"Ayah." Nana menghentikan langkah di depan pintu. Sepanjang perjalanan pulang, kepala gadis itu seperti disita oleh pikiran yang terus mengganggu. Tentang kepindahan ke sekolah elit, tentu saja. Mendengar putrinya memanggil, Takeru yang sudah masuk ke rumah ikut berhenti, berbalik dengan kedua alis yang terangkat. "Ada apa?" tanyanya. Nana terdiam sebentar. Mengatur napas serta mempertimbangkan apa yang akan ia katakan. Tetapi setelah beberapa saat, gadis itu tak juga mengeluarkan suara. Hingga hanya sebuah gelengan kecil disertai senyum yang diberikan olehnya. "Ah, tidak ada," bohong Nana. Tak ingin mendapatkan pertanyaan ragu dari sang ayah, gadis itu berlalu masuk. Ya, dia perlu waktu untuk kembali berpikir. Sementara Takeru, pria itu membuang napas sedikit panjang. Ia paham betul