Suara klakson terdengar beberapa kali dari halaman rumah dengan pekarangan yang cukup luas. Mendengar suara itu, Takeru melongok keluar. Rupanya Marina sudah datang. "Nana! Marina sudah menunggu di dep--" Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimat, Nana sudah lebih dulu menutup pintu kamar dengan keras. Sepertinya gadis itu masih marah dengan perkara semalam. Sadar dengan kesalahan, Takeru hanya bisa membuang napas sedikit panjang. Matanya mengekor Nana yang keluar dengan langkah cepat. Jangankan sarapan bersama, ia bahkan belum berbincang dengan putrinya pagi ini. Hingga setelah beberapa saat Nana berlalu, sang ayah seperti baru menyadarinya sesuatu. Takeru terperanjat sejenak, lalu bergegas menyusul putrinya ke depan. Beruntung, Marina belum pergi dari halaman. Dari teras rumah, T