Takeru menatap Nana yang masih duduk memandang ke arahnya. Benar, harusnya pria itu datang lebih awal untuk memperingati kematian sang istri. Untuk beberapa detik, pria itu hanya terdiam di ambang pintu. Sadar dengan putrinya yang hanya diam tanpa ekspresi, Takeru bergegas masuk ke dalam, menangkup kedua tangan lalu memejamkan mata dan mulai berdoa. Setelah beberapa saat keheningan menyelimuti, Takeru membuka mata, ia telah selesai berbicara dengan Tuhan untuk mendiang istri tercinta. Kemudian, pandangannya beralih pada gadis yang masih duduk di belakang. Takeru menoleh sekilas, lalu memundurkan badan sejajar dengan Nana. "Selamat ulangtahun, Sayang," ucapnya, sedikit canggung karena situasi yang masih kaku ini. Namun gadis di depannya hanya bergeming, menatap sang ayah dengan tatapan