6. Sekali lagi tak terduga

1432 Kata
"Terima kasih mang Jono," ucap Moti ke arah sang sopir. "Sip neng Moti," balas Jono. "Dadah mang Jono," ucap Moti. "Dadah neng Moti juga," balas Jono. Jono menjalankan kembali mobil yang dikemudikannya, tugas ia untuk mengantarkan anak-anak majikannya telah usai. Ada seorang supir lagi, namun supir itu bekerja khusus untuk majikannya yang merupakan seorang polisi tinggi, namanya Suryono. Suryono akan selalu menemani Mochtar jika bepergian, sedangkan ia akan mengantar dan jemput anak-anak Mochtar dan isterinya. Mochtar merupakan seorang polisi yang berprestasi, terbukti dari umurnya yang memasuki 44 tahun itu sudah menyandang pangkat Brigadir Jenderal Polisi, ayahnya banyak mengungkap kasus-kasus teroris yang ada, Mochtar juga sudah menyandang gelar doktor dibidang hukum, ia menikah dengan Nulani yang ayah mertuanya juga seorang Polisi namun sudah lama pensiun. Ibu mertua Mochtar merupakan anak pengusaha kaya dari Lampung, Keluarga Mochtar sendiri semuanya berpangkal pada Polisi dan tentara. Meraih jabatan dan pangkat tinggi di usianya yang terbilang mudah, membuat ia selalu waspada akan disekelilingnya, akan ada orang yang tidak senang dengan karirnya di kepolisian, dan itu sering membuat Mochtar cemas dan khawatir akan niat jahat yang akan di tujukan padanya dan keluarga. Sudah dua tahun Mochtar memutuskan untuk tidak tinggal di rumah dinasnya, ia tinggal bersama keluarganya di rumah pribadinya. Rumah itupun berdekatan dengan asrama polisi dan markas polisi dimana ia bekerja sebagai kepala detasemen khusus anti-teror. Ada satpam dan pekerja juga yang bekerja di rumahnya, tidak lupa juga ada anak buahnya yang memang ditugaskan untuk mengamankan kediamannya agar tak terjadi berbagai macam p*********n dan permasalahan. Kembali pada Moti yang sedang berjalan memasuki gerbang samping sekolahnya, gerbang SMK Socien terpisah dengan gerbang SMA Socien, jadi murid SMK Socien dan SMA Socien tidak akan berpapasan atau bertemu ketika masuk ke sekolah. Hampir dua minggu yang lalu Moti melewati gerbang samping SMK sambil melewati gerbang SMA Socien, jadi kejadian pelemparan kaleng s**u yang terjadi memang sampai saat ini belum ditemukan orangnya, sebab pelakunya bukan berasal dari SMA International Socien School tapi berasal dari SMK International Socien School. "Momok!" seru seorang gadis cantik. Moti menoleh ke arah sang suara. "Eh, Lani, ayo masuk!" seru Moti. Lani turun dari mobilnya dan berjalan cepat ke arah sang teman kelas. "Mok, kamu udah dapat buku referensinya?" Lani bertanya. Moti mengerjab-ngerjabkan matanya berulang-ulang. "Ya ampun Lani! Momok lupa ambil bukunya!" Moti berteriak panik. Lani berjinggat kaget. "Hei, jangan berteriak begitu, nanti dilihat orang," ucap Lani. Momok memegang bahu Lani dan menggoyang-goyangkannya. "Aduh Lani! Momok lupa, Momok udah dapat bukunya tapi...," "Tapi apa Momok?" Lani bertanya. "Momok nggak sengaja buang bukunya ke jalan waktu itu," ucap Moti lesu. "Apa?!" Lani cengo. "Aduh Momok, kenapa bisa begitu? Kan edisinya terbatas, iihh Momok gimana sih, kenapa mesti dibuang?" tuntut Lani ke arah Momok. "Ehm itu...hm...emmm...," Moti berbicara tak jelas. "Itu apa Momok?" Lani bertanya. "Aduh...pokoknya Momok nggak bisa bilang sama Lani," ucap Moti panik. Mereka tidak sadar bahwa percakapan dan teriak-teriak mereka di saksikan oleh seluruh orang-orang yang akan memasuki gerbang SMK dan para pejalan kaki, tak lupa juga seorang pemuda yang tak sengaja mendengar suara teriakan panik dari gadis berambut merah bata. Aran mengerutkan keningnya ketika menyaksikan kedua siswi SMK Socien sedang berteriak panik. "Golongan kiri, hum," gumam Aran. Ia melajukan mobilnya menuju ke tempat tujuan, SMA International Socien School. ♡♡♡ Brom brom ciittt Bunyi decitan ban mobil sport silver itu menarik perhatian para penghuni SMA Socien, tak terkecuali para guru dan pegawai, mereka seakan penasaran siapa sebenarnya pengemudi mobil yang baru saja mereka lihat, sebab sebelumnya tak ada mobil dengan warna seperti itu di sekolah mereka. Bum Seorang pemuda blasteran keluar dari mobil mewah itu. "Haahhh!" murid-murid SMA Socien menahan napas mereka untuk sesaat. "Itu...itu Aran!" teriak Sandra, pemimpin kelompok cheerleader. "Oh my God, Aran!" seru para gadis penghuni SMA itu. "Aaaaa...," teriak histeris mereka. Aran berjalan santai dan cuek melewati para gadis-gadis itu memasuki pintu gedung utama. "Aaaaaaaaaa...," "My God!" "Aran!" "Aku gila, aku gila!" "Aaaa...," "Oouuhhh si pisau tajam!" "Aaaaa...," Teriakan histeris dari gadis-gadis SMA International Social and Science School. ♡♡♡ "Itu ribut-ribut kenap--, aaaa...dia!" Ibu Tin, guru bahasa jerman berteriak histeris melihat sang keponakan dari sepupu dua kalinya itu memasuki pintu gedung sekolah. "Aran!" Ibu Tin berteriak histeris bercampur girang. Para guru dan pegawai berlomba-lomba melihat sang cucu dari pemilik perusahaan bersenjata berskala internasional itu yang sedang berjalan santai ke arah mereka. "Ya ampun, ya ampun, hpku mana, hpku mana," ucap ibu Kusnia kalang kabut mencari ponselnya agar memotret pemandangan indah yang sedang berlangsung live. "Ihhh tidak ada--, hei! Ibu pinjam ponselmu!" Ibu Kusnia berseru ke arah seorang siswa perempuan anggota cheerleader yang juga sedang berteriak kesenangan bercampur histeris. "Awh!" kesal gadis itu. Kusnia merampas ponsel mahal itu tanpa menoleh dua kali ke arah sang pemilik. "Masa bodoh denganmu, nanti akan ku urus, Aran! Minta fotomu!" teriak Kusnia membahana di lobi sekolah. ♡♡♡ "Itu di sekolah sebelah ada apa yah ribut-ribut begitu?" Lani bertanya. Larasati Maulida, anak kelas 1 jurusan pariwisata menoleh. "Ada seorang most wanted datang ke SMA Socien, kereeen banget," jawab gadis itu kegirangan. "Masa? Siapa?" Lani bertanya lagi. "Sang mantan wakil ketua geng Storm Rider, Aran Möch," jawab Laras. "Uhuk uhuk uhuk!" Moti tersedak nasi goreng yang sedang ia makan. Byuuussshhh Nasi goreng yang ia makan lompat dan keluar dari hidung dan mulutnya menimpa teman-temannya. Lani, Laras dan Rony menoleh ke arah sang pelaku. "Momok!" teriak mereka kesal. "Uhuk uhuk uhuk," Moti masih terbatuk-batuk. "Uhuk uhuk hik hik," Lani melupakan kekesalannya pada sang teman dan cepat-cepat menyodorkan segelas air putih ke arah Moti. "Ini! Pelan-pelan makannya!" Lani berseru. Moti menerima gelas air itu. "Uhuk uhuk hik hik hik," "Diminum Momok!" Laras berteriak kesal ke arah sang teman. "Astaga! Aran Moch, dia kan...dia kan...dompetnya...dompetnya hilang," batin Moti. Ia meminum air yang diberikan Lani. Twing! "Pemirsa, seorang putri dari polisi berpangkat perwira tinggi bernama Brigadir Jenderal Mohammad Mochtar Baqi, melakukan sebuah kejahatan dengan upaya menyembunyikan dompet beserta kartu identitas dari seorang pemuda yang bernama Aran Möch dengan tujuan merangkai kebohongan agar dirinya mendapat keuntungan, sekarang telah diputuskan hakim bahwa Moti Akila Baqi dinyatakan bersalah, bersalah, bersalah.... Atas nama Tuhan Yang Maha Esa, maka hakim memutuskan saudari Moti Akila Baqi terbukti bersalah, bersalah, bersalah... Momok! Momok! Momok! Bunda! Ayah! Kak Agil! Gilan! Gea! Aaaaa...tidak!" Twing "Aaakhh! uhuk uhuk uhuk hik