Chapter 10

1178 Kata
Moment ketika sorot pandangannya tak sengaja menemukan sebuah benda panjang empuk berwarna merah marun dengan hiasan emas seakan menjadi momen paling berharga untuknya selama beberapa hari ini. Dengan senyum yang dipaksakan untuk terus ada di bibirnya, gadis yang kini tengah mengenakan gaun cokelatnya itu sedikit mempercepat langkahnya untuk sampai di benda mati yang sedari tadi ia tuju. Hahh.. rasanya sebagian nyawanya yang seakan meninggalkannya sebentar kembali ke raga wanita tangguh itu ketika bokongnya berhasil mendarat dengan sempurna diatas sofa yang empuk tadi. Dengan memberikan senyum simpul juga kalimat terima kasih kepada salah satu pelayan yang membawakannya minuman, Semi akhirnya sedikit melonggarkan pertahannya dengan menyandar begitu saja bak pesakitan didalam ruangan yang penuh dengan manusia bersuka cita. Dalam diamnya, gadis berusia dua puluh tujuh tahun itu menyesap cairan berwarna keunguan sedikit demi sedikit, sembari memperhatikan sekelilingnya yang ternyata beberapa orang nampak meliriknya dan membicarakannya. Yang dibicarakan tentu saja bingung. Ia melirik ketubuhnya sendiri, kemudian bertanya tanya apakah ia sama sekali tak cocok menggunakan gaun ini?? Well.. Semi tak tahu jelas apakah sebelumnya, jika ia diundang pesta di kerajaan seperti ini, Semi yang dahulu akan tetap menggunakan baju dan celana biasanya atau bertingkah sok anggun seperti semi yang sekarang dengan menggunakan gaun yang cukup merepotkan itu. Ia melirik kearah kanannya, kebetulan disana ada sebuah pilar dimana bahan yang melapisi pilar tersebut sangat sangat bersih hingga bisa memantulkan pandangan sesuatu yang ada di hadapannya. Semi berkaca, menyadari sekaligus menikmati bagaimana parasnya yang rupawan ini meskipun ia tahu jelas bahwa dirinya itu tak mungkin melakukan perawatan yang maksimal seperti para gadis yang lainnya. Tubuh tinggi berlekuk dengan otot yang tidak berlebihan namun tetap menyimpan banyak kekuatan itu dibalut dengan gaun cokelat yang memiliki belahan di bagian kaki kanannya. Ini adalah satu satunya gaun yang dimliki oleh Semi di ruangan khusus komandan yang memang tersedia di area kerajaan. Para prajurit memiliki tempat tersendiri di area kerajaan, seperti arena berlatih, beristirahat hingga ruangan penuh hal penting yang berada dibawah Semi dan wakilnya langsung. Ketika memasuki ruangan tersebut, dalam salah satu lemari yang berlabel namanya, Semi hanya menemukan banyak set pakaian atasan dan celana yang ia tahu jelas bahwa itu pakaiannya jika dalam mode prajurit. Satu satunya hal yang bisa ia pakai dalam acara akbar nanti adalah gaun yang ada di pojok lemari tersebut. Pun, Semi akhirnya memilih menggunakan itu karena artinya ia masih bisa menyelipkan pisau atau pedang berukuran kecil di kakinya dengan menggunakan holding knife yang terpasang erat di paha dan betisnya. Berada di area kerajaan belum tentu membuat dirinya- membuat semua orang yang ada disana akan selalu baik baik saja bukan. Sebagai komandan, jika yang lain tidak berpikir sejauh itu, maka ialah yang harus lebih dahulu melakukannya. “Ah, pendekar Semi” salah satu wanita anggun berparas cantik dengan dress merah terang selaras dengan warna lipstiknya itu datang menghampiri sembari mengipas ngipas kipas hitam yang ia bawa. “aku tak tahu jika kau mengubah pikiranmu” Namun sepertinya pilihan menggunakan dress yang tadi adalah hal yang salah. Semi pikir, diawal ketika ia memutuskan menggunakan gaun tadi, kesalahan akan terjadi karena ia dianggap tak memiliki gaun lainnya. Ia berpikir bahwa Semi yang dulu menggunakan gaun ini terus menerus karena hanya ada satu gaun di ruangan miliknya itu. Namun nyatanya, alasan yang sebenarnya malah membuatnya terkekeh kekeh heran yang membuat beberapa orang yang tak jauh darinya, yang tak sengaja mendengarnya meliriknya dengan bingung. Karena beberapa saat yang lalu, Semi baru tahu sebuah fakta bahwa ia adalah sosok wanita yang dijodohkan langsung oleh sang raja untuk menjadi pasangan anak satu satunya alias pasangan dari pangeran. Yang berarti, ia harus menjadi pasangan calon raja dan menjadi calon ratu untuk negerinya itu, Velvetenus. Lelucon sekali. Fakta lainnya adalah, Semi selama ini selalu datang dalam acara apapun –meskipun acara penting yang melibatkan kerajaan lainnya- dengan menggunakan pakaian pakaian khas ala komandar bagi ratusan pendekar di negeri mereka itu. Semi selalu menggunakan jas dan celana yang memamerkan bagaimana kuasanya sebagai seorang wanita yang memiliki keterbatasan berekspresi di negeri yang penuh dengan misoginis itu. Jadi, ketika Semi yang tak ingat apapun ini tahu tahu datang menggunakan gaun YANG SIALNYA LAGI memiliki belahan cukup panjang di kakinya, maka semua orang berpikir bahwa gadis tangguh yang satu itu mencoba untuk menggoda sang pangeran. Ya, karena pada faktanya, bukan hanya Semi yang menolak perjodohan ini, melainkan sang pangeran pula. Dari ucapan ucapan culas yang didengarnya selama beberapa menit yang lalu, ternyata sang raja sudah menghentikan usaha menjodohkan anaknya dengan sang komandan perang itu karena tahu bahwa perintahnya akan selalu dilarang. Jadi, sebenarnya hari ini selain untuk merayakan kemenangan negeri mereka, sang raja dan ratu pun mengumumkan bahwa anak mereka satu satunya akan dijodohkan oleh gadis lain. Sial. Timing yang sangat tidak baik untuk Semi. “Ah maafkan aku, yang terhormat knight Semi, aku lupa jika kau sedang tidak bisa bicara ya” ujar wanita itu lagi sembari tertawa renyah dengan menutupi mulutnya menggunakan kipas tadi. Ya, ingin mengelakpun untuk apa. Semi sendiri tengah memainkan perannya dengan terlalu baik. Beruntung karena ia jadi tak perlu mengatakan banyak hal yang akhirnya diwakilkan oleh co comander, namun sialnya ia harus diam saja mengalami kejadian yang membuatnya kini memutar bola matanya malas itu. Suara dari lantai dua yang menjadi mimbar atau podium membuatnya sedikit melirik tanpa perlu menoleh terlalu banyak. Disana, berdiri dengan gagah sang raja dengan istri juga anaknya di sisi kanan dan kirinya, mencoba membuat titah lainnya setelah tadi beliau mendentingkan gelas mewah yang ada di tangannya itu sebanyak tiga kali. “Karena kalian semua sudah bekerja dengan keras belakangan ini, aku memutuskan untuk memberikan kalian libur tiga hingga satu minggu” ujar beliau yang dimaksudkan kepada para prajuritnya yang dibalas dengan riuh berisik ala laki laki dewasa seakan ini adalah pesta lajang salah satu dari mereka. Tidak sopan memang, namun kali ini sang raja membiarkan. Toh pemeran utama dari pesta yang dibuat kali ini memanglah buncahan prajurit utama itu. “kalian bisa kembali ke keluarga kalian. Setelah masa cuti selesai, kalian sudah harus kembali kemari  dan berlatih seperti biasa. Dissmis” Merasa semuanya sudah jelas dan tidak ada lagi yang bisa menahannya untuk terus berada di sana, Semi keluar dari hall kemudian beranjak ke halaman belakang untuk mencari kudanya dan membawa hewan berbulu putih itu untuk pulang bersamanya. Meskipun Semi memiliki nama belakang, ia bukanlah dari keluarga bangsawan yang akan memiliki kencananya sendiri hingga ia hanya perlu betopang kaki dan sampai dengan mudah di tempat tujuannya. Beruntung sekali bahwa salah satu privilagenya sebagai komandan adalah bisa membawa pergi kudanya kemana saja semaunya tanpa perlu embel embel izin karena dipakai bukan untuk kegiatan pekerjaan. Dengan menyingkap dress yang sudah berbelah itu dengan mudah, Semi menaiki kudanya dengan segala macam karisma yang ia miliki. Terduduk diatas kuda seperti itu tentu saja membuat kaki kanannya, yang kini tak lagi terhalang gaun dari di posisi yang terbelah membuat banyak orang di halaman bisa melihat pedang mini yang ia bawa di kakinya. Tanpa mempedulikan bisik bisik yang kembali muncul, Semi akhirnya pergi dari sana untuk kembali ke kediamannya. Seakan lupa bahwa ia tengah kehilangan ingatannya, namun tubuhnya seakan ingat dan membawanya pergi tanpa otaknya memberi komando yang jelas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN