bc

Blood Island

book_age18+
136
IKUTI
1.1K
BACA
others
drama
tragedy
mystery
scary
war
like
intro-logo
Uraian

Berita menghilangnya KRI Teluk Penyu yang membawa 12 Kru dan 50 tenaga medis di perairan Masalembu yang terkenal angker. Membuat pemerintah mengirim satu kompi pasukan elite TNI Al yang dipimpin oleh Kapten Marinir Wahyu Saputra Gadi untuk mencari tahu keberadaan kapal yang tiba-tiba menghilang.

Saat meninjau lokasi bersama lima anak buahnya dengan menaiki KRI Jaya Wijaya yang di pimpin oleh Kapten Bayu Setia Aji. Kapal mengalami kecelakaan saat badai laut yang tiba-tiba menyerang hingga membawa kapal masuk ke dalam portal gaib dan tiba di Blood Island.

Blood Island, pulau misteri yang dijadikan kuburan para pembajak laut terkenal di seluruh dunia. Di mana salah satu keturunan Jack Barbarosa mencoba membangkitkan leluhurnya, demi mencuri kapal-kapal melalui portal gaib.

Dapatkah Gadi menemukan KRI Teluk Penyu dan selamat dari Blood Island yang sangat mengerikan?

chap-preview
Pratinjau gratis
KRI Teluk Penyu
Langit di senja itu tampak indah. Semua awak kru KRI Teluk Penyu telah bersiap diri untuk mengarungi lautan menuju Kota Makassar. Kapten Egy yang baru saja menikah harus meninggalkan sang istri untuk berlayar, karena hari ini KRI Teluk Penyu yang di nahkodai kapten Egy akan membawa puluhan tenaga medis yang akan melakukan bakti sosial di pulau Buthon. “Pengecekan kelengkapan kapal telah usai! Perjalanan akan siap dimulai,” teriak salah seorang kru kapal. “Jaga diri kamu baik-baik! Setelah pulang nanti kita akan bulan madu ke Pulau Bali!” pamit Egy sembari mencium kening istrinya. Baru satu minggu yang lalu mereka menikah, kini mereka harus terpisah jarak. Setelah berpamitan dengan keluarga, semua kru dan penumpang kapal masuk ke dalam deck kapal atas untuk melakukan penghormatan. Setelah berdoa bersama-sama kapal pun mulai melaju menuju Pulau Sulawesi. Tak ada yang aneh dengan alam sore ini, hanya saja salah satu penumpang yang pobia dengan laut mulai menggerutu dan berbicara sendiri. “Hari ini aku akan mati, semoga Tuhan mengampuni semua dosa-dosaku.” Hanya kata itu yang sedari tadi ia ucapkan hingga membuat Kinanti Cahaya Putri yang berprofesi sebagai dokter muda mendekatinya. “Jika Anda pobia laut, kenapa mengikuti bakti sosial ini. Ucapan kita adalah doa, saya harap Anda untuk tenang dan tidak berbicara ngaco seperti ini.” Perawat yang bernama Shinta itu pun terdiam sembari menatap gulungan ombak yang yang terkena badai dengan pandangan yang tajam dan begitu dalam. Hingga beberapa menit berlalu perawat berambut ikal itu pun mendekati kru kapal dan mengatakan bahwa kapal ini akan menghilang. Salah seorang kru yang berada di ruang kemudi pun marah karena menganggap perkataan Shinta hannyalah kekonyolan semata. Sersan Ratna yang mendengar pertengkaran mereka pun akhirnya tergugah hatinya untuk mengajak Shinta masuk. Malam pun menjelang, hujan mulai mengguyur ibu pertiwi, karena tidak ada pemberitahuan apa pun. Kapten Egy tetap melanjutkan perjalanan. Namun, tiba-tiba ombak besar dan tinggi dari arah utara datang. membuat semua penghuni kapal terdiam tak mampu melakukan apa pun, dan hanya berdoa yang mampu mereka lakukan. Selang beberapa menit dalam keheningan Shinta tiba-tiba berteriak dan mengatakan bahwa kapal ini akan menghilang. Ratna yang mendengar kekacauan pun segera menarik Shinta dan menutup mulutnya dengan kedua tangan Ratna. Sementara Kapten Egy masih berusaha memutar balikkan kapal agar bisa menghindar dari gelombang besar dan mencoba menghubungi lewat pemancar, namun selalu gagal karena sinyal yang tiba-tiba menghilang. Nahas, semua itu percuma. Kapal pun terbawa arus air dan menghilang dari jangkauan pemancar. *** “Kapal Teluk Penyu menghilang dari pemancar!” seru salah seorang petugas Para petugas berkerumun untuk melihat titik terakhir kapal berada. Tak ada badai dan tabrakan. Namun Teluk Penyu menghilang begitu saja. “Kapan terakhir kontak?” tanya sang Komandan. “Terakhir kontak sepuluh menit yang lalu.” “Cari dengan teliti, beritahu kapal lain yang berada di sekitar perairan Masalembu. Siapa tahu ada yang melihat!” “Siap!” Setelah sepuluh menit tidak ada kabar berita, sirine menghilangnya kapal teluk penyu telah sampai ke pemerintahan pusat. Segala upaya telah dilakukan, namun tetap saja tak ada yang tahu ke mana raibnya. *** Uhuk ... uhuk! Suara seseorang batuk terdengar di telinga Sersan Ratna yang tengah terkulai lemas di dek kapal. Sersan wanita itu mencoba berdiri untuk mencari sumber suara. Dengan langkah yang gontai gadis itu terus mencari hingga menemukan kapten Egy yang terkapar di ruangan kemudi. “Air ... air ... hanya suara itu yang Ratna dengar dan pinta dari mereka semua yang ia temukan. “Bagaimana bisa aku mencari air di tengah laut seperti ini. Padahal pulau itu terasa dekat dari sini.” Ratna mengeluh mencoba mencari cara untuk menyelamatkan mereka semua dari dehidrasi. “Kita ada Infus RL, bisa kita gunakan terlebih dahulu!” ucap Kinan yang membuat Ratna tersontak kaget, karena mendengar suara dengan begitu lantangnya. “Dokter Kinan!” seru Ratna. “Carilah di penyimpanan barang bawaan kita Sersan Ratna. Di sana ada Infus RL dan Salin untuk mengobati kawan kita yang terluka. Jangan lupa bawa Aqua destilata, infus set, dan spuit. Kita beri mereka infus terlebih dahulu sembari kita turun mencari air tawar.” Dengan Napas tersengal Dokter Kinan memberikan instruksi. Namun, ketika Sersan Ratna hendak beranjak perawat Shinta sudah membawa beberapa pesanan yang di sebutkan Dokter Kinanti. “Terima kasih, Sus.” Ratna mencoba menerima bawaan Shinta. Gadis itu menatap dalam pada sebuah pulau yang dekat dengan kapal mereka. Pandangannya tajam tanpa berkedip. “Shinta! Lihat apa kamu bukan segera bantu malah ngelamun.” “Oh iya maaf!” ucap Shinta. Shinta mencoba semampunya membantu dengan sekali-kali menatap pulau yang ada di depan kapalnya. Sementara kapten Egy sedang mencari cara untuk meluncur ke pulau tersebut. Ia tampak bingung karena semua sekocinya telah hilang hanya tinggal badan kapal yang mengapung di atas air laut. “Kapten Pulau itu angker!” seru Shinta. “Tempat paling aman adalah kapal Ini,” ucap dia lagi. Egy hanya menatap gadis berambut panjang sedikit berombak itu. Dengan gemulainya Shinta berdiri bersandar menatap pulau yang satu-satunya terlihat itu. *** “Maaf Ndan, sudah banyak pasukan dan kapal berpatroli tapi kita belum menemukan kabar KRI Teluk Penyu.” Kapten Gadi mencoba memberikan laporan kepada atasannya. “Sore ini juga kamu berangkat bersama anak buahmu. Cari sampai ketemu, ini perintah!” “Siap, Ndan!” balas Gadi. *** “Besok sore ini kita persiapan untuk berangkat satu kompi! Nanti sebelum berangkat kita cek lokasi dulu. Sukma dan Hendra sekarang bantu saya temui Kapten Bayu dan untuk yang lainnya kalian persiapkan diri kita akan berlayar sore ini.” “Siap, Ndan!” ucap mereka serempak. Segera Gadi bersama Sukma dan Hendra pergi ke dermaga untuk menemui Kapten Bayu Setia Aji, kapten KRI Jaya Wijaya. “Bukankah jadwal kita nanti pukul lima sore?” tanya Hendra penasaran. “Tinggal ikut, diam gak usah banyak tanya bisa gak sih!” seru Sukma. “Ndan, besok bukankah hari kematian kekasih Anda!” Sukma mencoba mengingatkan sang atasan karena biasanya ia akan pergi ke Solo guna mengenang. “Iya, tapi tugas ini tak bisa di hindari, kita harus siap apa pun yang terjadi.” Mereka bertiga pun dengan segera mengendarai mobil dinas meluncur ke Dermaga. Sepanjang perjalanan cuaca begitu cerah hanya saja ketika tiba di pelabuhan suasana menjadi mendung, tapi tak hujan. “Aneh di jalan Jakarta saja terang kenapa di sini mendung?” tanya Sukma penasaran karena baru kali ini dia merasakan adem di tengah teriknya panas. “Biasanya di pelabuhan sedang ada bongkar pasang muatan. Ini pawangnya hebat, mau musim hujan atau kemarau pasti dia akan pawangi kalau lagi ada muatan atau nurunin muatan. Tapi ... kalau sudah yang lain terang daerah pelabuhan sini bisa kaya hujan badai berhari-hari,” terang Gadi sambil menyetir mobilnya untuk membawa mereka menuju ke Dermaga timur. Cuaca memang begitu terik membuat Gadi menatap Laut dengan terdiam begitu lama, hingga ia lupa bahwa dia akan bertemu dengan Kapten Bayu. “Ndan, barusan dari pusat keberangkatan kita di tunda dua hari lagi. Karena ada dari team penyelam masih harus mempersiapkan perbekalan. Beliau memberi perintah kita untuk berangkat terlebih dahulu sembari melihat keadaan sekitar bersama Jaya Wijaya.” “Di mana Hendra. Kenapa kamu sendirian?” tanya Gadi dengan membuang puntung rokok yang ia injak dengan sepatunya. “Sudah di dalam!” jawabnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
116.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
203.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.5K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
20.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook