14. Resah

1372 Kata
"Momok, udah siap belum? Buruan kakak kamu nunggu tuh!" Nulani berseru pada sang anak. Beberapa menit kemudian. "Bunda, Momoknya mana? Nanti terlambat, Bun." Agil bertanya. "Eh? Momok belum turun juga dari tadi?" Nulani bertanya bingung. Agil mengangguk. "Momok, kamu udah siap apa belum? Cepat turun, nanti kalian terlambat loh," Nulani bersuara. Tak ada sahutan dari sang empunya nama. Agil dongkol, hampir setengah jam ia menunggu sang adik keluar dari kamarnya namun tak muncul-muncul. "Sarapan tadi nggak ada, bilangnya lagi mandi, ck nih anak niat sekolah nggak sih?" Nulani berdecak. ..... "Aduh...sekolah nggak yah? Sekolah nggak yah?" Moti mondar-mandir tak jelas di dalam kamarnya. Ia sudah siap dengan baju seragamnya, jas sekolahnya ia taruh di kursi riasnya. "Kalau ke sekolah nanti ketemu sama dia gimana?" Moti bertanya bingung. "Kalau nggak sekolah nanti nggak bisa ikut praktek tanam bunga, hiiisss Momok bingung," Moti mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Ceklek "Aaa...kakak! Ketuk pintu dulu dong kalau mau masuk kamar Moti," kesal Moti. Agil berdiri di ambang pintu kamar Moti sambil berkacak pinggang. "Mau ketuk sampe kakak lumutan juga nggak bakalan kamu buka, buruan!" Agil berjalan masuk ke kamar Moti. "Loh, kan mang Jono yang nganterin Momok ke sekolah sama Gea dan Gilan, kok kak Agil yang nungguin Momok sih?" Moti bertanya. "Ck, kelamaan kamunya, mang Jono udah berangkat dari setengah jam yang lalu," jawab Agil. "Haa?? Mang Jono kok nggak bilang-bilang sih?" Moti mencari-cari tas sekolahnya. "Nggak usah banyak ngomong, ayo sini ikut," Agil menyeret adiknya keluar dari kamar Moti tak lupa juga dengan jas sekolah dan tas adiknya yang sedang di cari-carinya. Sreett "Eh eh kak Agil jangan tarik-tarik Momok!" Moti berseru. Agil tak menghiraukan adiknya. ♡♡♡ "Mulai hari ini dan seterusnya Momok ke sekolah dan pulang sama kakak," Agil bersuara setelah memberhentikan mobilnya di depan gerbang sekolah sang adik. Moti membulatkan matanya. "Loh, kok gitu? Kenapa nggak mang Jono aja yang ngantar jemput Momok?" "Nggak usah banyak tanya, kamu selalu aja buat masalah, awas kamu yah kalau buat masalah lagi--eehh Momok dengerin kakak ngomong!" Agil dongkol saat Moti keluar dari mobilnya dan tak menghiraukan ia sedang berbicara. Agil juga ikut turun dari mobilnya dan berjalan menyusul Moti sebelum ia masuk ke gerbangnya. "Eh eh, itu kan Agil, anak sebelah," sahut seorang siswi SMK Socien jurusan Komunikasi. "Ya ampun ya ampun, Agil ada disini," "Eh eh minggir dong minggir dong, aku mau lihat." "Hii dia keren kalau dilihat langsung dari sini," Dan masih banyak lagi seruan-seruan untuk Agil. Srreett "Aaaa...," Moti berteriak dongkol karena Agil menggapai kepalanya dengan jas sekolah yang ia lupa pakai tadi. "Kalau kakak-kakak lagi bicara, yah didengerin Momok, ck, ini pakai jas kamu!" pinta Agil. "Lagian sih kak Agil bilang Momok buat masalah terus, nggak usah deket-deket Momok, nanti kak Agil kena masalah lagi," balas Moti dongkol. "Ck, jangan banyak bicara, tangannya di lebarin sini," Agil memakaikan jas sekolah Moti pada adiknya. "Eiihh aku iri banget, Agil aja makein dia jas," "OMG! Aku mau aku mau!" "Sudah, tunggu di sini kakak ambil bekal kamu, tadi kamu nggak sarapan, bunda bikinin kamu bekal," intruksi Agil. Moti berdiri bersandar di depan gerbang sambil mengerucutkan bibirnya dongkol. Ekspresi monyong yang dikeluarkan Moti menarik perhatian dari dua orang yang sedang memandanginya dengan tatapan yang sulit di artikan, yang satunya lagi dengan tatapan tanpa ekspresi. Agil kembali dari mobilnya dan memberikan kotak makanan untuk Moti. "Ini bekal kamu," Agil memberikan kotak bekal itu pada Moti. Moti mengambil kotak makanan itu lalu berbalik berjalan. "Ingat--eh Momok tunggu dulu!" seru Agil dongkol ke arah adiknya. Moti berbalik. "Hm?" sahut Moti. "Makannya pelan-pelan, jangan bicara sambil makan, lalu kalau minum jangan langsung isi sampai penuh mulut kamu, kamu tuh kebiasaan kalau minum itu laju kaya air terjun, kalau ada teman yang ngajakin ngobrol, suruh tahan dulu, lalu ehm, kalau makan jangan lupa doa, biasanya setan juga ikut makan loh kalau nggak doa, kamu kan suka main nyosor--," omongan Agil terhenti. "Iya iya Momok ngerti kok kak Agil, hii nih orang-orang pada lihat, Momok kan jadi malu," omel Moti. Agil melirik sekelilingnya lalu ia tersadar. "Ehm...ya sudah sana masuk," pinta Agil akhirnya. Agil memperhatikan adiknya masuk ke gerbang lalu ia berbalik masuk ke mobilnya lagi. "Aku pikir dia membual, padahal benar," gumam Randra tanpa ekspresi. Lalu ia menjalankan mobil sport merahnya ke arah gerbang sekolahnya. "Adiknya Agil, kenapa akhir-akhir ini aku selalu sial?" gumam Aran sambil memperhatikan gerbang sekolah Moti. ♡♡♡ Brak Gebrakan meja berbunyi, para anggota Storm Rider menoleh ke sumber suara. "Hari ini semuanya latihan seperti biasa, jangan ada yang main-main, hari sabtu nanti semuanya sudah harus siap, Mike, kamu belum tahu tanding dengan siapa, ada perubahan jadwal karena insiden kemarin, jadi persiapan diri dari segala resiko," Busran menjelaskan. "Ada pertanyaan? Oh yah, jangan tanyakan tentang insiden kemarin jika kalian masih ingin berada di Storm Rider," lanjut Busran. Clira, Clara dan Aliya membungkam mulut mereka rapat-rapat setelah mendengar ucapan terakhir dari Busran. "Ada pertanyaan?" tanya Busran lagi. Salah satu anggota Storm Rider mengangkat tangan. "Hanya empat orang saja kan yang naik tanding?" Mochal bertanya. "Belum tentu mereka, jika ada insiden seperti kemarin-kemarin maka jumlah peserta akan bertambah," jawab Busran. Mochal manggut-manggut. "Berarti jika ada insiden seperti kemarin, kita boleh ikut naik tanding? Yes!" Clara berseru senang. Semua anggota Storm Rider menatap tajam ke arah Clara. "Apa maksudmu?" Bari bertanya. "Hah? Oh...ehm...tidak ada maksud apa-apa," Clara gugup. Ia memperbaiki ekspresinya, ada sesuatu yang sudah terencana dikepala cantiknya. Diam-diam ia tersenyum setan. Clara Bantan, gadis kelas XII IPS 2 itu adalah anak dari salah satu seorang pengacara terkenal dan kaya, ayahnya punya kantor pengacara sendiri, sedangkan ibunya seorang wanita sosialita dari anak pengusaha kaya. ♡♡♡ Moti berjalan mengendap-ngendap ke pinggir kebun bunga yang berdampingan dengan ruang prakteknya. Di tangannya ada kotak bekal yang bundanya buatkan untuk dia makan siang, lalu di tangan kirinya memegang botol air mineral, botol itu milik Lani yang ia minta, ia akan menunggu Lani di pinggir taman SMK Socien, mereka akan makan bersama disana, ada juga Laras anak jurusan pariwisata dan Rony jurusan Komunikasi, mereka sudah janjian. Karena insiden kemarin, Moti tak enak hati makan di kantin golongan kiri. Tak Tak Tak Moti berjalan sembunyi-sembunyi, ia melirik kiri-kanannya. Tak Tak Tak Hap "Aaa--hhmmppp!" Seseorang membekap mulutnya dari belakang. "Hmpphh!" Moti panik, ia memberontak. Srreett Seseorang menariknya mundur ke belakang lalu masuk ke dalam sebuah ruangan. Bruk Brak Klik klik Bunyi pintu di kunci oleh pelaku. Kotak bekal dan botol minumnya terjatuh di dalam ruangan itu. "Ahmmpphh!" Moti meronta. "Sstt, diam," bisik seseorang tepat di telinga kanannya. Suara itu, Moti kenal suara berat itu, itu adalah suara dari pemuda yang paling ingin dihindarinya dari kemarin. Matanya melotot maksimal, ia syok. Ia tak menyangka bahwa Randra akan membekap mulutnya dan menyeretnya di dalam ruangan ini. "Aku bilang diam Moti, atau harus aku bilang Momok, hm?" Randra berbisik. Tubuh Moti gemetar, seumur-umur ia baru pertama mendengar suara bisikan yang menyerupai desisan yang terdengar mengerikan seperti ini, bulu kuduknya berdiri, Moti kaku, ia tak bergerak. Merasa bahwa tubuh mungil yang ia bekap ini diam dan tak meronta, Randra melonggarkan bekapannya lalu terlepas. Merasa bahwa ia tak dibekap lagi, Moti cepat-cepat berlari ke arah pintu, namun nasibnya sial lagi. Hap Brak "Akh! Tol--hmmpp!!" Randra menatap tajam ke arah mata Moti, Randra menjatuhkan tubuh mungil Moti di atas meja yang ada di ruangan itu. Mereka terdiam cukup lama. "Jangan coba-coba untuk lari atau berteriak," desis Randra. "Kau tahu kan aku pemilik sekolah ini?" Randra bertanya. Moti mengerjab-ngerjabkan matanya bingung. Ia mengerutkan kedua keningnya lalu menggeleng. Randra menjatuhkan rahang bawahnya tak sadar, ia tercengang melihat Moti menggeleng. "Kau tidak tahu?" Randra bertanya lagi. Moti mengangguk. "Kau...Moti...kau sebenarnya terbuat dari apa?" ♡♡♡ "Maaf--," suara Moti terhenti. "Makan dan jangan bicara lagi, nanti kau tersedak seperti kemarin," Randra menatap tajam ke arah Moti yang sedang makan bekalnya. "Ini!" Moti menyodorkan potongan paha daging ayam kecap itu ke arah Randra. Randra menatap Moti tajam. "Kata bunda, tidak baik kalau kita makan baru ada orang lain yang menatap tanpa kita tawarkan, jadi ini ambil," Moti berucap. "Kita makan sama-sama dulu, nanti baru lanjut lagi, nanti Momok lapar, Ran lapar juga kan?" lanjut Moti. Randra mengambil potongan daging ayam itu lalu ia makan. Sreet "Eeehh mau dibawa kemana makanannya?" "Katanya mau makan sama-sama," sahut Randra datar. Moti menelan pahit ludahnya. Ia hanya mengangguk masam. "Kirain tadi mau nolak," batin Moti. Mereka berdua mulai makan bersama, Randra menyuapkan nasi dan daging ayam kecap ke dalam mulutnya. "Ran, jangan makan ayam dan nasi saja, ini sayur brokolinya juga, ck! Nanti sayurnya buang loh, mubazir," omel Moti. Randra tak menghiraukan, ia tetap melanjutkan makannya. Ia menyuapkan potongan daging ayam terakhir ke dalam mulutnya. Hap Ketika mulutnya terbuka dan akan memakan  daging itu, Moti duluan melahapnya, Moti membuka mulutnya lebar-lebar lalu bergerak secepat kilat. Twet twet Randra berkedip-kedip, ia menoleh perlahan ke arah dimana Moti yang sedang makan daging itu lalu tersenyum lebar. "Daging terakhir, dari tadi Ran terus yang makan ayamnya, Momok hanya dikasih brokoli doang dan nasi, jadi...mohon dimengertilah," sahut Moti sambil tersenyum lebar ke arah Randra. Randra tak percaya apa saja yang baru terjadi, Moti seperti kilat yang menyambar daging ayamnya. Randra menggeleng-geleng kepalanya. "Ck! Dasar licik," ♡♡♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN