12. Ketahuan dan kebenaran

1340 Kata
"Den Randra maaf, kami tidak bisa menemukan gadis yang aden maksud itu, kami sudah mencari ulang tapi tak ada," Pandi, sang security itu memberitahukan perihal mengenai pencarian Moti. Randra menaikan sebelah alisnya lalu tersenyum sinis ke arah dimana Pandi berdiri. "Tentu saja kau tidak akan menemukannya, bahkan biar kalian cari sampai matipun hasilnya tetap tak ada," sahut Randra sinis. "Hentikan pencariannya, aku tidak butuh lagi," pinta Randra. "Baik den," sahut Pandi. "Permisi," pamit Pandi. Randra mengangguk singkat. Randra menoleh ke arah Jordi, Jordi adalah kepala security dari SMA Socien. "Belum ada juga?" Randra bertanya singkat. Jordi mengangguk, ia ingin berbicara namun terhenti. "Cari sampai dapat, kau boleh pergi," pinta Randra datar. Dengan berat hati, Jordi berjalan keluar dari markas kecil yang sering digunakan untuk anggota geng Storm Rider itu. "Apa yang lainnya sudah datang?" tanya Randra. "Mike, Bari, dan Aliya belum datang," jawab Clira. Randra mengangguk singkat, ia menoleh ke arah jam tangannya. "Kita tunggu lima menit lagi, jika belum datang kita lanjutkan diskusi ini," pinta Randra. "Ya, ketua," sahut para anggota Storm Rider. "Mike yang akan naik tanding kan?" Aran bertanya. "Ya, kau pasti sudah tahu insiden kemarin, layar monitor juga mengeluarkan informasinya," jawab Randra. "Karena pacarnya di sentuh Agil?" Aran bertanya lagi. Randra mengangkat bahu. "Entahlah dengan mereka," sahut Randra. "Ketua, Mike, Bari dan Aliya sudah datang," sahut Bara. "Atur barisan masing-masing sesuai dengan tingkatan peringkat kalian," pinta Randra. Para anggota Storm Rider mengatur barisan sesuai perintah pimpinan. "Tiga hari lagi Mike dan Agil akan naik tanding, ku harap pada kalian, jadikan peristiwa ini pada pengalaman kalian, tidak menutup kemungkinan bahwa anggota Shadow Rain yang lainnya akan membalas, jadi waspada," jelas Randra. Semua anggota Storm Rider mengangguk. "Tiga hari lagi akan diadakannya naik tanding itu, jadi kalian harus latihan seperti biasa, seperti biasa kita akan pulang jam empat atau jam lima sore setiap hari selasa dan kamis," intruksi Randra. "Hari sabtu semua anggota Storm Rider hadir tanpa terkecuali," lanjut dia lagi. "Ya, Ketua," sahut mereka bersamaan. "Kalian boleh bubar," pinta Randra. Lalu semua anggota Storm Rider bubar, tinggalah Randra, Mustaf dan Aran. "Aku pergi," ucap Randra. "Kemana? Kau tidak ke kantin?" Mustaf bertanya. Randra berjalan ke luar markas mereka sambil menggeleng. "Huufff...Kau akan ke kantin?" Mustaf menoleh ke arah Aran. "Kau duluan, nanti aku menyusul," jawab Aran datar. Mustaf manggut-manggut. ♡♡♡ Moti sedang menikmati s**u kaleng yang biasa ia bawa ke sekolah setiap hari, sejak insiden pelemparan kaleng s**u itu, Moti tak leluasa untuk menikmati s**u kalengnya, ia harus mengendap-ngendap dan bersembunyi jika sedang menimun s**u kalengnya itu. Seperti sekarang ini, Moti duduk di pinggir tong sampah di samping rumah bunga yang berdampingan dengan ruang praktek PTH. "Kau suka s**u kaleng?" "Uhuk uhuk uhuk!" Moti tersedak tiba-tiba mendengar suara seorang pemuda di belakangnya. Randra menaikan sebelah alisnya. Moti menoleh dan mengerjab-ngerjab matanya berulang-ulang. "Suka?" Randra bertanya lagi. Moti mengangguk-angguk, s**u kaleng itu belum habis, masih ada setengahnya lagi. Moti kembali mengahabiskan s**u kaleng itu supaya ia lebih leluasa