Jendral Yun?

1093 Kata
"Hati hati nona, kau bisa melukaiku dengan pedangmu ini." "Melukai seorang penguntit sepertinya tidak akan menjadi masalah besar," balasnya dengan masih menodongkan pedang kayunya pada Jendral Yun. Jendral Yun tersenyum ketika melihat gadis di depannya yang sedang menatapnya tajam. "Sepertinya terjadi kesalahpahaman di sini," balas Jendral Yun. "Katakan apa maumu? apa tujuanmu datang kemari?" tanya gadis itu tanpa berbasa basi lagi. Jendral Yun masih tersenyum dan menatap ke arahnya. Tiba tiba gadis yang berada di depannya langsung menyerangnya. Dirinya tidak terkejut sama sekali dengan serangan dadakan ini. Tanpa mengeluarkan kekuatanpun Jendral Yun berhasil melempar pedang kayu milik gadis di depannya jauh. Gadis itu melihat pedangnya yang terlempar cukup jauh karena tangkisan darinya. "Maaf mengecewakanmu. Tetapi kau masih memiliki banyak celah," ujar Jendral Yun. Dia menatap bingung gadis di depannya, yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu menurutnya. "Katakan apa maumu?" tanya Gadis itu lagi. Jendral Yun tersenyum menatap gadis di depannya yang menurutnya telah menyerah. "Semudah itukah kau menyerah? bukankah sebelumnya kau mengatakan 'melukai seorang penguntit sepertinya tidak akan menjadi masalah besar' bukan?" tanyanya balik sambil menyipitkan matanya menatap gadis di depannya. Gadis itu terdiam mendengar ucapannya Jendral Yun. Melihat beragam ekspresi yang dikeluarkan gadis ini membuat Jendral Yun tersenyum senang, karena menurutnya itu menggemaskan. "Aku hanyalah seorang gadis lemah dan tak berdaya," balasnya sedih. Jendral Yun menahan untuk tidak tersenyum senang. "Sebegitu lemah dan tidak berdayakah kamu sampai sampai menodongku dengan pedang kayu dan menatap tajam diriku ini?" tanya Jendral Yun balik. Bukannya menjawab, gadis itu malah menatapnya tak suka. Sepertinya dia sudah hampir menyerah. "Hahh, sudahlah aku mengaku kalah. Apa yang kau inginkan datang kemari hah? kau mengincar uang? maaf mengecewakanmu tapi di sini tidak ada barang berharga sedikitpun yang bisa kau ambil," panjang gadis itu. Jendral Yun tersenyum sinis ketika gadis yang berada di depannya ini mengatakan hal itu. 'Dia sungguh tidak tahu diriku? hmm menarik,' puji Jendral Yun di dalam hatinya. "Aku hanya ingin mengambil sesuatu yang menarik perhatianku," gumamnya. Jendral Yun ingin sekali mengatakan hal itu, akan tetapi menurutnya ini terlalu terburu buru, jadi dia memutuskan yang lain. "Kalau kau mengijinkannya aku akan mengambilnya nanti," ucapnya kemudian pergi meninggalkan gadis itu yang kebingungan. "Jendral Yun, apakah kau baik baik saja?" tanya Shu Hang sambil menatap bingung Jendral Yun yang tengah melamun. Jendral Yun tersentak, dia menatap ke sampingnya dan menjumpai Shu Hang yang tengah menatapnya khawatir. "Tidak apa apa, aku akan menemui Perdana Mentri untuk pamit," balasnya dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Shu Hang. Shu Hang terdiam, dia merasakan terjadi perubahan yang aneh pada Jendral Yun. *** "Nona, kau sedang memikirkan apa?" tanya Lala penasaran. Xue Mingyan menoleh ke samping kirinya dan menatap Lala intens. Lala jadi salah tingkah karena ditatap seperti itu oleh Xue Mingyan. "Lala, aku membutuhkan bantuanmu sekarang." ucap Xue Mingyan. Lala tertegun tetapi kemudian dia tersenyum lalu mengangguk mengerti. "Aku ingin kau cari tahu siapa tamu penting ayah, dan semua kejadian hari ini yang ada di kediaman Perdana Mentri dan bawalah ini," perintah Xue Mingyan sambil menyerahkan beberapa koin emas pada Lala. "I ... ini ..." tanya Lala penasaran karena Xue Mingyan memberikannya beberapa koin emas. "Koin ini bisa membantumu mencari informasi," balas Xue Mingyan. Lala mengangguk mengerti, langsung saja dia pergi keluar untuk menjalankan misi pertamanya. Lusi menatap heran Lala yang pergi dengan begitu semangat sehingga