hik hik byyuuuurrr," Brak "Momok!" ♡♡♡ "Apa!" Agil berteriak kaget. Seluruh anggota Shadow Rain menoleh ke arah sang ketua, mereka sedang makan di kantin sekolah. Tak hanya itu, ada anggota Strom Rider yang merasa terganggu dengan suara teriakan sang ketua lawan. Randra, Aran dan beserta penghuni kantin tiba-tiba melirik ke arah Agil, suasana kantin tiba-tiba sunyi. "Kenapa bisa begitu? Sekarang dia dimana?!" Agil berteriak ke arah ponselnya. "Telepon ayah dan bunda, aku akan segera ke sana!" Agil memutuskan panggilan teleponnya. Ia berbalik ke arah teman-temannya. "Jika aku tidak kembali ke sini lagi, tolong bawa pulang tasku, ok?!" pinta Agil. Anggota Shadow Rain menatapnya dengan tatapan minta penjelasan. "Momok masuk rumah sakit, dia tak bisa bernapas, astaga! Tersedak macam apa itu sampai berhenti bernapas, ck, makan saja bisa begitu," lanjut Agil sambil omel-omel tak jelas. Lunturlah sudah imej pembawaannya yang tenang dan kalem, kini digantikan dengan omelam ibu-ibu. "Momok ceroboh, makan saja tersedak, bagaimana bisa seperti itu, ck," gerutu Agil sambil berjalan ke luar kantin. "Dasar Momok!" Agil merutuk lagi. Randra dan yang lain dari tadi melirik Agil, sang lawannya, menjatuhkan rahang bawahnya tak sadar. Tak terkecuali anggota Storm Rider dan yang lainnya, mereka membuka mulut mereka tak sadar, bahkan Aran sendiri sempat cengo dengan tingkah dan gelagat dari sang lawan. Ekspresi anggota Shadow Rain sendiri jangan ditanya, mereka melongo. "Apa?!" terdengar suara teriakan Cika, sepupu dari Agil. "Momok kenapa lagi itu? Agil! Tunggu aku, aku ikut!" Cika berteriak heboh ke arah sang sepupu. Cika berbalik ke arah teman-temannya. "Minta ijin pada guru kalau aku dan Agil ke rumah sakit untuk menemui Momok, si kera merah itu tak bernapas saat sedang makan di kantin golongan kiri tadi, ck, memang ceroboh, makan pakai cara apa sih dia sampai begitu...eh ingat yah, minta ijin, eh ijinkan, ini mendadak, hanya aku dan Agil keluarganya, tante dan om sedang tak di sini, huum dasar kera merah, ck!" Cika berbicara panjang lebar sambil berdecak menghentak-hentakan kakinya berlari ke luar kantin. Lagi-lagi penghuni kantin dibuat cengo dan melongo akan sikap dan gelagat sang anggota Shadow Rain. "Itu...itu tadi Cika menyebutkan nama Momok kan?" Alan bertanya ke arah teman-temannya. "Iya, Momok itu kan adiknya Agil," Mali bersuara. Yang lainnya mengangguk. "Adik yang mana? Perasaan adiknya Agil tidak ada yang nama Momok, kalau yang kau maksudkan Gilan dan Gea, itu baru aku tahu," sahut Naran. "Itu loh, si ceroboh yang berambut merah bata itu, ah yang waktu kita datang ke rumah Agil kau tak sengaja dilemparinya dengan kaleng s**u cair karena mulutmu berucap 'rambutnya merah seperti kera' kau ingat kan?" Ingat Mali pada Naran. "Apa!? Si merah bata itu? Astaga! Bisa juga si kera tersedak lalu pingsan, haahahahaha!" Naran tertawa terbahak-bahak di kantin. Semua anggota Shadow Rain menatap Naran tajam. Plak "Aduh!" Ussy mengambil sendok lalu melemparinya ke arah dahi Naran. "Terus saja tertawa, setelah ini dia akan menggilingmu dengan kaleng susunya," Ussy mencibir. "Hahahaha...ehm...ehem...," Naran berhenti tertawa dan berdehem. Randra dan Aran menaikan sebelah alis mereka. "Merah bata?" gumam mereka bersamaan. Randra dan Aran saling berpandang. "Ehm," mereka berdua berhedem bersaan lagi. Para anggota Storm Rider dan anggota Shadow Rain menoleh serentak ke arah mereka berdua. Aran dan Randra menggaruk kepala mereka serentak. Twet twet twet Mereka dipandangi dengan tatapan keingintahuan. ♡♡♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN