Chapter 5

1143 Kata
“Tuan putri.. apakah sudah bangun??” mata dengan bulu mata lentik itu terbuka seiring dengan indra pendengarannya yang mendengar bunyi ketukan khas pintu yang diikuti dengan suara wanita yang ia kenali sebagai pelayan pribadinya. Pelayan yang katanya sudah melayaninya semenjak dahulu, namun tentu saja ia baru ingat beberapa hari yang lalu akibat amnesia yang dialaminya ini. Dengan sedikit berdeham untuk membersihkan tenggorokannya yang dirasa kering dan gatal, Irene bersuara dan menitah mereka untuk masuk kedalam kamar luas yang menjadi kamar tidur pribadinya ini. Kamar dengan nuansa putih, krem dan emas yang memenuhi segala dekorasi hingga furnitur yang ada di dalamnya. Kamar yang ia rasa pun memang cocok dengan dirinya, bahkan dengan kondisi tubuhnya yang berambut emas itu. Setelah beberapa waktu ia bersiap siap- yang mana artinya ia hanya menunggu para pelayan melayaninya setiap paginya, kini Irene tengah terduduk dihadapan meja rias dengan kaca yang besar, menikmati bagaimana tangan halus dan terampil salah satu pelayannya menyisiri rambut panjangnya itu. “Apa saja kegiatanku hari ini??” biasanya, seorang bangsawan, baik itu dari keluarga kerajaan maupun hanya keluarga bangsawan dengan nama tanpa title kerajaan, sudah memiliki jadwal yang jelas setiap harinya. Pun jika anak perempuan dari bangsawan bangsawan terkemuka lainnya yang notabene tidak perlu bekerja terlalu keras, mereka tentu saja memiliki jadwal. Menurut Maria- salah satu dari lady-in-waitingnya berkata bahwa gadis gadis muda itu biasanya memilki jadwal meminum teh bersama, atau sekedar event event ‘kecil’ yang dibuat oleh para bangsawan wanita. Ugh- mendengarnya saja sudah membuat Irene mengerutkan dahinya malas karena dirasa ia tidak akan terlalu nyaman bersosialisasi dengan orang lain. Apalagi dengan ingatannya yang benar benar tumpu. “Tuan putri memiliki jadwal meminum teh bersama sahabat dan teman teman tuan putri” jawab Anne- salah satu pelayan utamanya yang bertugas penuh terhadapanya. Pelayan di keluarga kerajaan memang memiliki pekerjaan yang berbeda beda. Bukan hanya dari jenis kegiatan yang dilakukan, pun dengan lingkungan di sekelilingnya. Pelayan atau yang sering disebut lady in line atau lady in waiting milik Irene biasanya akan mengekorinya kemana pun ia pergi, dengan acuan bahwa tidak peru terlalu dekat dan mereka baru bisa beristirahat ketika malam hari atau ketika orang yang dilayaninya sedang ingin sendiri. Pelayan umum lainnya barulah bekerja di berbagai macam ruangan. Mulai dari mencuci, membersihkan lorong dan lain lainnya. Pelayanan khusus Irene memang tak semestinya tahu semua jadwal mengenai tuannya, namun karena sudah mengenal sejak lama, tentu saja mereka mau tak mau mengetahui pola hidup dari gadis yang mereka layani itu. Para bangsawan perempuan hingga anggota kerajaan perempuan –ratu sekalipun- tak memiliki sekretaris khusus yang akan mengatur dengan apik jadwal mereka, karena budaya yang telah berkata bahwa mereka memang tak banyak bekerja dibanding para bangsawan lelaki. Jadi, dengan tanpa adanya sekretaris pun para bangsawan perempuan masih mengingat jadwal mereka karena hanya sehubungan dan tak jauh mengenai sosialisasi para bangsawan atau kegiatan biasa lainnya. Bahkan kegiatan sosialisasi itu hanya disebarkan melalui undangan tulis tangan langsung karena dalam satu ‘circle’nya tak akan lebih dari sepuluh orang. Jika suatu saat Irene akan menyebarkan banyak undangan atas dirinya –seperti undangan banquet yang tentu saja akan membutuhkan waktu dan energi yang cukup banyak- para bangsawan perempuan hanya akan menyerakan tugas itu kepada para bangsawan lelaki, karena budaya berkata bahwa bangsawan lelaki lebih mengerti hal yang bersifat general public seperti itu. Jadi biasanya para bangsawan perempuan hanya akan terduduk dengan manis dan menyimpan waktu untuk mereka membuat gaun baru utnuk acaranya nanti. “Aku memiliki sahabat?” “Ya, tuan putri” jawab Maria dengan santun. Ah, Irene sedikit penasaran dengan sosok yang disebut sebut sebagai sahabatnya ini. Jika dikatakan sudah menjadi sahabat, artinya memang mereka sudah sedekat itu, kan?? Si surai emas ini sedikit tak enak hati ketika mengetahui bahwa ia melupakan sahabat dekatnya sendiri. “Sudah selesaiii” ujar Maria dengan girang ketika menatap hasil karyanya pada rambut si tuan putri. Pelayan muda itu tak melakukan banyak hal, namun karena tekture rambut yang sudah halus dan ‘terjatuh’ itu, pun dengan kemilau rambut emas yang memanjakan hari, semuanya akan nampak indah di wajah Irene. “Aaron sudah menunggu di luar kamar. Mari kami antar” ujar Anne dengan senyum, yang padahal jarak antara meja rias dengan pintu kamarnya hanyalah beberapa belas langkah!! Demi Tuhan. Sepertinya semenjak kejadian yang katanya membuatnya tak sadarkan diri cukup lama itu membuat semua orang overprotective padanya. “Anda nampak menawan saat ini, tuan puteri” sambut Aaron ketika pintu kamarnya terbuka dan menampakkan wajah bak bidadari itu kehadapan retinanya langsung. Irene yang mendengarnya lantas terkekeh kecil kemudian berujar dengan jahil- “jadi aku kemarin kemarin tidak semenawan hari ini??” “Ah- bukan begitu” ujar Aaron kikuk. Jika ini adalah komik, mungkin sudah ada setitik keringat di pipi atau pelipis yang menandakan bahwa ia canggung dan merasa salah bicara. “Anda selalu cantik, namun saja hari ini kecantikan tuan putri seakan melimpah ruah” ujarnya kikuk yang malah dibalas kerutan di dahi oleh Irene. “Aaron” “Ya, tuan putri??” jawab pemuda tinggi berambut hitam atas panggilan yang dilakukan oleh anak satu satunya dari pasangan raja dan ratu di negeri mereka ini. “Sudah sejak kapan kau menjadi pengawalku??” “Semenjak lima belas tahun yang lalu, tuan putri. Sebelumnya tuan putri dijaga oleh kakak saya” jawab Aaron lagi dengan pandangan mata yang bingung. “Jika sudah selama lima belas tahun, mengapa kau begitu canggung denganku??” ujar Irene yang masih bingung. Lima belas tahun bukanlah waktu yang sebentar. Apakah sebelumnya keduanya terus dilanda kecanggungan ini dalam kurun waktu panjang itu?? “Siapalah saya berani berujar santai kepada tuan putri” ujar Aaron sekenanya. Ah.. gadis itu mengerti. Sepertinya memang etika kebudayaan di negerinya itu yang membuat hubungan panjang keduanya menjadi secanggung ini. Dapat dimengerti. “Apakah aku sebelumnya biasa saja dengan sikap canggungmu??” Aaron berdeham sebentar sebelum ia menjawab pertanyaannya. “aku tak tahu apakah tuan putri biasa saja atau terganggu, tapi tuan putri tak pernah mengatakan hal apapun mengenai yang satu ini” jawabnya sekenanya. Oke- Irene membuat keputusan. “Karena aku akan terus dalam lindunganmu dalam beberapa tahun kedepan, aku ingin kau tak bersikap secanggung ini padaku” ujar Irene yang kini menggerakkan jarinya ketika menyadari bahwa pria berambut hitam kelam itu mencoba menyingkirkan ide absurdnya. “aku tahu kau akan terkena masalah jika melakukannya ketika ada orang lain, maka aku ingin kau bersikap biasa saja kepadaku ketika hanya ada kita berdua. Toh tak akan sesering itu, kan, kita hanya berdua??” tanya Irene yang diangguki pelan oleh Aaron. Well.. tak salah juga Irene berujar demikian. Rasanya sesak jika orang terdekatmu yang akan selalu mengikutimu kemana mana memasang dinding terlalu tebal. “Jadi.. aku mohon bantuannya Aaron” ujar Irene lagi dengan senyum manis yang kini tangannya diambil oleh sang pengawal untuk membantunya memasuki kereta kuda beratap yang terbuat dari emas murni itu. “with all my pleasure, princess”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN