kalian benar-benar menguji kesabaran ku, aku akan membalas semua ini, jauh lebih kejam dari apa yang kalian bayangkan.”
Suara petir menyertai sumpah serapah yang diucapkan Rogiles. Langit seolah berpihak kepadanya. Hal itu membuat Raz goyah sedang Fahmi muak.
“Tutup mulutmu dan pergilah kau ke neraka!” Penderitaan orang-orang terkasih membuat Fahmi jauh lebih kuat.
Hujan membasahi bumi, amarah Fahmi tak tertahankan. Lelaki itu bertekad untuk menghabisi Rogiles malam ini juga. Serangan kembali dilakukan, Fahmi terus menekan dengan gerakan cepat yang membuat Rogiles pusing.
Wa Pasang dan Raz mundur, mereka menyerahkan pembalasan ini pada Fahmi.
“P-pasukan kita,” Wa Pasang tercengang melihat para pasukan yang terbaring di tanah.
Darah segar mengalir di selah air hujan, pasukan yang gugur menyisahkan kesedihan yang mendalam bagi Raz.
"Aku tidak akan memaafkan mereka," ucapnya dengan kilatan amarah di matanya.
Hyat.
Serangan dengan tenaga dalam menghempas Fahmi jauh ke belakang. Raz dan Wa Pasang tertegun karenanya. Rogiles berdiri dengan pongahnya menyeringai dengan senyum kemenangan.
“Kau dan semua orang mungkin merasa lebih pintar dariku, kalian pikir aku berani menerobos istana ini dengan tanpa persiapan? Tentu tidak.”
Bhuak.
Darah segar keluar dari mulut Fahmi, Raz dan Wa Pasang segera menghampiri untuk menolong pemuda itu.
“Fahmi, kau terluka.” Raz menatap cemas.
Fahmi kembali memuntahkan darah yang cukup banyak.
Bhuak.
Situasi memberatkan pihak mereka.
Wa Pasang memberi isyarat pada tuan Raz agar menyudahi pertempuran ini, kondisi Fahmi tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertempuran.
“Tidak, aku tidak akan mundur. Walau pasukan ku gugur, aku akan menghabisinya hingga perjuangan terakhir.”
Tuan Raz bangkit lalu menyerang. Dua serigala itu saling menerkam, mereka saling menggigit dan menunjukan taringnya.
“Bukankah, lebih baik jika kau menyerah saja, Raz. Pasukan mu telah gugur dan kita tahu siapa pemenangnya.”
Seringai mengerikan tampak di wajah serigala berbulu cokelat itu.
Kekhawatiran menyelinap di hati Raz, sekilas dia menoleh pada Fahmi yang terus memegangi dadanya.
'Tidak, nasib bangsaku tidak akan ku serahkan begitu saja,' batinnya.
Di kejauhan, Raz melihat bala bantuan datang kepadanya.
“Lihat, bahkan semesta masih berpihak pada kami, matilah kau Rogiles!” sentak Raz melayangkan cakar mengenai tubuh lawannya.
Napas Raz memburu, kepuasaan melihat musuhnya tersungkur jelas terpampang di wajah.
“Serang mereka! Bunuh dan musnahkan!” Raja Lucifer tiba dengan pasukannya.
Rogiles terkejut, luka di dadanya mengeluarkan darah dari bekas cakar tapak sang penguasa. Anak buah Rogiles terkepung oleh pasukan Raja Lucifer. Raja Falen dan Malik juga berada di sana setelah berhasil memenangkan pertempuran di perbatasan.
Raja Falen adalah orang yang berhati lembut, melihat Fahmi dan Rogiles terluka membuatnya terdiam.
“Tuan, lihatlah. Mereka bertiga dan hanya aku sendirian. Mereka menyerang tanpa memberiku ampun walau aku telah memohon.”
Raz dan yang lainnya terkejut, mendengar ucapan Rogiles.
“Pantas Raja Falen berpihak padamu tempo hari, ternyata kau membohonginya dengan cara keji,” Raz jijik melihat sikap bermuka dua yang di tunjukkan lawannya.
Rogiles merangkak mendekati Raja Falen.
“Berhenti kau disana! Jangan mendekat lagi,” titah Raja Lucifer.
Rogiles mengubah wujudnya menjadi manusia, luka di tubuhnya semakin terlihat nyata.
“Uhuuk uhuk!”
Raja Falen akan mendekat untuk menolong, tapi langkahnya langsung di tahan oleh sang calon menantu.
“Bayangkan, jika Putri Azura di tahan olehnya, apa tuanku juga akan bersikap seperti ini? Dia telah menawan orang penting di kerajaan ini dan menyerang saat waktu yang tak di tentukan, bukankah sudah jelas jika dia adalah orang yang licik.”
Raja Falen termenung, beberapa hari tidak bertemu dengan putrinya membuat dadanya sesak menahan rindu, begitu pula hatinya yang merasakan kekhawatiran yang hebat.
“Kau pantas mati, Rogiles. Beraninya kau membawa namaku atas perbuatanmu dan meminta pasukan ku untuk menahan adik dari Tuan Fahmi. Kau menjebak ku!”
Rogiles tertawa sambil menekan lukanya. Raz menyerang dengan ajian tapak sang penguasa. Jurus yang tak mampu dia tahan.
Bhuak. Uhuk uhuk.
Darah kental keluar dari mulut lelaki itu. Fahmi menyeringai, serangan Raz cukup kuat hingga dapat melukainya.
“Jangan terlalu termakan omongan mereka, Tuan. Dia,” tunjuknya pada Fahmi.
“Putra Magadang itu bahkan tidak tahu apa yang terjadi.”
Semua orang mendengarkan. Anak buah Rogiles telah gugur. Dan menyisahkan pemimpinnya saja.
“Aku tidak pernah menculik adiknya, dengarkan itu. Aku mengambil apa yang harusnya menjadi milikku.”
Raz kembali melayangkan cakar maut yang melukai tepat di wajah Rogiles, semua orang tak menyangka Raja Araz yang di kenal bijak dapat menyerang musuh yang sudah tidak berdaya.
“Tahan, Raja Araz. Bagaimana bisa kau melakukan itu!”
Raja Falen luluh dengan ketidak berdayaan Rogiles.
“Aku telah hidup beratus tahun lamanya, Raja Falen. Demi menunaikan janjiku pada Magadang aku masih berdiri di sini, apa yang akan dia katakan hanyalah omong kosong untuk mengacaukan pikiran kalian dan tentu saja pikiran Fahmi.”
Raja Falen dan Raja Lucifer terdiam. Rogiles masih bernapas, tujuannya untuk meluluh lantahkan kerajaan itu terus dilakukan walau ajalnya sudah di depan mata.
“Dia sekarat,” ucap Malik.
Rogiles menatap Raja Falen, satu-satunya yang dapat menyelamatkannya sekarang.
“Adik yang di maksud putra Magadang adalah putra- …,”
Raz akan menyerang sekali lagi tapi di hentikan oleh Raja Falen.
“Berhentilah, Raja Araz. Jika kau merasa benar, maka biarkan dia menyelesaikan ucapannya.”
Raja Falen mendekati Rogiles.
“Katakan.”
“Dia adalah putra Raksana yang di culik saat masih kecil dulu, dia adalah milik kami.”
Fahmi tercengang, dengan hati yang kacau.
“Dia adalah musuh dari kerajaan Araz, keturunan satu-satunya, musuh besar mereka. Apa yang bisa kulakukan selain menyelamatkannya.”
Raja Falen dan Lucifer menatap Raz.
“Lihat, aku sudah bilang dia pintar berdusta. Ryan telah dinobatkan menjadi Raja di kerajaan Araz. Fahmi yang tak dapat naik tahta saat bulan purnama di gantikan oleh adiknya. Jika dia musuh, kenapa aku harus menyerahkan kerajaanku padanya.”
Masalah semakin rumit setelah pengakuan Raz.
“Jadi benar, Raja yang berkuasa bukanlah putra Magadang? Kalau begitu kau membohongi kami!” ucap Raja Lucifer.
Fahmi dan Raz saling memandang. Rogiles berhasil menyudutkan mereka.
“Dia adalah adikku, putra siapapun dia. Saat dia datang ke kehidupan kami. Dia tidak membawa kasta ataupun nama dari ayahnya. Dia adikku dan dalam perlindunganku. Apapun yang aku katakan dia selalu mendengarkan ku. Kami tumbuh bersama, dan kalian ingin memecah belah persaudaraan kami karena hal ini,” ucap Fahmi geram.
Lelaki itu bangkit dan mendekati Rogiles.
“Musuhku yang sebenarnya hanyalah kau dan lelaki yang telah membunuh Bapak yang tak ku ingat lagi rupanya. Kenyataan lain yang mengatakan mereka adalah saudara tidak menyurutkan niatku untuk membasmi kalian!”
Ajian cakar maut mendarat di perut Rogiles. Darah segar bersimbah saat kepalan tangan Fahmi merobek kulit lelaki itu.
Raja Falen tercengang, Rogiles merenggang nyawa tepat di sampingnya. Tidak peduli akan tatapan semua orang. Fahmi bangkit dengan kekuatan yang tersisa.
“Hari ini, siapapun yang mengatakan jika Ryan bukanlah saudaraku akan menjadi musuh dari kerajaan ini. Aku tidak peduli dengan pandangan kalian. Sebagai pewaris dari Tuan Raz, aku hanya menetapkan Raksana sebagai musuh abadi.”
Semua orang tertegun mendengarnya.
Fahmi tumbang sesaat setelah mengatakannya.
Ajian itu menguras banyak energinya. Jasad Rogiles ditinggalkan begitu saja.
"Fahmi bangunlah." Tuan Raz mengankat tubuh pemuda itu. Semua orang kini fokus untuk menolong Fahmi.