Chapter 15

1084 Kata
“Aaron” “Ada apa tuan putri??” “Menurutmu, apakah aku diperbolehkan oleh ayah untuk keluar dari lingkungan istana ini??” “Bagaimana maksudmu, tuan putri??” rasanya si pria berambut hitam itu bak dihantam palu tak kasat mata yang membuat kepalanya pening seketika. Ini semua dimulai ketika Irene terbangun dari tidurnya, yang malah membuatnya termenung diatas kasur empuk dan luasnya itu meskipun para pelayan sudah bersiap siap untuk membantunya  mandi dan menyiapkan diri. Yang ada di pikirannya kala itu adalah mimpi semalam yang seakan menghantui dirinya dalam tiap detiknya. Dari mimpi tersebut, banyak hal yang memasuki pikirannya secara serius. Ia ingin melihat secara langsung bagaimana keadaan negerinya diluar istana, melihat bagaimana masyarakat biasa bergabung satu sama lain, menjalin hubungan sosial dimana tentu saja mereka akan saling membutuhkan. Pun, Irene teringat mengenai bocah bocah yang ada di mimpinya. Apakah ada banyak anak terlantar pula di negerinya ini, yang mana akan sangat kedinginan ketika tidur dan menahan rasa perih di lambung sampai ada orang baik hati yang akan memberikan sebagian uang atau makanan kepada mereka. Juga.. Irene penasaran dengan gadis pendekar yang disebut oleh penjual aksesoris didalam mimpinya. Apakah itu gadis yang sama dengan gadis yang ia temukan di sungai pinggir hutan di mimpinya beberapa hari yang lalu?? Apakah ini mimpi yang berlanjut?? Irene tidak mengerti, tapi yang pasti ia akan mencari tahu mengenai jenis jenis mimpi di buku yang ia akan pinjam di perpustakaan istana nantinya. “Maksudnya tuan putri ingin bertemu dengan para lady?? Nona bisa mengundang mereka untuk meminum teh kemari atau jika nona memang ingin pergi, nona bisa pergi ke salon yang nanti akan aku antarkan ke tempatnya. Disana tempat para noble lady berkumpul” ujar Aaron mencoba mengalihkan rasa cemasnya menjadi hal hal yang setidaknya akan diperbolehkan untuk si putri satu satunya ini melakukan aktivitas. Irene yang mendengarnya hanya sesekali mengedip kemudian nampak menyesap teh bunganya dengan diam, nampak berpikir mengenai hal apa yang harus ia katakan untuk menjelaskan semuanya secara singkat kepada pengawal pribadinya itu. “Mmmm.. maksudku aku ingin ke tempat dimana para masyarakat biasa berada” ujarnya setelah menggumam cukup lama. “kau tahu, seperti pasar tradisional, atau memang tempat tempat biasa yang memiliki banyak pengunjung seperti taman dan hal lainnya” lanjut Irene lagi yang membuat Aaron mengumpat dalam hati meskipun dari luar ia masih menampilkan senyum tampannya. Pria yang satu itu tahu betul bahwa sang putri tidak diperbolehkan keluar oleh sang Raja selain untuk acara banquet atau jamuan minum teh para lady. Bahkan belakangan ini segala kebutuhannya dibuatkan dengan cara orang luar yang masuk kedalam istana, seperti membuat gaun atau membeli perhiasan, semua orang ternama di bidangnya lah yang datang ke istana untuk menemui sang putri Irene Judasquith. Tapi disisi lain, pria berambut hitam ini juga jelas tahu bahwa sang putri yang penuh rasa penasaran –meskipun dia tetap diam saja dan mematuhi segala peraturan yang diberikan padanya- dan ingin melihat hal hal lain yang belum pernah ia lihat semenjak kesadarannya akibat koma kala itu. Perjalanan yang ditempuhnya menuju kediaman lady yang mengundang mereka untuk jamuan minum teh kala itu berbeda arah dengan pusat kota berada, sang lady yang sangat bangsawan itu bahkan memiliki jalurnya sendiri yang tidak diboleh dilewati oleh sembarang orang. Jadi, pada hari itu, Irene melewati jalan itu, yang mana artinya dia memang belum pernah melihat para masyarakat biasa pada umumnya selain keluarga, para penghuni istana seperti penjaga atau maid, juga para noble lady. “Kurasa itu bukan hal yang mudah tuan putri” ujar Aaron kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu. “tapi mungkin saja yang mulia akan memberikan izin jika tuan putri mencoba bicara langsung pada beliau” ucap Aaron lagi mencoba memberikan solusi yang tidak terlalu solutif itu. Hembusan angin sepoi sepoi bak menari di sekeliling rambutnya, berhembus membawa helaian penuh keratin itu berterbangan tak jelas arahnya, membuat sesekali sebagian dari mereka nampak acak acakan sebelum kembali ke posisi semula. “Aaron” “Ya, tuan putri?” “Ayahku.. orang yang seperti apa??” Setiap orang pasti memiliki wajah dan maknanya masing masing. Semua orang memiliki dunianya masing masing, yang mana akhirnya orang lain tak akan berputar mengelilingi individu lainnya karena kehidupan mereka jelas berbeda dalam banyak aspek. Pun begitu dengan sang raja yang kini tengah ditanyakan oleh anaknya sendiri. Apakah beliau orang yang baik?? Bagi Irene yang baru sadar beberapa hari ini, jawabannya adalah ya. Beliau adalah orang yang baik meskipun terlalu overprotective. Hal tersebut sempat diwajarkan oleh si korbannya sendiri. Namun bagaimana dengan kehidupannya yang dulu?? Di memorinya yang dulu?? Apakah sang ayah sama baiknya dengan apa yang ia rasakan sekarang?? Tadi, ketika pria tinggi disamping gadis mungil itu berkata bahwa dia harus mencoba untuk meminta izin langsung kepada yang mulia, satu hal yang Irene langsung pikirkan adalah bagaimana respon sang ayah mengenai sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. Bohong jika Irene tak berkata bahwa ia tidak takut. Irene takut. Dalam ingatan singkatnya saat ini, ayahnya- raja negeri mereka ini adalah sosok yang tegas dan penuh aturan. Irene selama ini baik baik saja karena ia menaati segala peraturan yang diberikan padanya. Namun jika Irene tidak?? Bagaimana jika Irene membangkang?? Akankah ia akan baik baik saja?? Oleh karena itu si gadis memilih untuk menanyakan pendapat pada Aaron yang memiliki memori full mengenai sang ayah. “Yang mulia adalah sosok yang tegas, namun tetap berpikir logis dan baik hati. Apalagi jika untuk tuan putri” ujar Aaron yang mengerti arah maksud pertanyaan barusan akan kemana. Aaron sendiri tak dapat berkata bahwa sang raja adalah orang yang seratus persen baik. Tidak. Beliau bukan Tuhan. Karena pada nyatanya, kita semua adalah antagonis di hidup orang lain. Jadi menghakimi seseorang jahat atau tidaknya dan memberikan informasi itu pada orang lain agaknya merupakan hal yang sulit untuk Aaron. Karena apa yang ia alami dan apa yang akan sang putri alami tentu saja akan berbeda. “Ahh.. begitu...” Irene tersenyum dalam diamnya sembari menyesap kembali tehnya yang sudah mendingin itu. Lagi pula, gadis itu langsung merasa konyol ketika bertanya hal berbahaya tadi kepada pengawal pribadinya itu. Tentu saja Aaron akan berujar hal yang baik baik saja –bukan berarti Irene berpikir bahwa ayahnya jahat-. Memangnya siapa pula Aaron untuk berani berbicara yang tidak tidak kepada orang nomor satu di negeri mereka ini. “Omong omong” suara jernih itu akhirnya terdengar kembali setelah gelas teh miliknya sudah kosong, yang langsung ditawari apakah ingin diisi lagi atau tidak oleh lady in linenya yang sedari tadi ada bersamanya. “semalam, aku tertidur di kamar atau di taman?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN