"Tenang saja, Biola. Selama kau masuk ke dalam dunia dongeng, dan walaupun kau menghabiskan waktu yang sangat lama di sana, tapi ketika kau kembali ke dunia ini, waktunya akan sama seperti saat kita pergi, mungkin hanya berbeda sepersekian detik. Jadi, walau kau tinggal di dunia dongeng sampai usiamu bertambah tua, tapi saat kau kembali, kau akan sama seperti dirimu yang baru saja pergi. Karena ketika kita masuk ke dalam dunia dongeng... Waktu di dunia ini terhenti."
Waktunya terhenti? Aku tidak tahu harus senang atau sedih mendengar itu semua. Tapi yang jelas, aku ingin masuk ke dalam dunia itu, dunia yang sangat kuimpikkan sejak dahulu, yaitu,
Dunia dongeng.
Dari dulu, imajinasiku selalu aneh-aneh, seperti membayangkan menjadi seorang ratu di sebuah kerajaan, memiliki banyak prajurit, bisa berbicara dengan fasih, dan masuk ke dalam dunia dongeng. Semua itu memang mustahil jika didasari dengan logika, tapi apakah segala hal harus dikaitkan dengan logika?
Menurutku, ada sesuatu yang bahkan logika pun tidak akan mampu menafsirkannya, karena ada saja sesuatu yang aneh tapi nyata, seperti dunia dongeng, misalnya.
Karena itulah saat Sun berkata kalau dia akan mengajakku ke dalam dunia dongeng, aku sangat bahagia, walau sebelumnya aku agak ragu, tapi sekarang aku sudah mantap ingin ke sana. Apalagi dia berkata kalau waktu di dunia nyata akan terhenti jika aku masuk ke dalam dunia dongeng, itu membuatku semakin gembira.
Keluargaku tidak akan mengkhawatirkanku dan sekolah pun akan tetap berlanjut saat aku kembali dari dunia dongeng ke dunia nyata, semuanya akan sama seperti saat aku pergi.
Akhirnya! Impianku akan terwujud, tinggal beberapa langkah lagi hingga aku bisa mendarat di sana!
Sun tersenyum padaku dengan manis. "Jadi, bagaimana? Apa kau menerima ajakanku untuk ikut ke dunia dongeng, Biola? Tapi, jika kau menolak ajakanku, aku tidak akan kecewa, kok. Tenang saja, lagipula, mau kau terima atau tolak ajakanku, aku akan tetap pergi, karena di sana adalah tempat kelahiranku."
Te-Tempat kelahirannya? Jadi maksudnya, selama ini, Sun bukanlah makhluk dari dunia nyata tapi makhluk asli dari dunia dongeng? Tapi mengapa dia ke dunia nyata dan menjadi seekor kucing?
"Sebenarnya, aku dikutuk oleh seorang penyihir baik menjadi seekor kucing dan dilemparkan ke dunia nyata, dia bilang, kutukanku akan hilang jika aku berbuat baik pada orang lain di sini, dan akhirnya, aku bisa kembali ke wujudku yang sesungguhnya. Asal kau tahu saja, Biola, sebelumnya, aku ini adalah penyihir yang sangat jahat, kejam, dan mengerikan. Tidak heran, kan, kalau penampilanku pun saat ini menyeramkan, hahaha."
Aku terkejut mendengar kisah masa lalunya Sun, tidak terduga kalau ternyata dulunya dia itu adalah seorang penyihir yang jahat, kupikir dia sama seperti ini, orang yang suka menolong. Namun, bagaimana pun masa lalunya, itu tetap hanyalah masa lalu, tak perlu diungkit-ungkit lagi, karena aku percaya, Sun sudah berubah menjadi lebih baik.
Aku langsung memeluk tubuh Sun dengan erat sembari mengusap-usap punggungnya yang halus. Saat ini mungkin Sun kaget karena dirinya tiba-tiba dipeluk olehku, tapi perlahan-lahan, dia menerima pelukanku dan tangannya juga ikut mengusap punggungku.
Kami saling memeluk erat, mengeskpresikan kalau kami saling menyayangi satu sama lain.
*
*
*
Kini, aku mengikuti Sun dari belakang, dia memanduku untuk pergi ke dunia dongeng. Kami keluar dari rumah melalui pintu belakang, beruntung, hujannya sudah reda walau beberapa tanah becek terendam air.
Kami pun menyusuri kebun milik orang tuaku yang luas dan penuh dengan pepohonan cemara, dan akhirnya sampai di sebuah padang rumput yang kosong, aku bertanya-tanya, bukankah ini masih ada di halaman belakang rumahku? Mengapa Sun berhenti di sini? Memangnya dunia dongeng ada di sini?
Setelah itu, Sun menoleh kepadaku, dengan muka seriusnya dan berkata, "Untuk masuk ke dalam dunia dongeng, kau harus mengucapkan sebuah harapan yang ingin kau capai, tapi, karena kau tidak mampu berbicara, cobalah berteriak di dalam hati. Ingat, Biola, teriakkan sebuah harapan yang selalu ingin kau capai. Jangan mengucapkan sesuatu yang salah, karena jika kau salah sedikit saja, portalnya tidak akan terbuka."
Meneriakkan sebuah harapan yang selalu ingin kucapai? Jika salah, maka portal menuju dunia dongeng tak akan terbuka? Ah! Aku bingung! Kira-kira harapan apa yang selalu ingin kucapai? Banyak sih, harapan yang kupunya, tapi memangnya harus kuteriaki semua? Baiklah! Mungkin aku harus memilih satu dari jutaan harapan yang kupunya, dan itu harus yang paling berpengaruh dalam hidupku.
Kupejamkan mataku, kuhirup udara sebanyak-banyaknya, aroma hujan langsung masuk ke dalam penciumanku, dan aku pun segera berteriak di dalam hati.
'AKU INGIN BISA BERBICARA SEPERTI SEMUA ORANG!'
Dan setelah kubuka kembali, keadaannya masih sama seperti sebelumnya, tidak ada yang berubah pada tempat ini, rumput masih berada di tempatnya, begitupula dengan pepohonan, tanah, udara dan yang lainnya. Apakah ada yang salah dengan harapanku yang tadi?
"Sepertinya masih belum, ya? Ayo, Biola! Teriakkan satu harapan yang menurutmu sangat ingin kau capai! Yang tersimpan di dalam hatimu yang terdalam, yang bahkan kau tak ingin orang lain tahu mengenai harapanmu!"
Oh, aku paham. Jadi begitu, sebuah harapan yang kuinginkan tapi orang lain tidak boleh mengetahuinya karena ini sangat memalukan. Terdengar seperti sebuah rahasia daripada harapan, tapi apa boleh buat.
Aku akan meneriakinya sekarang juga! Semoga portalnya segera terbuka karena aku sangat ingin masuk ke dalam dunia dongeng.
Kupejamkan lagi mataku rapat-rapat dan langsung saja!
'AKU INGIN PUNYA ENAM KESATRIA YANG MAMPU MELINDUNGIKU SETIAP SAAT!
Dan tiba-tiba saja, tanah yang kupijakki bergetar dan berguncang seperti terjadi gempa bumi, aku dan Sun bahkan sampai terjatuh, saat kubuka mataku, mulutku terbuka lebar saking kagetnya melihat tanah dan rumput yang berubah jadi lunak seperti pasir dan perlahan-lahan, kedua kakiku terhisap oleh tanah tersebut, begitu juga dengan Sun.
Hisapannya terus meninggi sampai ke paha, pinggul, perut, d**a, leher, hingga akhirnya seluruh tubuhku dan Sun lenyap dari permukaan tanah. Sensasi ketika tubuhku terhisap sangat menenangkan, tubuhku seperti dibelai-belai oleh ratusan tangan wanita yang lembut.
Dan sensasi menenangkan itu seketika berubah menjadi mengerikan saat tubuhku ditarik oleh angin yang sangat kencang, cahaya warna-warni menyilaukan mata sampai aku tak bisa membuka mataku saking silaunya. Tubuhku rasanya seperti diterjunkan dari tempat yang sangat tinggi, sensasi tertarik oleh angin ini seperti jatuh dari sebuah tebing, ini benar-benar mengerikan
Dan sensasi mengerikan itu berakhir ketika tubuhku jatuh ke sebuah permukaan air hingga menimbulkan suara riak air yang bercipratan kemana-mana, aku dan Sun tenggelam secara bersamaan di permukaan air berwarna hijau cerah ini. Sun langsung berenang menghampiriku, rambut hitamnya yang panjang tergerai semua, terayun-ayun oleh arus air, tangan kananku ditarik oleh Sun dan alhasil tubuhku dibawa olehnya ke daratan.
Sesampainya di daratan, walau tubuhku basah semua, aku tidak mempedulikannya, karena aku terpukau dengan keindahan tempat ini yang begitu luar biasa. Gunung-gunung menjulang tinggi, diikuti dengan bukit-bukit yang ada di kaki gunung, memanjakkan mataku, warna hijau mendominasi tempat ini karena hampir seluruhnya terselimuti oleh pepohonan yang tinggi-tinggi, suara air yang bergerimicik mengalir dari hulu sungai ke hulu sungai yang lain menambah kesan indahnya tempat ini.
Burung-burung yang beraneka ragam saling bersiul ria di langit, mereka bernyanyi bebas di atas sana, dan terbang ke sana kemari tanpa takut keberadaan pemburu binatang. Suara-suara hewan lain pun saling bersahutan dari tiap wilayah gunung, membuatku tersenyum mendengar keindahan tempat ini.
"Indah, kan?" tanya Sun yang sedari tadi memperhatikanku, tubuh wanita itu juga basah, tapi nampaknya dia juga tak memusingkannya. "Tapi ini masih belum seberapa, Biola. Masih banyak tempat-tempat lain yang akan membuatmu menganga lebih lebar lagi, karena dunia dongeng sangat luas."
Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat, menunjukkan pada Sun kalau aku sangat tak sabar melihat tempat-tempat lainnya.
"Tapi sebelum kita jalan-jalan, aku ingin menyembuhkanmu dulu, Biola." ucap Sun dengan melirikku sambil menyunggingkan senyumannya yang tipis.
Menyembuhkanku? Mungkinkah yang dia maksud itu adalah kemampuan berbicaraku? Ya ampun, aku bahagia sekali mendengarnya. Semoga saja aku bisa berbicara normal agar dapat merespon apa yang diucapkan orang lain padaku. Rasanya tidak sopan jika responku hanya sekedar mimik wajah saja.
Sun berjalan dan aku mengikutinya dari belakang, sampai kami pun tiba di sebuah tempat yang disekelilingnya tertutupi oleh pohon-pohon bambu, namun saat kami masuk ke dalam sana, aku terkejut dengan sebuah bangunan mungil berwarna putih yang berdiri sendirian di tempat ini.
Tapi, untuk bisa sampai ke bangunan mungil itu, kami harus melewati tanah berumput berbentuk bulat yang mengambang di permukaan air, setelah berhasil melalui tanah yang mengambang itu dengan meloncat dari tanah ke tanah, Sun memerintahkanku untuk masuk ke dalam bangunan itu sendirian, aku pun langsung masuk ke dalam bangunan itu.
"Bangunan ini bernama Solomon, sebuah bangunan yang dapat menyembuhkan segala jenis penyakit, bangunan ini bisa menyembuhkan penyakitmu, Biola, tapi dengan bayarannya, kau harus merelakkan satu helai rambutmu."
Kemudian ketika aku sudah masuk dan mengerti dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Sun, bangunan itu tiba-tiba,