Bertemu pria aneh

1231 Kata
Ketika Xue Mingyan tengah berusaha mengambil bunganya, Shu Hang langsung saja melepaskan pegangan Xue Mingyan pada tangannya. Saat akan terjatuh ke bawah Xue Mingyan menarik rambut Shu Hang berusaha agar tidak jatuh ke danau. Tetapi itu sia sia, Shu Hang yang merasakan kesakitan di kepalanya karena rambutnya telah dijambak oleh Xue Mingyan tumbang dan ikut jatuh ke dalam air bersamanya. "Akhhh!" keduanya menjerit bersamaan. Xue Mingyan terbaring bersama Shu Hang di danau. Walaupun airnya tidak tinggi, tetapi itu sudah sangat merusak reputasi seorang putri. Shu Hang melepaskan tangan Xue Mingyan yang sedang memegang rambutnya, dia meringis kesakitan karena jambakannya Xue Mingyan. "Hang er kau tidak apa apa?" tanya Xue Mingyan berpura pura khawatir. Shu Hang ingin marah dan menjambak rambutnya Xue Mingyan, akan tetapi dia harus bisa mengontrol emosinya sekuat mungkin. "Tidak apa apa kak, Hang er hanya butuh istirahat sebentar lalu akan sembuh lagi," balas Shu Hang ramah. Xue Mingyan membantu Shu Hang berdiri bersama pelayan pelayannya. "Apa kau merasa tidak baik? apakah kau mau aku rawat dan panggil tabib?" tanya Xue Mingyan cemas. Shu Hang membayangkan jika dirinya dirawat oleh Xue Mingyan, mungkin dirinya sudah mati terlebih dahulu sebelum pengobatan selesai. "Ti...tidak perlu kak, Hang er hanya butuh istirahat saja," tolak Shu Hang canggung. Setelah mengatakan hal itu dirinya pamit pergi ke Pavilliunnya dengan dipapah oleh pelayannya. Xue Mingyan menatap sedih kepergiannya Shu Hang. Saat ini dia menampilkan wajah yang begitu mengkhawatirkan. Tepat setelah semua orang pergi, dia langsung tertawa senang melihat Shu Hang yang kewalahan karena ulahnya sendiri. "Haduh, sakit perut aku," keluh Xue Mingyan sambil menyeka air matanya yang keluar dengan jarinya. Dia menertawakan Shu Hang yang menahan emosinya tadi. Dia tidak habis pikir jika Shu Hang masih bisa menahan emosinya ketika dia dijambak oleh dirinya. Entah apa yang direncanakan Shu Hang yang masih bersikap ramah di depan dirinya ini. Karena tidak ada lagi yang menarik, dia  pergi juga dari tempatnya berdiri. Xue Mingyan berjalan menuju Pavilliunnya, dia berniat untuk pergi keluar berjalan jalan lagi hari ini. Tetapi sebelum itu dia menyamar sebagai rakyat biasa, awalnya dia ingin menyamar menjadi laki laki, tetapi dia bahkan lupa untuk membeli pakaian khusus pria. Setelah bersiap siap, Xue Mingyan pergi keluar mengendap endap karena masih siang. Dia tidak perlu khawatir semua orang akan mengetahuinya karena tidak ada siapapun yang menganggap kehadirannya. Jadi dia tidak perlu tergesa gesa untuk pulang, mungkin dengan dirinya tidak pulangpun tidak akan ada yang mengkhawatirkannya. Sungguh menyedihkan bukan? tetapi hal ini ada sedikit keuntungan baginya, seperti yang diceritakan sebelumnya bahwa dia tidak perlu tergesa gesa untuk pulang karena tidak ada yang mengkhawatirkannya. Xue Mingyan berjalan jalan tidak tahu harus pergi kemana. Dia bingung tempat apa yang akan dikunjunginya. Ketika sedang berjalan jalan tidak jelas Xue Mingyan mendengar seseorang berteriak melelang b***k. "Ayo ayo, semuanya siapa yang menginginkan b***k budakku," teriak seorang lelaki. Xue Mingyan pensaran, dia menghampiri penjual b***k tersebut dan menyaksikan orang yang berebutan membeli b***k darinya. Hampir satu jam penjual itu menjual b***k b***k yang ia bawa, tetapi pada saat dua b***k terakhir banyak yang tidak menginginkan mereka karena mereka sangat lusuh dan seperti tidak berguna. "Lihatlah, teman temanmu sudah berbakti dan memberikan uang yang banyak untukku. Lalu kenapa kau tidak laku sama sekali? huuh bisanya cuma merepotkan saja," hina penjual b***k pada kedua b***k terakhir. Kedua b***k itu hanya menunduk diam tanpa membalas apapun. Mereka membiarkan orang lain menghina dirinya tanpa perlawanan. "Aku akan membeli mereka," pungkas Xue Mingyan. "Kau ingin membeli berapa?" tanya penjual budaknya. Tanpa menjawabnya, Xue Mingyan langsung mengeluarkan sekantung koin perak dan memberikannya pada penjual b***k tersebut. Penjual b***k itu tersenyum senang ketika melihat Xue Mingyan memberinya sekantung koin perak. Tanpa menunggu lama dia langsung menyerahkan kedua b***k itu pada Xue Mingyan. "Sekarang dia adalah tuanmu, ikuti kemanapun dia pergi. Jangan membantah ucapannya!" perintah penjual b***k itu pada kedua b***k yang ia jual dan langsung pergi begitu saja. Kedua b***k itu masih menunduk diam tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Xue Mingyan. "Katakan siapa nama kalian!" perintah Xue Mingyan. "Aku Lusi dan dia Lala, kami adalah saudara kandung yang terbuang." balas mereka. Xue Mingyan merasa kebingungan, kenapa dia harus merelakan uangnya hanya demi b***k saja. Dia tidak tahu mengapa ketika melihat mereka jadi ingin membeli dan melepaskan sebagian hartanya yang ia dapat kemarin. "Baiklah, aku membebaskan kalian. Jaga diri baik baik agar kalian tidak ditangkap dan dijadikan b***k lagi," saran Xue Mingyan sambil berbalik dan berjalan pergi meninggalkan mereka berdua. Sontak saja Lala dan Lusi terkejut dibuatnya, kenapa tidak? Xue Mingyan membebaskan mereka dengan cuma cuma. "He .... hei tunggu, apa kau serius membebaskan kami? apa kau tidak sayang dengan uangmu yang telah kau berikan pada penjual kami?" tanya Lusi menghentikkan Xue Mingyan. Xue Mingyan berbalik dan menatap datar Lusi. Lalu dia memijat keningnya yang terasa sangat pusing. "Itu uangku, mau kuhabiskan dengan bagaimanapun terserah diriku. Sudahlah, kalian tidak perlu bekerja untukku, khawatirkan saja diri kalian. Jangan sampai kalian tertangkap dan dijadikan b***k lagi, aku tidak ingin menghabiskan uangku lagi karena aku tidak sekaya yang kalian bayangkan," tolak Xue Mingyan. Setelah mengatakan hal itu, dia langsung berjalan pergi meninggalkan Lala dan Lusi Xue mingyan berjalan pergi ke g**g yang sepi untuk meratapi nasibnya. Mengingat uangnya yang hampir habis karena tadi dia membeli b***k, ingin menangis rasanya sekencang mungkin. "Huhuhu, uangku kenapa kau menginapnya sebentar hah? dan aku, bodoh sekali diriku," keluh Xue Mingyan. Memang benar menyesal selalu ada di akhir. Dia hanya bisa pasrah karena semuanya telah terjadi. Xue Mingyan berjongkok sedih karena uangnya yang hampir habis. Padahal rencananya dia akan menghemat sebisa mungkin, agar nanti jika ada keadaan darurat maka dia tidak akan kewalahan. "Baiklah, karena aku telah boros. Mengapa tidak tanggung tanggung? hari ini aku akan berbelanja sesukaku." ujar Xue Mingyan yakin. Daripada meratapi uangnya yang telah hilang, mengapa dia tidak bersenang senang saja dengan uang yang tersisa. Dia memutuskan untuk menghabiskan semua uangnya hari ini. Xue Mingyan banyak membeli barang dan juga makanan untuk satu minggu ke depan. Tentu saja dia tidak akan menghabiskan uangnya percuma saja, dia membeli barang barang yang berguna untuknya. Saat tengah fokus berbelanja, tiba-tiba seseorang dengan sengaja menubrukan tubuhnya pada Xue Mingyan. Xue Mingyan tersentak dan refleks melihat ke sampingnya. Dia melihat seorang pria yang sedang menatap baju kotornya yang terkena tinta. "Hei, apa kau bisa berjalan dengan baik!?" tanya Xue Mingyan kesal. Pria itu mendongakkan wajahnya untuk melihatnya. Dia menatap intens Xue Mingyan kemudian tersenyum senang. 'Di .... dia gila apa?' tanya Xue Mingyan bingung di dalam hatinya. "Kenapa? apakah kau begitu mengkhawatirkanku?" tanyanya sambil berjalan mendekati Xue Mingyan. Xue Mingyan terdiam membatu mendengar ucapannya pria aneh ini. Dia benar benar tidak mengerti mengapa pertanyaannya ini diartikan seperti itu? "Apakah aku terlalu rupawan sampai sampai kau tidak menjawab pertanyaanku?" tanyanya lagi akan tetapi dengan wajahnya yang dekat sekali dengan Xue Mingyan. Xue Mingyan tersadar dari lamunannya saat merasakan hembusan nafas yang menerpa kedua pipinya sehingga membuatnya merona. Dia tersadar dan menatap wajah di depannya ini. Langsung saja dirinya  mendorong bahu pria aneh ini untuk menjauh darinya. Xue Mingyan menggeleng gelengkan kepalanya sesekali menggidikkan bahunya ngeri. "Gila! aku bertemu dengan orang gila!" cecar Xue Mingyan yang perlahan mundur ke belakang dan segera berlari pergi. Dia benar benar takut jika harus bertemu pria seperti itu, apalagi ditambah dengan penampilannya yang lusuh dan juga agak sedikit tua darinya. Itu terlihat seperti seseorang yang tua yang menyukai seorang gadis kecil. Xue Mingyan segera bergegas pergi dan tidak mempedulikan pria itu yang terus menerus memanggil dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN