13. Ketahuan dan kenyataan

1400 Kata
Ruangan itu hening, sunyi seperti tidak ada penghuni. Seluruh anggota Storm Rider membisu, mereka tak berbicara apapun, masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Aran terlihat memijit-mijit keningnya berulang-ulang. Awalnya ia berpikir bahwa akan ada pertunjukan menarik antara Mike, Agil, dan Lani yang merupakan pacar Mike. Nyatanya, ia juga terlibat secara tidak langsung, dalam artian, ia juga tak percaya akan kenyataan yang baru saja dipublikasikan. Moti, gadis berambut merah bata yang ia kenal kemarin adalah adik dari musuh geng mereka. Awalnya mungkin ia akan menertawakan Mike ataupun Agil, namun nyatanya ia menertawakan dirinya sendiri. Brak Pum Randra menendang pintu markas mereka. Semua mata menoleh ke arahnya, tak terkecuali Aran. Randra masuk ke ruangan itu dengan wajah merah menahan amarah, ia mengambil kunci mobilnya yang ia taruh di laci mejanya, tanpa kata ia berjalan keluar dari ruangan itu. "Huusss...," terdengar helaan napas gusar dari para anggota Storm Rider. "Tiga hari lagi, Randra dan Febrian juga akan ikut naik tanding," Clira membuka suara. "Sebenarnya aku juga tak tahu kalau Agil punya adik di SMK Socien," lanjut Clira. "Gadis itu yang bernama Momok, kan?" Busran bertanya. Clira mengangguk. "Yah, dia yang dua hari lalu katanya masuk rumah sakit, juga sepupu Cika yang pastinya," "Randra kenal dengan gadis itu darimana? Dan kalau kenal sejak kapan?" Clara bertanya agak kesal. Clira dan Mira menggeleng tak tahu. "Yang harus tanggung jawab adalah gadis itu," Clara melanjutkan kalimatnya kesal. Busran menoleh ke arah Clara. "Memangnya dia kenapa sampai harus tanggung jawab?" "Karena dia yang menyebabkan semua kekacauan ini," jawab Clara kesal. Busran dan Mustaf saling memandang. "Kenapa kau berkata begitu?" Mustaf bertanya. Clara menggertakan giginya marah. "Kau tahu? Dia bahkan tidak memiliki kelebihan apa-apa, rupanya bahkan tidak cantik, jangankan cantik, standar saja tidak cukup, dan rambutnya merah seperti kera--aaaaaa!" Clara tiba-tiba berteriak kaget. Brak "Aaaaa!" Clira, Lexi dan Aliya juga terkaget. Semua mata anggota Storm Rider memandang ke arah Aran berdiri. Ia membanting kursi yang ia duduki tadi hingga kursi itu hancur. Matanya menatap dingin ke arah dimana Clara berada. "Kau tidak lulus biologi yah?" Aran bertanya dengan nada dingin. Pertanyaan yang sama yang dilontarkan Moti kemarin pagi. Clara membungkam mulutnya. "Atau matamu itu sudah buta tidak bisa membedakan hewan dan manusia?" Aran bertanya lagi, masih dengan nada yang sama. Setelah melemparkan pertanyaan sinis itu, Aran berjalan keluar dari markas mereka, ia sepertinya hari ini tak selera untuk belajar. Biarlah para guru mengoceh dan mengomel panjang lebar, ia tak peduli, lagipula mereka juga tidak akan berani macam-macam padanya. Ia juga punya masalah sendiri yang harus ia urus, yah, masalah. Dan masalahnya itu adalah Moti yang baru saja ia tahu adalah adik dari Agil. ♡♡♡ Bugh Bugh Bugh Randra memukul strir mobilnya kuat, ia marah, ia kesal, dan ia jengkel atas apa yang terjadi. Moti adalah pelaku pelemparan kaleng s**u padanya hampir dua minggu lalu. "Apa Moti tahu dia yang melemparkan kaleng s**u itu padaku? Makanya ia lari-lari terus jika bertemu denganku?" Randra bertanya pada dirinya sendiri. "Tapi jika ia sudah tahu, dia tidak mungkin menghindariku lagi malam itu, dan...tadi juga ia tak terlihat gugup atau takut padaku sebelum...sebelum...," "Kau pelaku yang melempariku dengan kaleng s**u itu," "Uhuk uhuk uhuk!" "Uhuk! Jad-di...uhuk uhuk hik hil hik! Byuurr aakh...hik hik!" Randra membulatkan matanya. "Jadi selama ini dia tidak tahu kalau aku adalah ketua geng Storm Rider," "Moti, nama aku Moti, yah Moti," "Moti?" "Kamu sendiri?" "Ran, panggil saja Ran," "Sial." ♡♡♡ "Ya Allah Momok, kan bunda udah bilang sama Momok kalau jangan ke sekolah dulu, kamunya bandel sih," Nulani mengomel. "Untung aja kamu nggak apa-apa nak, jantung bunda hampir copot pas denger kabar kalau kamu pingsan dan nggak bisa napas lagi, aduh gusti Allah terima kasih ya Allah Engkau masih mempercayakan amanat dan titipanMu ini pada hamba ya Allah," omelan Nulani diakhiri doanya. Moti terdiam, ia sibuk dengan pikirannya sendiri, sejujurnya ia takut jika besok masuk sekolah, maka ia akan bertemu dengan Randra, ia sendiri menyesal bahwa orang yang kena lempar kaleng susunya adalah Randra, pemuda yang hari itu pernah ingin ia jahili. "Huufff...jadi bingung kan Momok," desah Moti susah. Bahkan ia menarik napas saja susah, penuh dengan beban. "Apa doa Momok hanya bertahan satu minggu aja yah?" tebak Moti ngaur. "Kalau doa Momok hanya bertahan satu minggu, itu berarti Momok harus doa dan minta lagi sama Allah supaya jangan ketemu sama dia lagi," ucap Moti ngaur. Ia mulai mengangkat sepuluh jarinya berhadapan dengannya, lalu kemudian dia menghitung-hitung sesuatu. "Momok lempar kaleng s**u itu hari jumat pagi minggu yang lalu, lalu pulangnya Momok ketemu sama dia di jalan, dan sampai rumah Momok berdoa sama Allah, hm...satu minggu Momok nggak ketemu sama orangnya atau yang juga di sini adalah korban Momok, terus hari jumat yang kemarin empat hari yang lalu Momok ketemu dia juga di jalan, kalau di hitung-hitung seharusnya Momok berdoa hari kamis malam supaya besoknya hari jumat Momok nggak ketemu sama dia lagi...aaahhh," Moti mengakhiri sesi hitung abal-abalnya di akhiri dengan helaan napas lelah lalu disertai dengan mengacak rambutnya sendiri. "...terus kamu itu kalau makan atau minum pelan-pelan, dokter Maria pesan ke bunda kalau kamu itu suka terkejut kalau sedang makan atau minum, aduh...padahal kata dokter Maria tuh, pernah loh ada kejadian orang yang tersedak lalu mati, hiii nyeremin yah? Untung aja Momok nggak, eehh Momok dari tadi dengerin bunda ngomong nggak sih?" Nulani bertanya kesal. Moti melirik sang bunda lalu tersenyum lebar memperlihatnya gusi dan gigi-gigi. "Ck! Pasti nggak nih," Nulani menatap tajam ke arah sang anak. ♡♡♡ Brromm Ciitt Sebuah mobil sport hitam berhenti tepat di depan seorang gadis cantik. "Mike?" .... "Aku minta maaf udah buat Mike kesal dan marah," ucap Lani membuka suara. Gadis itu sedang menunduk menghadap ke depan. "Kak Agil itu adalah kakak dari teman aku, namanya Momok, kita juga udah temenan dari SMP, dan aku sering datang ke rumah Momok," "Mike jangan marah dulu, aku nggak bisa kasih tahu ke kamu kalau aku juga agak dekat dengan sebagian anak-anak Shadow Rain, karena...," "Karena aku takut kamu putusin hubungan kita, karena...karena Storm Rider musuh Shadow Rain, hiks...hiks...aku...aku...hiks," Hap Mike membalikan tubuh Lani cepat lalu memeluknya. "Sssttt, jangan menangis lagi," ucap Mike. "Hiks...hiks...hiks...," "Aku yang salah, yah...aku yang salah karena udah nganggap kamu aneh-aneh," aku Mike. "Sudah jangan sedih," ucap Mike. Lani melepaskan pelukan Mike lalu mendongak ke arah Mike. "Maaf...," ucap Lani serak. "Sstt," Mike menaikan jari telunjuknya kearah bibir Lani. "Tidak perlu minta maaf," sahut Mike. Mereka terdiam beberapa saat. "Maaf," ucap Mike lalu ia mencium kening Lani dan memeluknya lagi. ♡♡♡ "M-maaf...M-momok nggak se-sengaja nemuin d-di jalan," "Lalu--," "Momok berani sumpah, Momok nggak sengaja nemuin dompet mas deutsch di trotoar jalan ke mall waktu ituuu," "Momok nggak ngambil apapun dari situ!" "Sumpah! Momok mau ngembalikin dompetnya tapi Momok nggak tahu gimana baca tulisan itu, pake titik-titik dua lagi, terus nggak ada yang Momok ngerti!" "Ke-kemarin Momok takut mau ngembalikin dompetnya mas...soalnya, soalnya...," "Soalnya?" "Soalnya...soalnya...soalnya kemarin Momok dengar kalau mas itu wakil ketua geng S-sttorrmm Riderr...jadi Momok takuuuuutt...," "Kan mereka jahat-jahat upss-hmp!" Aran mengingat lagi pertemuan pertama ia dan moti kemarin. "Dimana rumahmu?" "Momok mau kesekolah," "Mau pergi dengan tampangmu itu?" "Haaa...," "Kalau ke sekolah nanti dimarahi guru lalu di usir, kalau pulang ke rumah nanti dimarahin bunda," "Kalau begitu pulang saja," "Moti Akila..., namamu cukup jarang didengar," "Kata bunda, biar nggak ada yang punya nama sama Momok," "Momok?!" "He'em Momok," "Momok," gumam Aran pelan. "Apa!" "Kenapa bisa begitu? Sekarang dia dimana?!" "Telepon ayah dan bunda, aku akan segera ke sana!" "Jika aku tidak kembali ke sini lagi, tolong bawa pulang tasku, ok?!" "Momok masuk rumah sakit, dia tak bisa bernapas, astaga! Tersedak macam apa itu sampai berhenti bernapas, ck, makan saja bisa begitu," "Momok ceroboh, makan saja tersedak, bagaimana bisa seperti itu, ck," "Dasar Momok!" "Apa?!" "Momok kenapa lagi itu? Agil! Tunggu aku, aku ikut!" "Minta ijin pada guru kalau aku dan Agil ke rumah sakit untuk menemui Momok, si kera merah itu tak bernapas saat sedang makan di kantin golongan kiri tadi, ck, memang ceroboh, makan pakai cara apa sih dia sampai begitu...eh ingat yah, minta ijin, eh ijinkan, ini mendadak, hanya aku dan Agil keluarganya, tante dan om sedang tak di sini, huum dasar kera merah, ck!" "Itu...itu tadi Cika menyebutkan nama Momok kan?" "Iya, Momok itu kan adiknya Agil," "Adik yang mana? Perasaan adiknya Agil tidak ada yang nama Momok, kalau yang kau maksudkan Gilan dan Gea, itu baru aku tahu," "Itu loh, si ceroboh yang berambut merah bata itu, ah yang waktu kita datang ke rumah Agil kau tak sengaja dilemparinya dengan kaleng s**u cair karena mulutmu berucap 'rambutnya merah seperti kera' kau ingat kan?" "Apa!? Si merah bata itu? Astaga! Bisa juga si kera tersedak lalu pingsan, haahahahaha!" "Rupanya aku kurang teliti," gumam Aran pelan. Ia sekarang sedang berada di dalam kamarnya, ia sedang mengingat-ngingat kembali nama Moti yang di sebut 'Momok' itu. "Moti Akila Baqi," gumam Aran. "Merah bata," gumam Aran. "Dasar kera merah," gumam Aran tanpa sadar lalu ia tersenyum. "Kera merah, hahahahahaha," Mungkin hari ini ia akan dikatakan orang gila atau tidak waras karena senyum dan tertawa berlebihan. "Hahahaha!" ♡♡♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN