Suara auman menggema membuat bulu kuduk merinding, kabut dan awan pekat yang menghalangi sinar matahari perlahan memudar. Cacing dan ular yang berserakan kini menghilang di permukaan tanah.
“Aneh, apa sebenarnya yang terjadi?" ucap Ryan dan turun dari gubuknya, ibunya dan Fizah tetap terkunci di dalam sana.
Ryan memeriksa ke sekeliling, lelaki itu terperangah saat melihat beberapa serigala menatapnya dengan buas dari atas gunung.
Ingatan Ryan terlempar saat dia di cekal setelah keluar dari Gunung Bayangan.
“Tidak, mereka adalah serigala yang sama yang telah menyerang ku.”
Ryan sangat bingung sekarang, tidak ada tanda-tanda anak buah Raz di sana, begitupun dengan Krayn. Andai ibunya dan Fizah tidak ada di dalam gubuk maka dia sudah lari sejak tadi.
“Aku harus menggiring mereka menjauh dari ibu, walau bagaimanapun juga, aku tidak akan menang melawan mereka.
Geraman dan seringai licik itu memaksa Ryan berubah wujud menjadi serigala berbulu hitam legam. Ryan membalas auman nya, dia melolong kuat berharap bantuan dari Krayn akan segera datang.
“Auuww.”
Serentak kelompok serigala itu berlari turun, jantung Ryan berdetak lebih cepat. Antara hidup dan mati, kali ini dia harus berjuang sendiri. Ryan bergegas berlari ke tengah hutan. Rencananya berhasil, serigala-serigala itu mengikutinya dan mengabaikan gubuk tanpa mendekatinya.
Di dalam sana, Fizah tercekat setelah mengintip dari lubang anyaman bambu. Gadis itu menutup mulut Bu Laksmi saat lolongan Ryan menggema.
Keringat dingin bercucuran, melihat serigala-serigala tadi. Fizah jadi kepikiran dengan Fahmi.
‘Jangan-jangan?’
Gadis itu kini mengerti, hilangnya sang kekasih bukan karena menghindari pernikahan namun karena ada hal yang lain.
Fizah meraih selimut dan meminta Bu Laksmi berbaring. Mereka bersembunyi di baliknya. Dan menunggu Ryan kembali.
"Bu, di luar banyak sekali serigala. Jangan bersuara atau kita akan dalam masalah," bisik Fizah sedikit gemetar.
Bu Laksmi mengangguk lemah, air matanya luruh ketakutan akan nasib putranya di luar sana.
Ryan berlari sejauh mungkin, langkahnya terhenti saat kelompok serigala itu berhasil mengepungnya.
Sosok serigala hitam legam itu berusaha bertahan dan mencakar semampunya.
“Tenanglah, kami datang bukan untuk menyakitimu.”
Ryan menatap nyalang, tentu dia tidak percaya dengan omongan serigala licik itu.
“Dengar, ikut kami dengan cara baik-baik atau kami akan menyeret mu.”
Gerrmm.
Serigala hitam itu mengeram. Dia tak mundur dan siap untuk bertarung.
“Kalian pikir aku akan percaya, pergi kalian. Aku tidak pernah menganggu kalian. Lalu kenapa kalian terus mengejar ku.”
Serigala-serigala itu mengelilingi Ryan.
“Dengar, kami tahu ada dua manusia di dalam gubuk itu, aroma tubuh mereka begitu lezat jika di santap beramai-ramai.”
Ryan tercengang, ucapan itu berhasil membuatnya khawatir.
“Aku akan membunuh kalian jika berani melakukan itu.”
“Jangan berlagak menjadi jagoan, bahkan untuk menyelamatkan dirimu sendiri kau belum tentu mampu.”
Emosi Ryan tersulut, dia melompat dan menyerang serigala sombong itu, pertarungan hebat terjadi. Kawanan serigala lainnya tidak berani mendekat dan melerai mereka. Raksana telah memperingatkan mereka sebelumnya. Jika Ryan harus di bawah hidup-hidup. Tidak ada yang boleh menyakitinya sebelum mereka bertemu.
Ryan mencakar dan mencabik tubuh lawannya, sebaliknya dia hanya mendapatkan sundulan. Karena serigala itu tidak ingin melukainya.
“Lepaskan dia!”
Beberapa serigala lainnya menghentikan Ryan tapi lelaki itu tidak mendengarkan. Ryan tidak membuang kesempatan dan terus melawan mereka.
“Tidak ada cara lain, pergi di gubuk dan bawa manusia itu," titah salah satu dari lawan Ryan.
Fokus Ryan teralihkan, dia melepaskan lawannya dan beralih pada serigala yang akan mendatangi ibunya.
“Tidak akan kubiarkan kalian menyentuh mereka.”
Grrmm.
Kali ini, serigala-serigala itu bersatu menyerang Ryan. Pertarungan berjalan alot karena Ryan memilih bertahan.
“Serigala bodoh, dia sangat keras kepala!”
Serigala hitam itu terengah, serangan bertubi-tubi meruntuhkan pertahanannya, dia sangat lemah hingga kembali ke wujudnya sebagai manusia.
“Akhirnya dia takluk juga.”
Kelompok serigala itu menertawakan Ryan yang dengan muda ditaklukan.
Wajah lebamnya membuat lawannya meringis.
“Kita akan mendapatkan masalah karena ini.”
“Mau bagaimana lagi, setidaknya dia tidak mati di tangan kita.”
Ryan terpejam, tubuhnya remuk dan terjatuh di tanah.
“Siapa ka-lian? Ke-napa kalian mencelakai ku,” ucap Ryan lemah.
Sakit yang luar biasa pada sekujur tubuhnya.
“Ikut saja dengan kami. Kau akan tahu semuanya nanti.”
Dalam keadaan lemah pun, Ryan masih menolak untuk pergi.
“Percuma kau berkeras, kau tidak memiliki siapa-siapa untuk menolong. Haha ha haha.”
“Pergi dan bawa manusia itu, kita butuh jamuan untuk bersenang-senang malam ini. Haha haha, kita pesta.”
Ryan mengepalkan tangan, dia tak mampu menghentikan mereka.
"Bang, dimana kau?" rintihnya.
Tangis lelaki itu jatuh, ibunya sedang dalam bahaya tapi dia tak mampu meninggalkan tempatnya. Tulang-tulangnya seperti telah di patahkan. Sehebat itu kekuatan lawannya.
“Jangan menganggu keluargaku,” ucap Ryan menggenggam kaki serigala itu.
Dua ekor serigala berubah wujud menjadi manusia untuk memapahnya.
“Lihat dia, tadi dia begitu agresif dan lihat dirinya sekarang. Dia hanya seekor anak anjing.”
Suara Fizah dan Bu Laksmi terdengar mengadu.
“Tolong, Ryan tolong kami!"
Ryan berusaha menyusul, walau harus merangkak di tanah.
"Kalian siapa? Tinggalkan kami!” Fizah berteriak saat dua orang lelaki berpenampilan sangat aneh mendobrak pintu gubuk mereka.
Bu Laksmi di seret keluar, tidak ada ampun atau pengecualian dengan umur wanita itu.
“Cepat jalan atau lelaki itu akan mati.”
Fizah terkejut mendengarnya.
“Kau bicara apa? Lelaki, lelaki siapa maksudmu?”
Bu Laksmi gemetar, dia sangat ketakutan dan berpegang terus pada Fizah.
"Jangan sentuh ibuku, pergi kalian!" Fizah melempar apapun ke arah lelaki tadi.
“Dimana Ryan, dan siapa mereka? Ibu sangat takut, Zah.”
Fizah pun merasakan hal yang sama.
“Fizah nggak tahu, Bu. Sepertinya mereka orang jahat, mungkin mas Fahmi juga bersama mereka.”
“Lalu kita harus bagaimana sekarang?”
“Hey!” bentaknya.
Fizah dan Bu Laksmi terlonjak kaget.
“Pakai acara ngobrol lagi, seret mereka ke hutan!”
Bu laksmi dan Fizah sebisanya melawan, mereka memberontak. Fizah sampai mengigit tangan lelaki yang memegang pergelangan tangannya. Gadis itu tidak mati akal demi melepaskan diri.
“Ach sial!”
Bug.
Bu Laksmi histeris melihat lelaki itu menampar pipi Fizah.
“Apa yang kalian lakukan pada anakku?”
“Itu akibatnya jika kalian terus melawan, apa kau mau lagi, ha!”
Satu tamparan melayang hampir mengenai pipi ibunda Fahmi. Beruntung serigala berbulu putih tiba tepat waktu.
Gremm.
Fizah dan Bu Laksmi spontan mundur ketakutan.
“Sialan, cepat pergi dari sini.”
Kedua serigala tadi berniat kabur dari sana. Namun, langkah mereka terhenti karena Malik dan Juna menghalau dengan cepat.
“Beraninya kalian menyakiti keluargaku!”
Suara serigala itu hanya bisa di dengar oleh sesama manusia serigala. Fizah dan Bu Laksmi tidak mendengar apapun kecuali serigala itu menghendakinya.
“Ibu nggak apa-apa?” tanya Fizah dan membantu Bu Laksmi segera kembali ke gubuk untuk berlindung.
“Ibu baik-baik saja, serigala-serigala itu dari mana? Kenapa mereka datang seolah nolongin kita?”
Fizah menggeleng, dia pun tak tahu. Gadis itu menoleh pada sosok serigala putih yang juga menatapnya. Pandangan mereka bertemu cukup lama, hingga Fizah mengenalinya. Tatapan itu tak berubah meski wujudnya berbeda.
“Fahmi,” ucapnya penuh haru.
Fahmi tak dapat mengalihkan pandangan.
Malik memberi isyarat agar menggiring orang-orang itu ke hutan. Tujuannya agar Fizah dan ibunda Fahmi tidak semakin shock.
“Tamat riwayat kalian hari ini,” ucap Juna.
Fahmi menoleh pada Fizah, serigala putih itu memberi isyarat dan Fizah langsung masuk mengunci pintu itu sekali lagi.
Pertarungan besar terjadi, kedua serigala itu kalah telak melawan Juna dan Malik.
Sementara di arah yang berlawanan, Zean tampak meradang melihat Ryan tak sadarkan diri.
Wanita itu mengeram memperlihatkan taring dan juga amarahnya.
“Rebut dia, Krayn. Jangan biarkan orang-orang itu membawanya pergi.”
“Baik, Nona.”
Krayn dan anak buahnya menyerang membabi buta, mereka tidak membiarkan satupun dari serigala itu yang lolos. p*********n terjadi dan mereka tak memberi ampun. Zeana menghampiri Ryan yang tidak sadarkan diri.
“Yan, bangun.”
Pemuda itu meringis saat Zean menyentuh wajahnya.
“Ach, kau menyakitiku.”
“Maaf, aku tidak sengaja. Bagaimana bisa kau bonyok seperti ini, Yan?”
Serigala terakhir yang ada di sana, tumban oleh kemarahan Fahmi. Untuk pertama kalinya, Fahmi menggunakan kekuatannya untuk membunuh.
“”Bagaimana keadaannya?”
Zean menggeleng.
Ryan tersenyum walau tak bisa melihat jelas wajah abangnya.
“Kita harus membawanya ke istana, aku khawatir dia terluka parah.”
Fahmi tertegun mendengar ucapan Zean.
“Benar, Tuan. Tabib di istana lebih handal mengobati luka seperti ini," sahut Krayn.
Fahmi mendekat dan memeluk Ryan.
“Ikutlah dengan abang, kau harus di obati.”
Ryan menggeleng samar.
“Minta Juna membawaku ke gubuk. Aku tidak akan meninggalkan Fizah dan juga ibu.”
“Tapi, Yan. Kau terluka parah,” potong Zean.
Pemuda itu terbatuk, dia berusaha melihat wajah wanita yang kini sangat mencemaskan keadaannya.
“Aku lebih baik mati dari pada meninggalkan keluargaku."