Pembicaraan antara Fahmi dan Raja Falen tak menemukan titik damai, Fahmi yang berkeras meminta Ryan dan Zeana di bebaskan di pinta untuk menunggu.
“Beri kami waktu hingga pasukan kami tiba, aku telah mengutus prajurit ku untuk memanggil mereka kembali.”
Fahmi setuju dan keluar dari ruangan itu.
“Aku akan menunggu di luar, ku beri waktu sampai matahari tenggelam. Tidak peduli dengan resikonya. Jika kalian mencelakainya maka aku pastikan akan menuntut balas.”
Fahmi keluar di ikuti oleh Malik. Raz hanya bisa diam mendengarkan emosi yang di utarakan pemuda itu.
“Dia lebih tegas dari Magadang. Alasan mengapa dia belum berkuasa sepenuhnya karena emosi Fahmi belum dapat terkontrol. Kedua orang itu begitu penting, sebaiknya tepati ucapanmu jika kau tak ingin mengundang bencana.”
Raja Falen tak berkutik, Raz keluar dari ruangan itu dan menyusul Fahmi di ruangan lain.
Masalah semakin besar, dan Raz mendapatkan firasat buruk.
Blash. Pintu tertutup dan Raz bergabung dengan mereka.
“Tuan, bagaimana jika mereka membawa Ryan dan Zeana ke tempat yang lain?” Malik angkat bicara setelah mendengar perdebatan di ruangan tadi.
Raz dan Fahmi saling menatap satu sama lain.
“Entahlah, aku sendiri tidak tahu. Malik, kirim salah satu orang kita untuk kembali ke istana, minta Datukmu berhati-hati, firasatku mengatakan akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.”
Fahmi pun merasakan hal yang sama.
“Baik, Tuan.”
Malik akan segera pergi, untuk melaksanakan perintah.
“Malik tunggu!” Fahmi menahan langkahnya.
“Ada apa?”
Mereka saling berhadapan.
“Pulang lah bersama beberapa pasukan, jangan sampai kekhawatiran Tuan Raz menjadi kenyataan.”
Mereka saling memandang, Raz memikirkan keadaan istana yang hanya di jaga oleh Wa Pasang dan juga Juna.
“Ya, sebaiknya kau pulang. Fahmi dan aku sendiri bisa menjaga diri.”
Malik dengan berat hati menyetujui.
“Baik, Tuan.”
Malik melakukan perjalanan pulang, sedang Fahmi tetap menunggu.
Waktu berlalu dilewati dengan gelisah, hingga akhir yang dinanti pun tiba, anak buah Raja Falen telah kembali. Suara langkah kaki terdengar gaduh memasuki ruangan istana. Para prajurit itu berbaris di dalam ruangan yang cukup luas.
“Sepertinya itu mereka,” ucap Fahmi dan bergegas keluar. Dia sudah tak sabar ingin mengetahui keadaan Ryan.
“Tahan, beri mereka waktu untuk bicara.”
Setelah 10 menit, Raz dan Fahmi pun keluar. Pasukan yang hadir lumayan banyak, Fahmi memperhatikan semua orang dan tidak menemukan keberadaan Ryan maupun Zeana. Langkahnya tegas menghampiri Raja Falen meminta jawaban.
“Dimana kedua orang ku yang di tahan oleh anak buamu?”
Wajah Raja Falen berubah gusar, dia hanya diam begitupun dengan pasukannya.
Sikap yang mereka tunjukan membuat Fahmi dan Raz mengerutkan kening.
Raz memperhatikan semua orang. Sama seperti Fahmi, dia tidak menemukan Ryan disana.
“Menurut laporan anak buaku, mereka telah kabur saat sedang dalam perjalanan menuju ke istana kami.”
Fahmi lega mendengarnya, dia tahu Ryan dapat di andalkan. Sesaat kemudiaan rasa khawatir mengganggu ketenangannya.
“Jangan coba bermain-main denganku, mereka kabur atau kalian menyerahkannya pada Rogiles?!” Sejauh yang dia tahu, lelaki itu sangat licik dan dapat berbuat apa saja.
Raja Falen menatap ke anak buahnya.
“Jawab mereka dengan jujur!” titahnya dengan lantang.
Suara sang Raja menggema ke seisi ruangan. Seorang wanita berlari mendekat menghampiri Raja Falen. Hal itu mencuri perhatian semua orang.
“Ayah, ada apa?”
Fahmi dan Raz menatap wanita itu, dia adalah Azura putri tunggal di kerajaan Falena.
“Apa yang kau lakukan di sini? Cepat, kembali ke kamarmu.”
Azura menolak pergi. Dia mengabaikan titah sang ayah. Fahmi tak menghiraukan wanita itu dan berjalan mendekati pemimpin pasukan tadi.
“Katakan! Malik menyampaikan pada kami jika, kau meminta kami untuk datang memenuhi undangan. Kami telah datang lebih cepat sebelum undangan itu di tiba. Dimana kau menahan adikku?!”
Raja Falen tercengang mendengar penuturan Fahmi.
“Dia adalah adik angkat yang begitu di sayangi sang Raja. Sebaiknya jangan membuatnya marah,” bisik Raz di telinga Raja Falen.
Seluruh pasukan tertunduk. Amarah Fahmi dan aura yang terlihat membuat semua orang tidak berani menatapnya.
“Tuan, kami telah mengatakan yang sebenarnya, kedua tahanan itu telah kabur dari kami saat malam tiba. Sungguh kami takkan berani berdusta di hadapan Tuanku.”
Fahmi melepaskannya dan menoleh pada Tuan Raz.
“Baik, akan ku pegang kata-kata dari anak buamu. Ingat, jika mereka tidak ada di istana. Maka kami menganggap ini adalah bentuk sekutu dan pemberontakan yang kau lakukan bersama Rogiles.”
Raja Falen terkejut mendengarnya.
“Tuan Araz, kau tidak seharusnya memutuskan permusuhan secara sepihak seperti ini. Anak buaku kehilangan mereka, Dan mereka bukan tanggung jawab kami lagi,” jawaban dari lelaki itu membuat darah Fahmi mendidih.
“Wah, mudah sekali bagimu. Kalau begitu kami juga akan melakukan hal yang sama.”
Raja Falen mengerutkan kening, dia tak mengerti maksud pemuda itu.
Sleet.
Dengan cepat Fahmi menarik Azura ke sampingnya. Tindakan Fahmi membuat seluruh pasukan yang hadir tampak waspada.
“ARGH.” Taring Raja Falen terlihat di wajahnya.
“Aku akan membawanya sebagai jaminan. Sama seperti yang prajuritmu lakukan kepada adikku.”
Raz terkejut melihat tindakan Fahmi.
“Lancang! Dia adalah putri kerajaan Falena. Beraninya kau menyentuhnya.”
Azura berusaha melepaskan diri dari Fahmi.
“Tolong lepaskan aku!” Wanita itu terus meronta.
“Tidak akan! Kau dan pasukan mu menangkap adikku tanpa memikirkan resikonya. Sama seperti yang aku lakukan. Anak buamu juga menangkap mereka saat masih dalam kawasan kami.”
Raja Falen berlutut di hadapan Fahmi. Azura adalah hidupnya setelah kehilangan sang istri.
“Tolong, jangan lakukan ini, apapun yang kau minta akan aku berikan.”
Raz mencoba menghentikan pemuda itu tapi, keputusan Fahmi telah bulat.
“Aku akan mengembalikannya sendiri, setelah memastikan adikku juga istrinya telah kembali ke istana. Bukankah itu adil?”
Raja Falen tidak setuju.
“Ayah! Apa yang dia katakan. Tolong bebaskan aku!” Azura meraung dan meminta pertolongan bahkan pada pasukannya.
“Haci! Bebaskan aku. Aku mohon.”
Haci adalah pemimpin pasukan yang membawa Ryan.
“Maaf, Nona. Kami akan mengawal mu. Kami tidak akan meninggalkanmu sendirian.”
Raja Falen tak berkutik, dia mengkhawatirkan putrinya tapi juga mengkhawatirkan negerinya. Melawan keinginan Fahmi dan Raz hanya membuat keadaan semakin di luar kendali.
“Baiklah, anak buaku akan mengantar kalian pulang. Setelah bertemu dengan adikmu. Maka kau harus berjanji melepaskan Azura.”
Raz takjub dengan tindakan yang di setujui itu.
“Tentu!”
Fahmi menoleh pada Raz.
“Ayo Tuan, kita harus kembali ke istana secepatnya.”
Raja Falen hanya bisa pasrah saat putrinya di bawah keluar.
“Ayah, tolong aku! Ayah aku tidak mau ikut dengan mereka.”
Azura menangis kesakitan, genggaman Fahmi begitu erat dan tidak menunjukan belas kasihan.
“Kalian akan menyesali ini, Raja Lucifer tidak akan tinggal diam melihat calon istrinya di perlakukan seperti ini!” ucap Azura histeris.
Langkah Fahmi dan Tuan Raz terhenti. Fahmi menatap wanita itu dengan tatapan nyalang membuat nyali Azura menciut.
“Dengar, jika kalian terbukti bersekutu. Aku pastikan kau tidak akan pernah bertemu dengan Raja Lucifer mu itu maupun dengan ayahmu.”