Bab 40 "Mbak, bisakah kita bicara sebentar." Yuni berdiri dengan perasaan sulit kuartikan. Aku menelan ludah secara kasar. Tenggorokan rasanya tercekat melihat perut Yuni yang membuncit, sepertinya wanita itu tengah hamil entah berapa bulan. Susah payah aku menormalkan debaran dadaku saat mengingat bagaimana kondisi Mas Agung saat itu di rumah Yuni. Entah kenapa aku berpikir bahwa anak yang dikandungnya pun adalah anak dari suamiku, yang sebentar lagi akan berubah gelar menjadi mantan suami. "Aku mohon, Mbak." Raut wajah Yuni terlihat sayu saat menatapku. Aku sedikit melirik ke arah Yuda yang mengangguk dan tak berkedip melihat Yuni. "Kami akan menunggu di mobil, silahkan jika kalian mau mengobrol," kata Yuda seakan mengerti saat Yuni menunduk seperti malu. "Ingat ya, Mbak, jangan