Hari telah senja langit yang terang pun mulai redup. Burung yang berterbangan pun mulai pulang ke rumahnya.
“Gawat kita harus segera bersembunyi sebelum mayat-mayat itu hidup.” Kinanti tampak khawatir dan bergegas mendekati Gadi.
"Pasti ada sesuatu yang membuat mayat itu untuk hidup. Lebih baik kita cari tempat yang lebih tinggi."
“Ikutlah aku!” ucap Elizabeth.
Kinanti dan Hylda pun tersentak kaget ketika mendengar Elizabeth bisa berbicara bahasa Indonesia.
“Kalian berdua ngapain melotot?” tanya Sukma.
Hylda dan Kinan pun tak menjawab, mereka berdua melirik tanpa menjawab. Suara letusan senjata api pun mulai terdengar, membuat Kinan sedikit merinding ketakutan.
“Siapa yang sedang berperang malam-malam begini.” Gadi mengamati sekeliling yang sudah tampak gelap, namun tak menemukan satu pun makhluk bernyawa.
“Mereka mayat-mayat yang hidup kembali,” jawab Kinan dengan menempel pada Gadi karena takut.
“Kamu kenapa? Takut!” tanya Gadi.
“Enggak, siapa yang takut,” jawab Kinan dengan tangan kirinya mencengkeram lengan Gadi hingga membuat mereka saling waspada. Bukan hanya mayat hidup, mereka pun waspada dari binatang buas yang bisa saja datang tiba-tiba.
Brak!
Suara ranting dan batang pohon yang terjatuh tepat di hadapan mereka, hampir saja melukai Hylda yang berjalan di depan. Gadi yang mendengar suara patahan ranting, berlari cepat untuk meraih Hylda.
“Makasih, Bang! Maaf,” ucap Hylda.
“Sudah ayo lanjut lagi,” perintah Gadi.
“Ini sepertinya jalan menuju ke gua yang kemarin kita tinggali.”
“Betul! Karena di sana adalah tempat yang paling aman! Bangkai-bangkai itu tidak akan bisa mengejar kalian ke sana!” sahut Elizabeth.
Suara gemericik air dari air terjun sudah mulai terdengar. Namun, mereka tidak menyadari ketika sesosok mayat hidup mengintai mereka.
Kinanti yang mulai mencium bau busuk yang menguar pun mulai berjalan cepat hingga menempel kepada Gadi yang berada di hadapannya.
Sukma yang berada di belakang Kinan tiba-tiba saja kakinya terjerat tali yang hingga ia jatuh terlungkup dan ikut terseret hingga ia berteriak.
“Bang Gadi!” teriak Sukma.
Mereka pun menoleh, membuat Gadi dan Hylda berlari secepat mungkin untuk meraih tangan Sukma. Kecepatan Gadi dalam berlari memang tidak bisa di ragukan lagi. Hingga pria itu mampu mendahului Sukma dan meraih tali yang mengikat. Dengan kekuatan tenaga dalam yang Gadi miliki, pria itu mampu memutus tali dengan satu kekuatan.
Hylda segera menolong Sukma dan Kinan yang tak pandai berkelahi ikut berlari mendekati Sukma.
“Lebih baik kalian berdua segera mengikuti hantu itu agar Mas ini bisa segera sembuh.”
Mereka menggelengkan kepala sembari tatapannya menatap Gadi yang masih berkelahi dengan sosok kurus tinggi dengan wajah rusak dan tubuhnya yang banyak mengeluarkan belatung hidup.
“Pergilah jangan khawatir kan aku. Ada Elizabeth yang akan menunjukkan jalan padaku nanti.”
“Kinan tolong papah Bang Sukma dan ikuti Elizabeth pergi. Aku akan membantu Bang Gadi. Cepatlah.”
Wanita itu pun mengangguk setuju, ia pun segera memapah Sukma yang mengalami luka-luka pada tubuhnya.
“Tubuh kamu berat sekali!” ucap Kinan dengan tersenyum.
