Let's Play The Game

1146 Kata
"Nona, kau sedang memikirkan apa?" tanya Lala penasaran. Xue Mingyan menoleh ke samping kirinya dan menatap Lala intens. Lala jadi salah tingkah karena ditatap seperti itu oleh Xue Mingyan. "Lala, aku membutuhkan bantuanmu sekarang," ucap Xue Mingyan. Lala tertegun, tetapi kemudian dia tersenyum lalu mengangguk mengerti. "Aku ingin kau cari tahu siapa tamu penting ayah, dan semua kejadian hari ini yang ada di kediaman Perdana Mentri dan bawalah ini," perintah Xue Mingyan sambil menyerahkan beberapa koin emas pada Lala. "I ini ..." tanya Lala penasaran karena Xue Mingyan memberikannya beberapa koin emas. "Koin ini bisa membantumu mencari informasi," balas Xue Mingyan. Lala mengangguk mengerti, langsung saja dia pergi keluar untuk menjalankan misi pertamanya. Lusi menatap heran Lala yang pergi dengan begitu semangat sehingga tidak menyadari keberadaannya di samping kirinya. "Nona, ada apa dengan Lala?" tanya Lusi penasaran. "Aku memberinya tugas." Lusi menganggukkan kepalanya, dia merasa sedikit sedih karena dirinya masih belum mendapatkan misi pertama dari tuannya ini. "Lusi, apa kau tahu tadi siang seorang pria tengah memperhatikanku pada saat kita berlatih pedang?" tanya Xue Mingyan. Lusi terkejut mendengarnya, dia sama sekali tidak merasakan kehadiran lelaki itu sama sekali. Xue Mingyan terdiam memikirkan lelaki misterius yang dia temui siang ini. Dia bertanya tanya siapakah laki laki itu? 'Dilihat dari pakaiannya sepertinya dia bukan orang sembarangan, tapi untuk apa dia datang kemari?' tanya Xue Mingyan di dalam hatinya. "Maafkan aku nona tidak bisa menjaga nona dengan baik," ucap Lusi meminta maaf.Xue Mingyan tersadar dari lamunannya karena ucapannya Lusi. "Kau tidak perlu meminta maaf, ini bukan salahmu," balasnya. "Maafkan saya nona, jujur saya tidak merasakan kehadirannya waktu itu," jelas Lusi menyesal. "Wajar saja jika kau tidak merasakan keberadaannya, aku juga awalnya tidak terlalu yakin. Tapi pada saat dia menghampiriku, aku jadi yakin bahwa dia memperhatikanku dari awal," panjang Xue Mingyan. "Di dia menghampiri Nona?" tanya Lusi penasaran. Xue Mingyan mengangguk, langsung saja Lusi menanyakan sesuatu padanya."Apa yang dia lakukan dengan menghampiri nona? Siapa dia? Dan apa maksudnya menghampiri nona?" tanyanya penasaran. Xue Mingyan menggelengkan kepalanya. Dia juga tidak tahu asal usul laki-laki tadi dan juga maksud tujuan menghampirinya. Seharian ini dirinya tidak pergi kemana mana, jadi dia tidak tahu siapa yang datang dan pergi dari kediamannya ini. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Lala pulang ke Paviliun Awan. "Apa yang kau dapatkan?" tanya Xue Mingyan langsung. "Nona, menurut informasi Jendral Yun datang mengunjungi kediaman Perdana Mentri untuk membicarakan masalah yang terjadi di perbatasan," ujar Lala. "Dan juga Perdana Mentri menyuruh Nona Shu Hang untuk menemani Jendral Yun jalan jalan di kediaman ini," tambahnya lagi. Xue Mingyan mengernyit heran, dia merasa aneh kenapa ayahnya membiarkan anaknya yang sudah bertunangan menemani seorang pria single berjalan jalan. "Lanjutkan," pinta Xue Mingyan. "Akan tetapi pada saat berjalan jalan, Jendral Yun tiba tiba pergi entah kemana," balas Lala. Xue Mingyan dan Lusi terkejut mendengar perkataannya Lala barusan. "Nona, apakah laki-laki misterius itu Jendral Yun sendiri?" tanya Lusi. Xue Mingyan terdiam, dia sedang berkutat dengan pikirannya sendiri."Belum pasti, tapi masih ada kemungkinan jika itu dirinya," ucapnya ragu. Lala menatap bingung pada Xue Mingyan dan Lusi. Dia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh mereka berdua. "Apa ada informasi lagi?" tanya Xue Mingyan dan menatap penasaran pada Lala. Lala langsung tersadar dari lamunannya karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Xue Mingyan. "Besok Jendral Yun akan datang kemari lagi," balas Lala. Xue Mingyan tersenyum sinis, otaknya yang licik memiliki sebuah ide untuk Shu Hang besok. "Ini sudah malam, kalian tidurlah. Besok adalah hari penting bagi kita," perintah Xue Mingyan sambil tersenyum sinis. Lala dan Lusi saling menatap bingung, tetapi kemudian mereka mengangguk mengerti dan pamit pergi keluar kamar Xue Mingyan. 'Aku tidak tahu alasan ayah membiarkan Shu Hang yang sudah bertunangan menemani Jendral Yun jalan jalan, tetapi yang pasti Jendral Yun belum mengetahui bahwa wanita yang sudah menemaninya jalan jalan ini sudah bertunangan. Aku sangat menyukai permainanmu Shu Hang, itu benar benar licik. Baiklah, Let's play the game,' ujar Xue Mingyan di dalam hatinya sambil tersenyum sinis. Dia tak sabar untuk melancarkan rencananya yang brilian ini besok. Seperti yang dikatakan Lala sebelumnya, Jendral Yun datang kembali ke Kediaman Perdana Mentri. "Nona, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Lusi. Xue Mingyan tersenyum sinis, dia benar-benar tidak sabar melihat rencananya yang berhasil ini. "Lusi, tolong kau awasi Jendral Yun. Kemanapun dia pergi ikutilah dia, buat dia mengetahui keberadaanmu. Pulanglah ketika dia sendirian," perintah Xue Mingyan. Lala dan Lusi terkejut mendengar perintah tuannya yang sangat aneh menurutnya. Biasanya ketika seseorang sedang mengawasi, dirinya harus dipastikan tidak diketahui keberadaannya, tetapi ini malah sebaliknya. "No ... nona yakin?" tanya Lusi memastikannya lagi. "Sangat yakin, kau tidak perlu takut dia akan menangkapmu. Aku bisa menjamin hal itu," jelas Xue Mingyan penuh percaya diri. Lusi mengangguk mengerti, jika tuannya sendiri sangat yakin dengan rencananya, kenapa dirinya harus ragu. "Baik nona," balas Lusi lalu pergi meninggalkan Lala dan Xue Mingyan. Lala menatap khawatir Lusi, dia sedikit khawatir dengan rencananya Xue Mingyan ini. "Kau tidak perlu khawatir Lala, aku tidak akan membahayakan orang-orangku," ujar Xue Mingyan ketika melihat Lala yang khawatir saat Lusi pergi menjalankan tugasnya. Lala menganggukan kepalanya, seharusnya dia percaya pada tuannya dan tidak meragukannya sedikitpun. "Maaf nona, seharusnya aku tidak meragukanmu," ujar Lala memohon maaf. "Aihh sudahlah tidak perlu meminta maaf, siapa yang akan percaya jika mengawasi orang secara terang terangan seperti itu. Lebih baik kita jalan jalan mencari udara segar," balas Xue Mingyan. Lala mengangguk mengerti, lalu dia menemani Xue Mingyan berjalan jalan. *** "Ibu, apakah ibu yakin dengan rencanamu?" tanya Shu Hang pada Selir Niang. "Kau tidak perlu khawatir, ayahmu akan membantu kita untuk mendapatkan perhatian Jendral Yun," balas Selir Niang berusaha membuat anaknya tenang. "Tapi, bagaimana nasib Pangeran Ketiga bu? Ma ... mana mungkin aku menikahi dua pria sekaligus!" ujar Shu Hang dengan pipi meronanya karena malu mengatakannya. "Jika Jendral Yun menyukaimu, maka biarkan saja Pangeran Ketiga. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun anakku, masa depanmu pasti akan cerah," tekad Selir Niang yakin. Shu Hang tersenyum senang mendengarnya, karena ada ibunya dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi. *** 'Tidak tahu apa yang dipikirkan nona, kenapa dia menyuruhku mengawasinya dengan sengaja membuat diriku terlihat?' tanya Lusi saat tengah memperhatikan Jendral Yun. "Tuan, seseorang tengah mengawasi kita," ucap seorang pelayan pada Jendral Yun berbisik. Jendral Yun tersenyum, dari awal dia juga sudah menyadarinya. Tetapi dia masih bingung, kalau ingin mengawasi dirinya kenapa harus seperti itu. Orang yang mengawasinya itu seperti sengaja membuat dirinya terlihat. "Tidak apa-apa, bersikaplah seperti biasa. Aku ingin tahu tujuannya mengawasiku secara terang terangan seperti ini," balas Jendral Yun. Pelayan itu mengangguk mengerti, dia membungkuk hormat pada Jendral Yun lalu pamit pergi meninggalkannya sendiri. Lusi yang melihat Jendral Yun telah sendirian, langsung saja dia pergi dengan secepat kilat tanpa meninggalkan jejak sedikitpun agar tidak dikejar oleh orang lain. Jendral Yun menatap Lusi pergi, kemudian dia tersenyum sinis. 'Dia bisa pergi tanpa menghilangkan jejak sedikitpun tetapi mengawasiku dengan menunjukan keberadaanya? Aku sangat ingin tahu siapa yang menyuruhnya,' ucap Jendral Yun di dalam hatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN