Tragedi

1021 Kata
"Jika aku kalah, aku akan menyerahkan diriku untukmu. Kau akan menjualku ataupun menjadi simpananmu aku tidak masalah sedikitpun. Semua orang yang ada di sini bisa menjadi saksinya," ujar Xue Mingyan yakin. Semua orang terkejut dengan taruhannya Xue Mingyan, dia benar benar berani sekali. Zhong Lee tersenyum senang mendengarnya, memang untuk saat ini wanita yang ada di depannya ini sangat lusuh, tetapi walapun begitu dia terlihat sangat cantik. Akan menjadi keuntungan baginya jika dia menjadi wanitanya setelah puas dia akan menjualnya ke pasar b***k. "Kau sangat percaya diri sekali nona, aku tidak ingin kau menyesalinya. Karena jika kau telah menjadi milikku, aku tidak akan segan segan membunuhmu jika kau memberontak." ancam Zhong Lee. Xue Mingyan tersenyum sinis mendengarnya, dia belum pernah melihat kepercayaan diri yang tinggi sebelumnya. "Kau begitu percaya diri tuan Zhong, aku takut hanya akan mengecewakanmu." balas Xue Mingyan tidak mempedulikan ancamannya tadi. "Lihatlah, gadis itu begitu percaya diri. Aku takut jika dia akan berakhir mengenaskan." "Huuh dia yang menjebloskan dirinya, maka dia sendiri yang akan menanggungnya." "Betul sekali, ini akan sangat merusak reputasinya." Semua orang menggunjingnya lagi, tetapi Xue Mingyan tidak gentar sedikitpun. Dia malah tersenyum sinis mendengarnya. "Tidak usah banyak bicara lagi, kemarilah dan kalahkan aku jika bisa!" sarkas Zhong Lee berusaha menahan amarahnya tadi karena dia telah diremehkan oleh Xue Mingyan. Xue Mingyan menghampirinya lalu duduk di kursi yang berada di depannya Zhong Lee. 'Huuh sebentar lagi kau akan menjadi milikku gadis cantik, kan ku rusak kesombonganmu yang begitu tinggi itu nanti,' tekad Zhong Lee di dalam hatinya ketika melihat Xue Mingyan yang  menatapnya sambil tersenyum sinis. Setengah jam kemudian, Zhong Lee terduduk diam. Dia masih tidak percaya bahwa dirinya kalah dari seorang gadis. "Bagaimana? aku telah mengalahkanmu, berikan hadiah yang kau janjikan padaku sekarang!" perintah Xue Mingyan. Zhong Lee mengepalkan tangannya kesal, dia langsung saja mengacungkan pedangnya berusaha menyerang Xue Mingyan. "Kau harus mati, dasar jalang!!" teriak  Zhong Lee marah. Xue Mingyan sudah memprediksi dari awal bahwa pasti Zhong Lee tidak akan menerima kekalahannya. Dengan cepat dirinya melompat ke atas dan menusukkan jepit rambutnya ke kepala Zhong Lee. "Akhhhh!" ringis Zhong Lee ketika merasakan sakit di kepalanya. Langsung saja dia terduduk karena merasakan kepalanya yang pusing dan sakit ini, dan darah mulai keluar bercucuran turun ke wajahnya. "Kau jalang, berani sekali melukaiku!!" Xue Mingyan tersenyum sinis, "Aku tidak akan melukaimu jika kau tidak menyerangku duluan. Kau harus menerima kekalahanmu itu, jika tidak aku akan melaporkannya atas percobaan pembunuhan!" ancamnya. "Lihatlah pria mengkhawatirkan itu, dia sama sekali tidak menerima kekalahannya dan malah menyerang gadis itu." "Benar, diberi hukuman matipun tidak akan cukup menembus kesalahannya." "Sudah kalah menyerang seorang gadis pula, sungguh perbuatan yang sangat hina." Sekarang banyak yang menggunjingkan Zhong Lee, karena tindakannya yang gegabah itu. Zhong Lee melihat semua orang tengah menatapnya jijik dan benci padanya. 's**l! aku harus mengalah dulu sekarang, jika tidak aku akan berakhir di sini. Lihat saja akan kulaporkan kau pada ketua kami, kan kubuat kau menyesal karena telah menghina murid dari Perguruan Wang Zheng,' kesalnya di dalam hati. Zhong Lee berdiri dan memerintahkan bawahannya untuk memberikan semua hartanya pada gadis itu. Xue Mingyan langsung menerimanya dengan senang hati, akhirnya dia bisa mendapatkan uang banyak dalam sekejap. Setelah menerima hartanya, Xue Mingyan langsung pergi begitu saja meninggalkan mereka. Dia segera pulang setelah menyelesaikan permainannya dan juga tentunya sudah dengan keadaan perut kenyang. "Akhh hari ini begitu melelahkan," keluh  Xue Mingyan sambil membaringkan tubuh di ranjangnya. Karena perutnya sudah kenyang dan kelelahan akibat kejadian tadi membuat dirinya mengantuk lalu tertidur. Xue Mingyan tidak sadar bahwa sedari tadi aktivitasnya diperhatikan oleh seseorang. *** "Hemm, apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Xue Mingyan pada dirinya sendiri. Sejak pagi tadi dia tidak memiliki kegiatan apapun, Xue Mingyan hanya duduk terdiam di dekat danau tanpa melakukan apapun. "Kakak sedang apa di sini?" tanya seseorang di belakang Xue Mingyan. Refleks dia melihat ke belakangnya dan menjumpai Shu Hang sedang menatapnya sambil tersenyum ramah. Xue Mingyan tersenyum, dia langsung berdiri dan menghampiri Shu Hang. "Tidak sedang apa apa," balas Xue Mingyan tidak mau kalah. 'Bagaimana bisa dia menjadi seperti ini? biasanya jika berpapasan denganku dia hanya akan menunduk tidak berani menatapku,' tanya Shu Hang bingung di dalam hatinya saat melihat Xue Mingyan yang menatap matanya dan tidak ada keraguan sedikitpun dari tatapannya. "Apakah Kakak bisa menemani Hang er jalan jalan?" tanyanya lembut. "Tentu saja boleh, ayo!" ajak Xue Mingyan ramah. Shu Hang tersenyum ramah di depan Xue Mingyan. Tapi yang sebenarnya dia merasa sedikit kesal dan jijik jika harus berjalan jalan bersama kakaknya ini. Tadinya dia hanya akan berpura pura baik saja padanya, demi mendapatkan Xue Mingyan yang akan meminta belas kasihannya nanti. "Adik lihatlah bunga yang ada di dekat batu itu," ujar Xue Mingyan senang sambil menunjuk ke arah batu yang di dekat danau. "Kakak, Hang er ingin memilikinya. Bisakah kakak mengambilkannya untuk Hang er?" pinta Shu Hang dengan lembut. 'Heehh aku tidak tahu rencana jahat apa lagi yang akan kau berikan padaku. Tapi aku sangat menantikan hal itu,' ucap Xue Mingyan di dalam hatinya. "Baiklah, jika adik menginginkannya aku akan berusaha. Lagipula pasti adik tidak akan bisa mendapatkannya tanpa bantuan dariku," balas Xue Mingyan dengan tersenyum senang. Shu Hang tersenyum ramah di depan Xue Mingyan. Dia sedang berusaha untuk tetap anggun dan tenang walaupun keadaan hatinya sangat berbeda. Bagaimana tidak? jelas sekali bahwa Xue Mingyan menerima permintaan darinya sambil menghina dirinya. 'Kau bisa senang sekarang, aku akan jamin ini akan menjadi mimpi buruk bagimu karena telah menghinaku,' tekad Shu Hang. "Adik bisakah kau memegang tanganku, aku takut jatuh ke danau jika tidak ada pegangan untukku ketika aku mengambilnya," pinta Xue Mingyan menbuyarkan lamunannya Shu Hang. "Tentu saja kak," balas Shu Hang ramah. Shu Hang tertawa kejam di dalam hatinya, dia berencana melepaskan pegangannya dan menjatuhkan Xue Mingyan ke dalam air. Dan benar saja, ketika Xue Mingyan tengah berusaha mengambil bunganya, Shu Hang langsung saja melepaskan pegangan Xue Mingyan pada tangannya. Saat akan terjatuh ke bawah Xue Mingyan menarik rambut Shu Hang berusaha agar tidak jatuh ke danau. Tetapi itu sia sia, Shu Hang yang merasakan kesakitan di kepalanya karena rambutnya telah dijambak oleh Xue Mingyan tumbang dan ikut jatuh ke dalam air bersamanya. "Akhhh!" keduanya menjerit bersamaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN