"Tahu apa bocah tiga belas tahun sepertimu?" ucap Takeru dengan pelan, tapi penuh dengan penekanan. Sedangkan Nana, gadis itu hanya bisa terdiam. Tak berani mengeluarkan kata, bahkan napas ia tahan sekuat tenaga. Mengapa ayahnya marah besar hanya karena pertanyaan yang ia tanyakan? Untuk beberapa saat, keheningan menyergap. Matahari terasa dingin, tapi panas tetaplah panas. Takeru terdiam dengan napas yang coba distabilkan. Ia sungguh tidak berniat meninggikan suara di depan Nana. Terlebih membentak gadis itu. Hanya saja, terik di luar terasa memusingkan, belum lagi dengan yang lain, dan Nana terus menekannya membuat semuanya terasa hampir meledak. Hingga setelah amarahnya sedikit mereda, Takeru kembali menatap gadis di hadapan, kali ini dengan tatapan yang mulai melunak. "Nana, kau ma