Malam itu, Ammar pulang kerumah terlambat tidak seperti biasa, aroma miras tercium dari bibirnya. Dalam keadaan sempoyongan dia mendekat ke arah Kinanti yang sedang membaca buku tentang kesehatan. ”Sayaang…maaf aku pulang lambat ya…” bisik Ammar sembari menciumi wajah Kinanti dengan beringas, membuat Kinanti meronta. ”Kak, kamu kenapa?” Kinanti masih berusaha melepaskan dari cengkraman pria mabuk yang menikahinya beberapa tahun silam. “Ayolah, Sayang…untuk terakhir kalinya aku ingin menikmati kebersamaan denganmu. Aku merindukan saat-saat bersamamu di ranjang. Karena ini agar membuatku tak menyesal…” racau Ammar membuat darah Kinanti terasa mendidih, dia mendorong sang suami dengan sekuat tenaga hingga jatuh ke atas ranjang. “Ayooalah, Kinanti. Aku merindukan betapa binalnya kau melay