Kedatangan Malik tanpa Ryan membuat geger seisi istana. Pemuda itu langsung mencari keberadaan Fahmi sesuai permintaan sahabatnya. Namun saat dia memasuki ruangan, Malik tak sengaja berpapasan dengan sang ibunda juga Juna.
“Malik, bukannya kau pergi bersama Ryan? Apa kalian sudah kembali?” Juna dan sang ibunda dilalui begitu saja.
“Hey, ibu bertanya padamu.” Juna mengejar, tetapi Malik tak bicara.
Fahmi sedang berada di kamarnya bersama Fizah. Dia berusaha melatih wanita itu untuk tenang dan tidak menggigit.
Tok tok tok.
Ketukan di pintu mengalihkan perhatian pemuda itu.
“Masuk.”
Malik masuk dan menceritakan segalanya. Fahmi mengepalkan tangan dengan sempurna.
“Kita akan menjemputnya.”
Malik mengangguk setuju.
“Ada satu hal lagi yang belum aku ceritakan,” ucap lelaki itu membuat Fahmi semakin penasaran.
“Apa itu?”
“Pengawal itu adalah Zeana yang sedang menyamar, sebelum kami pergi dia memintaku untuk menyembunyikan identitasnya, dia tak ingin suaminya pergi jauh darinya.”
Fahmi terkejut dan segera berdiri.
“Ini masalah serius, aku akan meminta pendapat tuan Raz. Ikutlah bersamaku dan ceritakan semuanya.”
Sebelum keluar, Fahmi tidak lupa menutup mata Fizah dengan kain hitam.
**
Raz dan Wa Pasang sedang berbincang di ruang tengah saat Fahmi dan Malik datang.
“Maaf menganggu waktunya, Malik datang membawa kabar penting.”
Raz dan Wa Pasang menatap Fahmi dan Malik bergantian.
“Katakan.” Raz tampak tenang dan berwibawa.
Malik mengatur napas dalam, dan menceritakan semuanya. Reaksi Raz dan Wa Pasang sama seperti Fahmi.
“Lancang! Beraninya mereka masuk ke wilayah ku.” Raz sangat marah terlebih Raja mereka dalam bahaya.
“Rogiles keterlaluan, bagaimana bisa dia melakukan ini,” ucap Wa Pasang.
Malik kembali bicara.
“Raja Falen membantu mereka. Aku yakin Raja dan Ratu di bawah ke selatan.”
“Ratu? Apa maksudmu Zean juga di sandera?” Wa Pasang menatap lekat.
Malik hanya bisa mengangguk tak berdaya.
“Benar, maafkan aku yang tidak bisa menghentikannya. Aku mengikuti mereka setengah perjalanan. Benar saja, mereka memutar arah. Apa yang harus kita lakukan. Ku dengar, mereka akan mengundang Raja Lucifer untuk pertemuan para pemimpin.”
Raz gelisah dan berjalan mondar mandir tak menentu. Fahmi menunggu keputusan. Dia tak ingin adiknya di sandera lebih lama, takut terjadi sesuatu yang tak di inginkan.
“Rogiles keterlaluan, tapi bagaimana bisa dia mempengaruhi Raja Falen juga Raja Lucifer.”
Malik menyampaikan apa yang telah dia dengar sebelumnya.
“Aku dengar, kedua penguasa itu keberatan setelah mengetahui Raja yang baru bukan dari keturunan Magadang.”
Fahmi dan Wa Pasang terdiam, mereka kini memutar otak mencari cara bagaimana mendapatkan jalan keluar.
“Ryan dalam keadaan terancam, aku akan kesana dengan atau tanpa dukungan kalian.”
Raz segera menghentikan Fahmi, raut wajah tegas pemuda itu terlihat sangat serius.
“Kita akan kesana, sekarang juga. Biarlah Wa Pasang tetap di istana untuk berjaga-jaga.”
Keputusan Raz sangatlah tak adil bagi lelaki tua itu.
“Aku mengkhawatirkan putriku, tidak mungkin jika aku tetap di istana.”
“Wa, mereka tidak tahu jika Ryan dan Zean adalah Raja dan Ratu yang sebenarnya,” ucap Malik.
Raz seketika merasa lengah.
“Baiklah, kalau begitu kita akan pergi dengan memperkenalkan Fahmi sebagai Raja dari keturunan Magadang. Tetaplah di istana, aku takut senua ini hanya jebakan Rogiles.
Fahmi setuju apapun yang di katakan Raz, baginya keselamatan Ryan diatas segalanya.
Perjalanan pun dimulai saat pagi menyinsing, tanpa mengatakan apapun pada Bu Laksmi juga ibunda Zeana. Mereka pun berangkat.
Perjalanan menuju ke selatan tidak lah mudah, mereka harus melalui banyak rintangan, setelah gunung dan hutan, Fahmi dan rombongan harus melewati laut yang membentang. Jauhnya perjalanan tidak membuat Fahmi mengeluh hingga akhirnya.
“Ini tidak mungkin, kita tidak akan pernah bisa tiba di seberang jalan.” Fahmi mengeluh saat melihat pemandangan di depan sana.
Laut yang biru dan tenang membuat harapan Fahmi dan Malik memudar.
“Apa kita harus memutar arah, Tuan? Kita tidak akan mungkin menyeberangi lautan ini,” seru Malik.
“Tidak perlu, kalian hanya perlu maju.”
Fahmi tercengang, begitupun dengan Malik. Pasukan mereka maju tanpa keraguan. Saat langkah mereka mengapung di atas air, Malik dan Fahmi pun terperangah.
"Tidak mungkin."
“Cepat, kalian harus tiba di tepian dengan cepat!” ucap Raz.
“Aku pasti sedang bermimpi,” ucap Fahmi tidak yakin.
Dia pun melangkah dan merasakan air membasahi telapak kakinya, Fahmi dan Malik tak percaya ini.
“Cepatlah atau kalian harus berenang untuk tiba di tujuan.”
Malik dan Fahmi pun bergegas, mereka menggantungkan kepercayaan pada Raz dan fokus untuk tiba di seberang. Pengalaman yang tidak biasa bagi Fahmi apalagi saat melihat ikan-ikan di bawah sana.
Empat hari kemudian, mereka akhirnya tiba di kerajaan Falen. Kedatangan Raz dan rombongan di umumkan oleh penjaga yang bertugas di perbatasan.
Kerajaan itu begitu berbeda dengan milik Raz, di sini, udara lebih sejuk dan pepohonan terlihat pucat dengan daun yang memutih.
“Raja Araz dan rombongan tiba,” seruan panjang membuka gerbang untuk Fahmi dan kawan-kawan.
Negeri itu seperti dunia khayalan. Pasukannya berbadan manusia tapi berkepala serigala.
“Kau tahu, mereka terlihat sangat mengerikan di banding kerajaan kita,” bisik Fahmi pada Malik.
Raz memperingatkan mereka dengan tatapan tajam. Raja Falen orang yang sangat sensitif, Raz tidak ingin ke lancangan mereka membuahkan masalah baru.
“Hus, diamlah. Aku juga baru melihat mereka,” balas Malik.
“Selamat datang, Raja Araz. Tak di sangka kalian akan datang secepat ini." Raja Falen menyambut dengan pelukan hangat.
“Maaf jika kelancanganku membuat waktumu terganggu.”
Raja Falen menggeleng dengan senyum mengembang.
“Tentu tidak, aku memang berencana mengundangmu juga Raja Lucifer untuk bertemu. Maaf karena kelancanganku. Masuklah, aku akan menjamu pasukan mu.”
Raja Falen membawa mereka ke tempat perjamuan. Istana itu seperti di tutupi sinar matahari, cahaya terik tak dapat di lihat dari sana, tak ada yang tahu perbedaan pagi dan sore karena sinar yang di pancarkan hampir sama.
“Silahkan duduk.” Raja Falen dan perwakilan kerajaannya mengambil posisi.
Fahmi dan Malik tampak waspada.
“Langsung saja, aku datang karena sesuatu hal yang penting.” Raz menatap kawan lamanya itu.
“Penting, ada apa?”
Raz menyampaikan tujuannya.
“Anak buah mu telah memasuki area perbatasan ku dan menyandera dua orang dari kami.”
Raja Falen terkejut karena tidak mengetahui hal itu.
“Aku dengar mereka dibawa kemari, tolong bebaskan mereka atas nama persahabatan kita.”
Falen menolak tuduhan Raz.
“Tapi, kami tidak menahan siapa pun di sini. Kau bisa memeriksa penjara tahanan, jika kau tidak percaya,”
Fahmi mulai gelisah.
“Tidak usah berdusta. Jelas-jelas anak buah mu telah membawa mereka dengan paksa.”
Raja Falen menoleh pada Fahmi. Raz yang mengetahui tabiat kawan lamanya itu meminta Fahmi untuk diam.
“Jaga bicaramu, Fahmi. Serahkan urusan ini padaku.”
Suasana berubah menjadi tegang.
“Anak buaku memang menjaga perbatasan di sana, tapi itu permintaan Rogiles. Mereka belum juga kembali dan tidak ada laporan tentang apa yang kau bicarakan.”
“Kau bersekutu dengan Rogiles demi menjatuhkan aku?”
“Bukan begitu, aku hanya ….”
“Kau sangat mengecewakan, jujur aku tidak percaya kau akan melakukan ini.”
Raja Falen membela diri.
“Dengar, anak buaku hanya datang untuk memastikan kabar burung yang telah beredar. Kau telah turun tahta, dan penggantimu bukan keturunan langsung Magadang.”
Fahmi maju dan memperkenalkan diri.
“Aku Fahmi putra Magadang, aku menguasai kerajaan itu. Namun orang yang telah kalian sandera adalah orang terpenting yang merupakan keluarga dekat denganku.”