tidak menyadari keberadaannya di samping kirinya. "Nona, ada apa dengan Lala?" tanya Lusi penasaran. "Aku memberinya tugas," Lusi menganggukkan kepalanya, dia merasa sedikit sedih karena dirinya masih belum mendapatkan misi pertamanya dari tuannya ini. "Lusi, apa kau tahu tadi siang seorang pria tengah memperhatikanku pada saat kita berlatih pedang?" tanya Xue Mingyan. Lusi terkejut mendengarnya, dia sama sekali tidak merasakan kehadiran lelaki itu sama sekali. Xue Mingyan terdiam memikirkan lelaki misterius yang dia temui siang ini. Dia bertanya tanya siapakah laki laki itu? 'Dilihat dari pakaiannya sepertinya dia bukan orang sembarangan, tapi untuk apa dia datang kemari?' tanya Xue Mingyan di dalam hatinya. "Maafkan aku nona tidak bisa menjaga nona dengan baik," ucap Lusi meminta maaf. Xue Mingyan tersadar dari lamunannya karena ucapannya Lusi. "Kau tidak perlu meminta maaf, ini bukan salahmu," balasnya. "Maafkan saya nona, jujur saya tidak merasakan kehadirannya waktu itu," jelas Lusi menyesal. "Wajar saja jika kau tidak merasakan keberadaannya, aku juga awalnya tidak terlalu yakin. Tapi pada saat dia menghampiriku, aku jadi yakin bahwa dia memperhatikanku dari awal," panjang Xue Mingyan. "Di ... dia menghampiri Nona?" tanya Lusi penasaran. Xue Mingyan mengangguk, langsung saja Lusi menanyakan sesuatu padanya. "Apa yang dia lakukan dengan menghampiri nona? siapa dia? dan apa maksudnya menghampiri nona?" tanya Lusi penasaran. Xue Mingyan menggelengkan kepalanya. Dia juga tidak tahu asal usul laki laki tadi dan juga maksud tujuan menghampirinya. Seharian ini dirinya tidak pergi kemana mana, jadi dia tidak tahu siapa yang datang dan pergi dari kediamannya ini. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Lala pulang ke Paviliun Awan. "Apa yang kau dapatkan?" tanya Xue Mingyan langsung. "Nona, menurut informasi Jendral Yun datang mengunjungi kediaman Perdana Mentri untuk membicarakan masalah yang terjadi di perbatasan," ujar Lala. "Dan juga Perdana Mentri menyuruh Nona Shu Hang untuk menemani Jendral Yun jalan jalan di kediaman ini," tambahnya lagi. Xue Mingyan mengernyit heran, dia merasa aneh kenapa ayahnya membiarkan anaknya yang sudah bertunangan menemani seorang pria single berjalan jalan. "Lanjutkan," pinta Xue Mingyan. "Akan tetapi pada saat berjalan jalan, Jendral Yun tiba tiba pergi entah kemana," balas Lala. Xue Mingyan dan Lusi terkejut mendengar perkataannya Lala barusan. "Nona, apakah laki laki misterius itu Jendral Yun sendiri?" tanya Lusi. Xue Mingyan terdiam, dia sedang berkutat dengan pikirannya sendiri. "Belum pasti, tapi masih ada kemungkinan jika itu dirinya," ucap Xue Mingyan ragu. Lala menatap bingung pada Xue Mingyan dan Lusi. Dia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh mereka berdua. "Apa ada informasi lagi?" tanya Xue Mingyan dan menatap penasaran pada Lala. Lala langsung tersadar dari lamunannya karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Xue Mingyan. "Besok Jendral Yun akan datang kemari lagi," balas Lala. Xue Mingyan tersenyum sinis, otaknya yang licik memiliki sebuah ide untuk Shu Hang besok. "Ini sudah malam, kalian tidurlah. Besok adalah hari penting bagi kita," perintah Xue Mingyan sambil tersenyum sinis. Lala dan Lusi saling menatap bingung, tetapi kemudian mereka mengangguk mengerti dan pamit pergi keluar kamar Xue Mingyan. 'Aku tidak tahu alasan ayah membiarkan Shu Hang yang sudah bertunangan menemani Jendral Yun jalan-jalan, tetapi yang pasti Jendral Yun belum mengetahui bahwa wanita yang sudah menemaninya jalan jalan ini sudah bertunangan. Aku sangat menyukai permainanmu Shu Hang, itu benar benar licik. Baiklah, Let's play the game,' ujar Xue Mingyan di dalam hatinya sambil tersenyum sinis. Dia tak sabar untuk melancarkan rencananya yang brilian ini besok.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN