Takeru segera menarik Nana ke dalam rumah. Begitu motor terparkir, ia langsung bergegas tak memberi jeda bagi putrinya barang sekedar untuk mengganti seragam lebih dulu. Benar, pria itu diliputi oleh amarah yang sedari tadi dipendam. "Duduk!" ucap Takeru pelan, tapi penuh dengan penekanan. Tak bisa membantah, gadis itu langsung duduk menuruti perintah sang ayah. Ya, harusnya ia sudah tahu jika hal ini pasti akan terjadi. Apapun alasan yang Nana buat, k*******n yang dilakukan patut mendapatkan ganjaran. Pria itu ikut duduk, berhadapan dengan putrinya yang masih menunduk. Beberapa kali ia menarik napas dalam, lalu membuangnya dengan kasar. Tangannya sudah mengepal sedari berkendara. Sementara rahangnya justeru sudah mengeras ketika berada di ruang konseling, menghadapi wali Yuki yang sema