“Kita tunggu mereka!” ucap Sukma.
“Kakimu saja tidak bisa buat menopang tubuhmu, lebih baik kamu obati dulu baru membantu teman kamu.”
Sukma tak menghiraukan ucapan Kinan dan ia pun memilih kembali membantu Gadi dengan menyeret kaki kirinya yang terluka akibat ikatan tali yang begitu kuat.
Mayat hidup itu tidak sendirian ada tiga sosok yang sedang dihadapi Gadi dan Hylda. Dengan bertolak punggung Gadi dan Hylda sedang mengatur strategi untuk melawan.
Serangan pun terjadi, Gadi yang di serang mayat hidup itu mulai menghajar tubuh yang kurus kering namun keras hingga membuat jari-jari tangannya terluka.
Sementara Hylda yang mendapatkan serangan pada perutnya terpental hingga menatap pohon. Menyadari gadis itu terluka Gadi segera berlari dan melindungi Hylda.
Sukma yang terluka kakinya mendatangi mereka berdua mencoba untuk menolong Hylda. Namun nahas, Kinanti yang sedang mengejar Sukma mendapatkan serangan dari makhluk busuk itu hingga Gadi yang masih menopang tubuh Hylda terpaksa berlari dan melindungi Kinan, tapi sayang pinggang belakang Gadi tertusuk belati.
Secepat kilat ia meraih belati dan menghajar mayat hidup itu dengan tenaga dalam yang ia miliki. Seketika itu juga makhluk itu mendapatkan hantaman energi dan tubuhnya menguar bersama angin yang berembus.
Tenaga dalam Gadi tidak boleh digunakan sembarangan terlebih dalam keadaan pria itu kelelahan.
Tubuh pria itu semakin melemah, karena darah keluar dari tubuhnya. Ia mencoba untuk bertahan dan tetap melawannya. Satu per satu makhluk itu tumbang di mana Gadi harus memberikan hantaman pada jantung mayat hidup itu untuk mengalahkannya.
“Kamu gak papa kan?” tanya Gadi pada Kinanti.
“Makasih, Mas. Sudah menolongku.” Kinan pun berdiri dan membantu Sukma untuk berjalan, sedangkan Gadi memilih membopong Hylda di punggungnya.
Gadi menyembunyikan luka tusukan itu, berharap anak buahnya agar tidak panik. Dengan sisa tenaga yang dimiliki, mereka menyusuri jalanan setapak menuju gua yang berada di samping air terjun.
“Makasih, ya Kinan,” ucap Sukma yang terus menatap tersenyum kepada gadis itu.
“Kamu ini bandel, Mas. Sudah dibilang jangan kembali malah kembali. Kasihan teman kamu jadi kebeban karena kedatangan kita.” Kinan berbicara lirih agar Gadi tak mendengar.
Setelah perjalanan yang penuh dengan jalan yang berliku, akhirnya mereka pun tiba di gua yang cukup luas untuk mereka jadikan tempat tinggal.
Kinan dan Gadi segera membaringkan Hylda dan Sukma yang sudah mulai lemas. Untung saja sisa pisang yang mereka ambil masih ada, bisa dijadikan untuk mengisi kekosongan perut.
Dengan penuh perhatian Kinan yang tidak terluka merawat Sukma dan Hylda dengan bantuan penerangan cahaya bulan.
Gadi terus menatap Kinan, rasa rindunya dengan almarhum sang kekasih membuatnya meneteskan air mata. Ia menyimpan sendiri rasa sakit pada pinggangnya, karena pria itu mengutamakan kedua anak buahnya ketimbang tubuhnya.
“Kamu perawat lulusan mana Kinan?” tanya Sukma.
“Apa aku terlihat sebagai perawat?” tanya balik Kinan dengan tersenyum.
“Kan kapal itu membawa banyak perawat ke Makasar.”
Kinan tersenyum dan beralih merawat Hylda yang hanya mengalami luka ringan. “Istirahatlah dulu, jangan banyak bergerak.”
“Kemana Mas Gadi?” batin Kinan yang tak menemukan Gadi berada di dalam gua. Gadis itupun segera keluar untuk mengkroscek keberadaan Gadi. Feeling-nya tepat. Ia menemukan Gadi berada di luar dalam keadaan lemas dan wajahnya yang pucat pasi bersandar pada dinding gua.
Kinan segera menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi. Melihat wajah Gadi yang pucat pasi dan kedinginan ia pun meraih tangan Gadi yang terasa dingin dan berlendir.
Kinan melirik, karena keadaan remang-remang Kinan pun mencium lendir yang berada di tangan Gadi dan ia pun tersadar bahwa aroma yang keluar adalah bau darah.
“Mas kamu gak papa, kan?” tanya Kinan yang hanya Gadi jawab dengan menyebut satu nama ‘Kinanti’
Hanya nama itu yang keluar dari bibir Gadi. Kinan pun mulai meraba-raba tubuh pria itu untuk mencari sumber darah yang ada di tangan Gadi.
Tangan Sekar berhasil menemukan luka tusukan itu, untung saja lukanya tidak terlalu dalam dan darah sudah berhenti. Penyebab Gadi melemah karena ia telah menggunakan tenaga dalamnya dalam keadaan kondisi tubuh tidak lemas.
Menyadari hal itu Kinan pun masuk ke dalam mengambil pisang untuk diberikan kepada Gadi. Hanya pisang yang mereka dapatkan sebagai sumber tenaga.
Namun, pria itu belum sadar dan hanya memanggil nama Kinan. Entah siapa nama yang di sebut Gadi, bagi Kinan menyelamatkan pria itu adalah hal yang lebih penting saat ini.
“Mas, ini aku Kinan!” ucap Kinan mencoba mengelabui Gadi. Pria itu meraih tubuh Kinan hingga, gadis itu jatuh dalam pelukan Gadi.
“Mas kangen, Kinan! Jangan pergi lagi.”
Pelukan Gadi terasa aneh dan membuat Kinan terasa nyaman. Setelah tersadar bahwa pria yang memeluknya terluka, gadis itu melepaskan diri dari pelukannya.
“Kamu masih hidup kan.” Gadi masih mengigau dan tidak sadar dengan apa yang ia lakukan.
Dalam cuaca dingin, Kinan membaringkan Gadi dengan posisi miring dan menaikan baju yang ia kenakan ke atas. Luka tusukan yang tidak terlalu dalam itu ia bersihkan dengan air sungai yang berada di dekat gua.
Gadis itu pun mengambil pakaiannya, dianmengganti pakaian yang ia kenakan. Melihat Sukma yang tertidur lelap, Kinan mengurungkan niatnya untuk meminta bantuan. Hanya ada Elizabeth yang mengawasinya sedari tadi, tetapi hantu itu tidak bisa berbuat apa-apa.
Terpaksa Kinan mengenakan celana panjang yang tadi ia pakai kepada Gadi agar tidak kedinginan. Pakaiannya pun ia jadikan bantal.
“Bagaimana caranya aku menutup luka ini?” batin Kinan. Ia pun merobek pakaianya untuk membalut luka Gadi.
Dinginnya malam, membuat Kinan tidak berdaya untuk membawa Gadi ke dalam gua. Dengan terpaksa ia pun memberikan kedua kakinya sebagai sandaran kepala Gadi dan mengenakan pakaian dorengnya untuk selimut.
Pandangan Kinan tak teralihkan ia terus memandang wajah Gadi, seakan ia telah mengenal lama dan begitu dekat. Terlebih Gadi yang terus memanggil nama Kinan yang membuatnya penasaran.
Kedua telapak tangan Kinan selalu ia gesek-gesekkan lalu ia tempelkan ke wajah Gadi berharap pria yang ia tolong tidak merasakan kedinginan. Hingga tanpa tersadar Gadis itu ketiduran.