Six Knights - 01
Oke, sebelum memulainya, aku ingin bertanya pada kalian, apa kalian percaya pada dunia dongeng?
Mungkin beberapa dari kalian ada yang percaya atau pun tidak, tapi tidak peduli kalian mau mempercayainya atau tidak, dunia itu sebenarnya benar-benar ada. Ya, keberadaan dunia dongeng itu nyata, dan tidak bisa dipungkiri kalau di dalam dunia itu pun terdapat kehidupan seperti dunia yang kita tempati.
Hari ini adalah hari kamis, dan saat ini kita sedang berada di musim pertengahan hujan, di mana awan mendung masih sering muncul di langit, dan suara gemuruh selalu terdengar tiap sore. Tapi aku tidak terlalu mempermasalahkannya, karena aku suka hujan. Setiap kali hujan turun, aku selalu merasakan kesenangan, seperti anak kecil yang ingin hujan-hujanan sambil berlarian, kalian juga pasti paham, kan? Bagaimana rasanya ketika air hujan membasahi rambut hingga mengalir ke sepatu kalian, itu sangat menyenangkan.
Bahkan, berkat hujan pun, aku bisa punya alasan untuk berdiam diri di kamar dan tidak melakukan apa pun. Hihi, aku ini tipe gadis yang sedikit pemalas, jadi kalian jangan heran jika aku jarang sekali bersih-bersih di rumah, tapi kalau mengenai kamar pribadi, aku tidak akan membiarkan sampah-sampah maupun kotoran berserakan, karena di sana adalah tempat keramatku.
Okay, lupakan soal hujan mau pun beres-beres rumah, aku akan memperkenalkan diriku pada kalian. Aku seorang gadis, yang tidak terlalu cantik maupun jelek, walau semua orang sering bilang bahwa aku cantik, sih, haha, tapi aku tak sombong. Lalu, aku memiliki mata hijau yang gemerlap, rambutku panjang berwarna merah pekat, dan tentu saja, berkulit putih.
Kemudian, aku tinggal bersama keluargaku-ayah, ibu, dan kakak laki-lakiku, tapi mereka jarang sekali pulang ke rumah, mengapa? Entahlah, yang jelas, aku tidak mau ikut campur dengan urusan keluargaku. Aku sudah terbiasa melakukan apa pun sendiri, bahkan sarapan, makan siang, dan makan malam, kulakukan sendirian. Di rumahku, tidak ada lagi yang namanya makan bersama keluarga di meja makan, dan apakah aku kesepian? Tidak juga.
Aku punya hewan peliharaan, yaitu kucing betina berbulu hitam, ia kunamakan Sun. Sun selalu menemaniku di rumah, kebiasaannya mengusap pergelangan kakiku membuatku merasa nyaman, rasanya seperti di usap-usap oleh mama, apalagi saat bulu-bulu halusnya bersentuhan dengan mata kakiku, itu terasa sangat menenangkan.
Saat ini aku duduk di bangku SMA kelas 12, tinggal beberapa bulan lagi, aku akan menghadapi ujian nasional, ah, sungguh, aku bingung untuk menentukan kemana aku akan berlabuh setelah lulus dari SMA. Bekerja atau kuliah? Membingungkan. Isi hatiku sih mengatakan kalau dua pilihan itu tidak menyenangkan untuk dipilih, jika ada pilihan tambahan, mungkin aku ingin pergi ke dunia dongeng. Haha, pasti kalian tertawa membaca bagian ini, bagaimana bisa seorang gadis yang diberikan pilihan untuk bekerja atau kuliah, tapi dia malah memilih ingin pergi ke dunia dongeng? Tentu saja, siapa pun pasti akan tertawa terbahak-bahak mendengar ini.
Tapi, tidak peduli semua orang tertawa, aku serius ingin pergi ke dunia dongeng, meninggalkan kehidupanku yang tak berguna ini. Jika boleh jujur, aku sangat muak hidup di dunia ini, aku mengatakan ini bukannya tidak bersyukur atas segalanya, tapi, aku tidak kuat jika terus-terusan hidup tanpa pernah bicara dengan siapa pun.
Ah, aku belum memberitahu kalian, soal ini, ya?
Aku ini bisu, tidak bisa berbicara dengan normal, singkatnya, aku ini seorang gadis yang cacat. Aku penuh dengan kekurangan maupun kelebihan, ya, wajar saja, namanya juga manusia. Tapi, kekurangan yang kupunya membuatku sedikit merasa depresi, bayangkan saja, ketika kalian ingin menyapa atau mengobrol dengan orang lain, itu rasanya sangat sulit.
Itu juga salah satu alasanku mengapa aku tidak suka menentukan pilihan antara bekerja atau kuliah, karena apa pun pilihanku, aku hanya akan menjadi gadis cacat yang tidak berguna. Ngomong-ngomong, aku tidak bersekolah di tempat khusus anak-anak 'luar biasa', orangtuaku memasukkanku ke sekolah anak-anak normal, yang pastinya, di sana aku menjadi bahan olok-olokkan anak lain karena ketidaksempurnaanku ini.
Aku sudah kenyang diejek, dihina, dihujat, dirisak, ditertawakan, dijauhi, dikucilkan, bahkan oleh guru-guru juga. Tapi, semua itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan pelecehan. Aku sudah beberapa kali hampir dilecehkan oleh siswa laki-laki, mau itu kakak kelas, adik kelas, atau pun teman seangkatan, bahkan guru pria pun pernah melecehkanku.
Mungkin mereka pikir melecehkan gadis bisu sepertiku akan menjadi kesempatan yang bagus karena aku tidak mungkin bisa mengadu pada orang lain, tapi beruntungnya, ada saja orang yang memergoki pelecehan itu dan menolongku.
Pelecehan seksual adalah sesuatu yang membuatku sangat depresi berat, itu lebih parah dari sekedar diejek atau ditertawakan, karena dilecehkan sangat mengerikan.
Terkadang, aku selalu bertanya pada Tuhan, mengapa engkau menciptakan diriku dengan mulut yang tak bisa bicara, apa tujuannya, apa gunanya? Aku sedih jika memikirkan itu semua.
*
*
*
Seperti biasanya, tiap hari, sebagai gadis pemalas, aku menonton televisi dengan mengemil kacang-kacangan, duduk di sofa empuk, menyaksikan film kartun bernuansa dongeng, tak peduli ruangannya berantakan seperti telah terjadi gempa, pokoknya yang penting, aku bisa bersantai ria.
Seperti yang kubilang, kan? Walau aku memiliki banyak kekurangan yang membuat kalian sedih atau merasa kasihan, tetap saja, aku juga punya kebiasaan buruk yang membuat kalian merasa kesal dan jengkel padaku, hihi.
"Meong~ Meong~"
Suara Sun mengeong-ngeong begitu menandakan kalau dia sedang lapar, segera saja kuberanjak dari sofa empukku, meninggalkan film kesukaanku untuk pergi ke dapur, menyiapkan makanan kucing. Kemudian Sun mengikutiku pergi ke dapur karena dia tahu bahwa saat ini makanannya berada di dapur dan akan disiapkan olehku.
Tidak seperti kucing-kucing biasanya, Sun tidak menyukai sesuatu yang beraroma anyir, dia malah menyukai makanan beraroma harum dan manis, seperti donat madu atau kue-kuean. Aneh bukan? Aku juga awalnya merasa demikian, ketika kuberikan ikan segar, Sun tidak mau memakannya, tapi ketika kusodorkan roti selai keju, dia langsung mengunyahnya dengan lahap.
Entahlah, aku juga tidak mengerti mengapa ada kucing seperti itu, mungkin dia termasuk kucing jenis baru yang memiliki selera makan yang tak biasa, menurutku itu masih bagus daripada memakan rumput-rumputan, karena jika begitu, kesannya seperti kambing saja, haha.
Setelah kuberikan semangkuk donat cokelat dengan segelas s**u kental manis, Sun segera memakannya dengan santai. Aku tersenyum melihatnya, selama ini, aku tidak menyangka ada kucing unik seperti Sun di rumah ini.
Jadi, bisa kusimpulkan, kalau sesuatu yang aneh bisa saja terjadi di dunia ini, tanpa terkecuali, karena menurutku, sistem alam semesta ini abstrak, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Oleh karena itu, aku jadi berpikir, apakah keberadaan dunia dongeng juga termasuk ketidakmustahilan kah? Jika memang iya, mengapa selama ini aku serta orang-orang di dunia ini tidak pernah mengetahui letak dari dunia tersebut? Apa disembunyikan oleh pihak-pihak tertentu atau keberadaan dunia dongeng memang tidak pernah ada di alam ini?
Semakin kumemikirkannya, semakin sakit kepalaku, aku tidak begitu suka memikirkan hal serumit itu, tapi aku memang penasaran dengan keberadaan dunia dongeng, karena itu merupakan dunia yang kuimpikan sejak kecil.
Tok! Tok! Tok!
Seketika, terdengar suara ketukan di pintu dengan begitu keras, aku yang melamun melihat Sun makan segera sadar kembali dan beranjak pergi ke pintu depan, suara ketukannya semakin keras, langkah kakiku juga semakin kukencangkan agar bisa sampai di pintu depan.
Siapa yang mengetuk pintu dengan begitu kencang, sih? Aku rasa, tukang pos maupun koran sudah datang tadi pagi, apalagi di luar sedang gerimis. Ingin sekali kubilang 'Iya, tunggu sebentar' tapi aku tak mampu melakukannya, menyedihkan sekali diriku ini, yang telah membuat seorang tamu menunggu di luar tanpa ada jawaban dari penghuninya di dalam.
Kubuka pintu depan secara perlahan dengan merapikan rambut merahku yang kusut, takut saja orang yang datang adalah teman sekolahku yang akan memberikan informasi kalau besok libur atau semacamnya padaku, tapi sayang sekali,
Dugaanku salah.
Orang yang datang adalah guru sekolahku yang dulu pernah nyaris melecehkanku di perpustakaan, ada apa ini? Untuk apa dia datang ke rumahku? Dan dari mana dia tahu rumahku? Kurasa aku tak pernah memberitahu detail lokasi rumahku, bahkan pada teman sebangkuku, tapi mengapa dia bisa--
"Selamat siang, Biola Margareth, maafkan aku karena telah mengganggumu, tapi ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu," ucap guru pria itu yang memiliki kumis tebal dengan nada yang mencurigakan, bola matanya bergerak, memperhatikanku dari ujung kaki sampai ujung rambut, bahkan saat dia berbicara padaku, aku bisa melihat ada seringaian kecil di mulutnya.
Entah mengapa aku merasa kalau sebentar lagi akan terjadi sesuatu yang tidak kuinginkan, apa yang harus kulakukan? Di rumahku tidak ada siapa-siapa selain diriku dan Sun, mempersilakan tamu seperti guruku ini untuk masuk ke dalam rumah, aku tidak mau.
"Ada apa, Biola? Daritadi kau diam saja melihat wajahku? Apakah wajah gurumu ini terlalu tampan hingga membuatmu terpesona? Oh, tenang saja, kau bisa memegangnya jika mau, aku juga tak keberatan jika kau mau menjilati wajahku, Biola."
Mendengar dia berkata seperti itu membuatku semakin ketakutan, kedua lenganku bergetar, kakiku jadi lemas, dan keringatku bercucuran.
Hentikan! Aku tidak mau bertemu dengan orang ini! Siapa pun, kumohon, usir pria ini! Dia guru b***t! Aku tidak mau melihatnya!
Tapi percuma saja, mau bagaimana pun, aku ini bisu, tidak bisa berbicara, apalagi menjerit minta tolong pada tetangga, itu mustahil untuk kulakukan.
BRAK!
Saking takutnya, aku langsung menutup kembali pintuku dengan sangat kencang, menimbulkan suara yang keras. Aku segera menggeser gorden di jendela untuk tertutup agar dia tidak bisa mengintip dari luar. Aku juga langsung pergi ke pintu belakang, dan segera menguncinya agar guru b***t itu tak bisa masuk.
Tapi, dia tiba-tiba ada di belakangku, berdiri dengan seringaian yang terpampang di wajahnya.
"Ada apa, Biola? Sepertinya kau begitu tegang dan ketakutan? Apakah ada orang yang mengganggumu? Ayo, bilang saja padaku, sebagai gurumu, aku akan melindungimu."
Siapa pun! Kumohon! Tolong!