“Ris, kamu beneran? Kamu ndak sedang bohongin ibuk, kan?” Haris tertawa. “Tidak, Bu. Aku beneran ingin melamar seorang gadis untuk dijadikan istri. Kenapa? Ibu nggak suka?” “B-bukan ibu ndak suka. Ibu hanya terkejut saja. Akhirnya penantian Ibu selama ini terwujud juga.” “Sebegitunya Ibu ingin aku menikah?” “Ya tentu dong, Ris. Memangnya apalagi yang mau kamu tunggu? Usiamu sudah cukup matang. Pekerjaan juga sudah ada.” “Ya, tapi kan aku masih ada tanggungan Risma dan Risman yang masih kuliah,” ucap Haris mengingat kedua adik kembarnya yang memang masih kuliah semester lima. “Masalah adik-adikmu kamu jangan khawatir. Insyaallah hasil dari kebun dan sawah sudah lebih dari cukup untuk membiayai adik-adikmu sampai lulus nanti.” Ya, keluarga Haris memang tinggal di kampung. Namun, di an