berbicara dengan Randra nantinya. Randra memperhatikan baik-baik Moti yang sedang menuangkan s**u kaleng itu ke dalam mulutnya. Brrtt brrtt brrtt Pandangan Randr turun ke leher Moti yang sedang menelan s**u kaleng itu, lalu naik ke arah kaleng s**u itu, Randra mengenal kaleng s**u berwarna putih dan beruang yang memegang gelas yang ada di gambar kaleng s**u itu, pandangannya menubruk mata Moti. "Kau pelaku yang melempariku dengan kaleng s**u itu," "Uhuk uhuk uhuk!" Moti tersedak. Matanya melebar ke arah Randra. "Uhuk! Jad-di...uhuk uhuk hik hil hik! Byuurr aakh...hik hik!" "Hei! Ada apa denganmu?" Randra panik, ia mengusap-ngusap punggung Moti yang sedang terbatu-batuk sedangkan Moti memukul-mukul pelan dadanya. "Hik hik uhuk huk!" Brak "Moti!" panggil Randra ketika Moti rubuh ke depan dan hampir saja jatuh jika Randra tak memegangnya. "Moti bangun! Astaga dia pingsan!" seru Randra. Ia menggendong tubuh Moti yang tak sadarkan diri lalu membawanya ke ruang klinik sekolah. Orang-orang disekitar mereka terkaget-kaget, bahkan ada yang berteriak histeris ketika melihat Randra menggendong tubuh seorang gadis berambut merah bata yang sedang tak sadarkan diri. "Ya ampun! Itu ketua Storm Rider dari golongan kanan!" teriak salah satu siswi jurusan pariwisata. "OMG! That's Randra!" "Sedang apa dia?" "Oh God! Gentelment banget sih dia!" "Hei! Kalian lihat itu, itu!" ♡♡♡ "Ada apa mereka berteriak begitu, seperti orang kerasukan saja?" Clira bertanya. "Aaaa Randra menggendong anak SMK! kalian lihat sana!"  teriak salah seorang gadis cheerleader sambil berlari. Clira, Mochal, Bintara dan Bari yang ada di kantin cepat-cepat pergi meleset ke luar. Randra berlari cepat ke klinik sekolah. Brak Pum Randra menendang pintu klinik. "Dia pingsan!" seru Randra. Seorang dokter yang memang dipekerjakan disitu langsung berdiri bersama dua perawat yang lainnya, mereka kaget ketika cucu pemilik sekolah itu menendang pintu klinik dan membawa seorang gadis yang sedang pingsan. "Taruh dia di atas bed, Siska! Ambil steteskopku!" pinta dokter yang bername tag Maria Athila. "Baik, dokter." sahut perawat bernama Siska tadi. Randra meletakan tubuh Moti di atas bed. "Tidak ada napas! Cepat lakukan sesuatu!" teriakan Randra membahana di dalam ruang klinik itu. ♡♡♡ "Tidak ada napas! Cepat lakukan sesuatu!" "Itu suara Randra," sahut Clira. "Ada apa ini?" Bara bertanya bingung. "Aku tidak tahu," jawab Bintara. "Randra berteriak keras di dalam sana, sebenarnya siapa yang sedang tidak bernapas?" Mira bertanya dari belakang. Mereka sedang berdiri di sudut luar klinik itu, ada banyak anak-anak SMA dan SMK Socien, mereka berdesak-desakan di sana. "Kenapa di depan dan di sudut klinik banyak sekali anak-anak?" tanya Ussy. "Randra ada di dalam sana," jawab Mali. "Sedang apa dia disana?" Ussy bertanya lagi. "Aku tidak tahu, yang pastinya dia tidak sakit, ayo kita lihat, Agil kau tidak mau ikut?" ajak Mali. Agil menggeleng. "Tidak penting," sahut Agil singkat. Ia sedang duduk bersama Febrian dan Dwi. Aran menoleh ke arah suara Agil. Agil dan Aran saling memadang, karena kebetulan Aran juga melewati tempat duduk Agil. Ada Mike dari belakang Aran, Agil memiringkan kepalanya ke kiri agar melihat objek dibelakang tubuh Aran, Mike Clinton, sang lawannya yang akan naik tanding tiga hari lagi. Dari arah berlawanan dengan Mike, Lani lari terbirit-b***t sampil menampilkan raut panik. "Lani!" seru Mike. Namun Lani yang memang sedang dikuasai arus panik, tidak sempat melirik ke arah dimana pacarnya berada, Lani mengarah ke arah dimana Agil sedang duduk. Mike menjatuhkan rahang bawahnya tak sadar dengan perlakuan Lani. "Aduh kak Agil, gawat!" panik Lani. Febrian dan Agil menoleh ke arah Lani. Lani buru-buru menggapai tangan Agil lalu menarik pemuda itu. "Lani ada apa?" Agip bertanya. "Kenapa kau menarik-narikku begini?" tanya Agil lagi. "Kak Agil, Momok pingsan, dia katanya nggak bisa napas lagi!" jawab Lani sambil menarik-narik Agil mengikutinya ke ruang klinik. Febrian dan Agil membulatkan matanya. "Apa!" kaget mereka berdua. Sedangkan Dwi diam sambil mencerna ucapan Lani. "Kenapa bisa pingsan lagi? Memangnya Momok kenapa sampai begitu?" Agil bertanya sambil mengikuti Lani. Febrian juga ikut di belakang mereka. Mike tercengang luar biasa dengan apa yang ia lihat. "Lani, kau...apa yang baru saja kau lakukan itu?" ucap Mike dengan ekspresi agak terluka. Aran menoleh ke belakang. "Ikuti dia jika kau mau tahu kebenaranya," Mike berjalan cepat mengikuti arah Lani. Aran menaikan bahunya tak acuh lalu dia berjalan menyusul. "Sepertinya ada pertunjukan menarik," gumam Aran. ♡♡♡ "Ayo kak masuk, Momok didalam," pinta Lani panik. Murid-murid SMA dan SMK Socien memberikan jalan pada sang ketua geng Shadow Rain, Lani dan Febrian. "Kenapa sampai dia tidak bisa bernapas?" tanya dokter Maria. Pintu ruang Klinik terbuka karena Agil sedang membukanya. "Aku, aku tadi tak sengaja mengagetkannya saat sedang minum," jawab Randra cepat. Agil mematung di depan pintu. "Kau!" seru Agil. Matanya melihat ke arah sang adik yang tengah diberikan napas buatan oleh sang dokter, seketika mata Agil melotot maksimal. "Apa yang kau lakukan pada adikku!" Bugh "Akh!" Bagh "s**t! Hentikan!" Bugh Bagh Bugh "Aaaaaa!" Lani berteriak histeris di sudut pintu klinik. "Lani awas! Menjauh dari situ!" seru Febrian sambil menarik Lani agar tak tersentuh perkelahian antara Agil dan Randra. "Aaa...kak Febri...," Lani Panik. Mike datang, ia mendengar suara teriakan Lani lalu melihat tangan Febrian sedang merengkuh tubuh Lani, seketika amarahnya membuncah. "Sialan!" umpatnya. Brak Bugh "Akh! Kau...apa yang kau lakukan?" Febrian berteriak ke arah Mike. Bugh Bagh Bugh "Aaaaaaaaa...." ♡♡♡ "Jadi, bisa jelaskan?" Delani menatap tajam ke arah empat murid laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya itu. Febrian dan Mike saling membuang pandangan, sementara Randra dan Agil saling menatap tajam. "Kau mencelakai adikku," sahut Agil tajam. Kening Randra berkerut, lalu matanya melebar. "Maksudmu Moti?" tanya Randra. Agil tersenyum sinis. "Dua hari yang lalu ia baru saja masuk rumah sakit dengan alasan yang sama, tersedak lalu pingsan, ia tak bisa napas," jelas Agil. "Kau...Moti...kau dan Moti saudara?" cengo Randra. Agil mengangguk sinis. Randra tak mempercayai ini, dia tidak mempercayai kenyataan bahwa Moti adalah saudara Agil. "Kau pasti bohong, Moti tak pernah bilang kalau ia punya kakak di sini," ucap Randra mengelak. Agil tertawa sinis. "Benarkah?" tanya Agil. Randra mengangguk. "Lalu siapa sebenarnya Moti Akila Baqi? Apakah dia saudara dari Mochtar Agil Baqi atau bukan, hm?" tanya Agil sinis. Randra menjatuhkan rahang bawahnya. "Moti Akila Baqi," sahut Randra pelan. Lutut Randra lemas, tangannya menopang tubuhnya pada meja kerja sang kepala sekolah. ♡♡♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN