Nana terdiam, memberi jeda pada keheningan yang seketika menyeruak di antara mereka. Ia sedikit menyesal telah mengeluarkan pertanyaan semacam itu. Bukan maksud hati tidak mempercayai sang ayah, hanya saja kalimat yang barusan seolah keluar begitu saja. Tanpa terencana atau bisa dikontrol. Sementara untuk Takeru sendiri, ia juga masih terpaku di tempat. Di dalam kepala, berbagai pikiran riuh seperti saling berbagi hantam. Jika dijelaskan secara singkat, harga dirinya merasa terluka. Bukan karena pertanyaan yang Nana lontarkan. Melainkan tentang dirinya yang tidak mampu mencukupi kebutuhan, hingga anak gadisnya yang masih kecil harus ikut campur dalam pembahasan keuangan seperti ini. Tentu pria itu sama sekali tidak ingin melibatkan Nana. Nasi di dalam piring hanya tersisa beberapa butir