“Dia mantan reporter terbaik yang pernah ada. Memangnya kau bisa mengembalikan kejayaan yang pernah ada padanya? Seperti semula, tanpa cacat?”
“Sandra!”
“Kau membiarkan dia tinggal di rumah ini, bukan? Setidaknya kalian harus berbagi segala hal termasuk rahasia untuk bisa mendapatkan chemistry yang kalian inginkan.”
“Tidak seharusny—"
“Reporter?” Noel membeo. Bahkan, Noel kembali melirik ke arah Kanaya dengan tatapan yang sangat menusuk, sia’lnya, Kanaya lagi-lagi menelan ludah karena merasa dirinya semakin takut dengan tingkah yang diperlihatkan oleh Noel.
“Ke—kenapa dengan reporter? Aku hanya bertugas mengumpulkan berita.”
“Siapa namamu?”
“A—aku sudah mengatakannya padamu, bukan?!”
“Kapan kau mengenalkan dirimu padaku?” Noel berdalih. Padahal, Noel sudah tahu kalau dia sudah tahu siapa nama wanita yang sejak tadi bertingkah ‘sok’ di hadapannya adalah Kanaya Daniza, seorang mantan reporter yang diberhentikan secara tidak hormat setelah meliput tenang kasus pencucian uang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tinggi pemerintah. Namun, selama Kanaya tidak mengatakan hal itu sendiri padanya, Noel memilih untuk tetap diam.
Sementara Kanaya seketika terbata saat pertanyaan sederhana untuknya terlontar dari Noel. Lidahnya kelu dan dia tidak bisa menjawab bahkan dia tidak bisa menyebutkan namanya sendiri, Kanaya seperti berusaha mengalihkan pembicaraan, kendati demikian, Kanaya memang tidak bisa menghindar terus menerus. “Benarkah? Kupikir, aku sudah mengatakan namaku.”
“Tidak masalah kalau kau tidak ingin mengatakan.” Ujar Noel. Usai mengatakan hal itu, Noel melirik Sandra, “Hei, obat bius jenis apa yang kau berikan padaku?”
“Obat bius untuk anjing.” Sandra menjawab pertanyaan itu dengan sangat santai. Padahal jika diingat, Sandra baru saja memberikannya obat-obatan untuk hewan terutama obat bius dengan dosis yang tidak dia tahu.
“Berapa lama sampai efeknya habis?”
“Sekitar satu atau dua jam, tergantung tubuhmu memberikan respons.”
“Apa kau punya obat untuk mencegah efek sampingnya?”
“Aku tidak tahu tentang efek samping apa yang akan terjadi pada tubuhmu. Tapi, kurasa dia harus pergi ke apotek terdekat untuk membeli beberapa antibiotik, kain kasa dan beberapa medikal kit untuk manusia.” Ucap Sandra sambil melirik ke arah Kanaya.
“A—ku?” Kanaya menunjuk batang hidungnya sendiri.
“Siapa lagi? Kau sudah memintaku mengambil peluru dari tubuh orang itu dan sudah kulakukan. Sekarang, tugasmu untuk membelikan dia obat-obatan kalau kau ingin dia tetap hidup tanpa bantuan medis khusus untuk manusia.”
Mendengar pernyataan Sandra, tentu saja Kanaya terkejut. Awalnya dia mendapatkan rumahnya dimasuki oleh orang asing, yang orang asing itu adalah buronan dan sekarang, ketika penyusup yang juga adalah buronan itu sudah dia obati, orang itu malah sekarat dan akan mati jika dia tidak membawakan obat-obatan pasca operasi.
“Kurasa hubungan kalian sudah lebih baik, maka dari itu, aku akan kembali. Selamat malam.” Sandra berpamitan, meninggalkan Kanaya dan Noel sendirian. Melihat Sandra berjalan pergi meninggalkan rumahnya, buru-buru Kanaya berlari menghampiri Sandra yang akan meraih gagang pintu.
“Tunggu! Tunggu! Kau membiarkanku berdua saja dengan orang itu?”
“Apa salahnya? Kau yang memilih dia untuk tinggal dan melupakan tentang melapor pada polisi. Jadi, nikmatilah.” Ujar Sandra sambil beberapa kali menggidikkan bahunya tanda kalau pemilik pet shop itu tidak ingin terlibat terlalu jauh. “Oh, nanti belikan saja dia resep obat yang akan kukirimkan melalui emailmu. Jadi, usahakan kalau kau bisa mendapatkannya sesegera mungkin, oke!”
"A—?!"
Belum sempat kanaya bicara, Sandra sudah melambai dan menghilang di balik pintu. Meninggalkannya sendirian bersama pria aneh menyebalkan dan seorang buronan. Kanaya kembali menatap Noel lekat-lekat, dia tidak tahu harus dipakannya pria itu. Buru-buru dia berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai dua, dengan langkah yang sangat cepat dan setengah berlari, Kanaya meninggalkan Noel naik kemudian turun beberapa saat kemudian dengan sebuah selimut, bantal dan sehelai kemeja yang dia lipat bersusun kemudian dia taruh begitu saja di atas meja tepat di hadapan Noel.
Usai menaruh selimut dan bantal itu, Kanaya kembali menelan ludahnya susah payah. Dia mungkin tidak takut apa pun tapi tinggal seatap dengan seorang buronan adalah ide paling gila yang pernah dia pikirkan.
"I—itu ada kemeja bekas ayahku, kau bisa memakainya lalu kau bisa mengembalikannya padaku setelah kau bisa beli yang baru." Ucap Kanaya terbata-bata sambil menunjuk-nunjuk kemeja yang terlipat rapi di atas bantal juga selimut.
Noel hanya bisa diam sambil menatap semua benda yang diberikan oleh Kanaya untuknya sambil terus mendengarkan bagaimana wanita itu kebingungan dengan tingkahnya sendiri.
"Kau bisa tidur di sini malam ini sampai aku membereskan kamar di baseman aku tidak ingin kau pergi ke mana pun!" Kanaya memperingati. "Di sana ada cctv!" Tunjuk Kanaya ke arah cctv yang terpasang di sudut kitchen set dapurnya.
Noel mencoba mengikuti arah telunjuk Kanaya dan benar saja, dia menemukan sebuah cctv dengan kamera yang cukup kecil terpasang di sudut rak paling atas kitchen set milik wanita itu. Tidak hanya itu saja cctv yang dipasang di rumah tersebut, ketika Noel mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah, dia juga yakin kalau di rumah tersebut masih ada beberapa cctv dengan ukuran kamera yang jauh lebih kecil dari cctv umumnya, seperti yang terpasang pada kitchen set di sana. Namun, Noel tidak melihatnya. Seakan tahu dengan yang dicari oleh Noel, Kanaya pun mendengkus.
"Kau tidak akan menemukannya tapi seperti yang pikirkan, aku menaruh cukup banyak cctv di rumah ini," Kanaya memberitahu, "kau kuizinkan tinggal bukan berarti kau bisa melakukan apa pun. Aku akan membelikanmu obat-obatan yang kau butuhkan besok, sekarang kau silakan bertahan dengan parasetamol ini. Kurasa ini akan membantu sampai besok pagi dan untuk tidur, kau bisa pakai selimut dan bantal itu malam ini." Kanaya menambahkan sambil melempar satu strip parasetamol di meja.
"Kau pikir benda itu bisa aku gunakan pasca operasi ilegal yang kalian padaku?" Noel memprotes.
"Hei! Harusnya kau berterima kasih padaku karena aku tidak membiarkanmu mati kehabisan darah!"
"Dengan kemungkinan aku juga bisa saja mati karena obat bius khusus untuk anjing yang kalian gunakan padaku?"
"itu...!"
Kanaya tidak bisa menjawab kalimat terakhir Noel. Memang harus diakui kalau tindakan yang dilakukan olehnya bersama Sandra memang terbilang sangat ekstrim tapi, setidaknya dia sudah berusaha agar tidak ada seseorang yang mati konyol di rumahnya lalu, rumahnya akan didatangi polisi, wartawan dan semua tetangga yang ingin tahu tentang apa yang sudah terjadi di rumah itu, belum lagi dengan dirinya yang disuruh bolak-balik ke kantor polisi untuk dimintai keterangan juga lainnya. Tentu saja itu akan lebih merepotkan dibanding dengan menyembunyikan seorang buronan.
"Terserah! Yang penting sekarang kau tidur di sini sebelum aku memberikan perintah lebih!"
"Bagaimana kalau polisi datang ke tempat ini?"
"Mereka tidak akan datang lagi sampai besok siang. Sebagai polisi harusnya kau tahu mengenai kode etik ptentang penggeledahan." Itu kalimat terakhir Kanaya sebelum meninggalkan Noel di ruang tengah.
***
Seekor kucing jenis American Short Hair berwarna kuning dengan sedikit warna putih di bagian leher dan kaki belakang itu baru saja selesai diberikan vitamin oleh Sandra dan dia biarkan berkeliaran di sekitar toko. Beberapa kali kucing berusia sekitar enam bulan itu terlihat naik dan turun dari meja kemudian berlari ke arah spot berisi mainan kucing di sebelah meja kasir.
Space yang diberikan oleh Sandra untuk menaruh mainan-mainan itu cukup untuk menaruh sebuah karpet bulu yang cukup lembut, sebuah cat scratcher condo dengan ayunan dan tenda kecil yang kapan pun bisa digunakan untuk bermain di samping bola-bola karet juga mangkuk air minum. Sambil membereskan peralatan yang baru saja dia gunakan untuk memberikan asupan multivitamin, Sandra membiarkan kucing itu bermain. Padahal, dua hari lalu ketika pemiliknya membawa kucing itu ke kliniknya, kucing itu nyaris tidak ingin melakukan apa pun kecuali tidur, terlihat seperti sekarat tapi masih sanggup makan dan hari ini kucing itu sudah jauh terlihat lebih baik. Usai menaruh kotak obat-obatan miliknya, Sandra kembali mengeluarkan kotak P3K, menaruhnya di meja sebelum kemudian mengeluarkan seekor kucing lain dari dalam kandang lalu menaruhnya di meja pemeriksaan, sesaat sebelum seseorang datang ke toko tersebut.
Lonceng yang dipasang oleh Sandra di pet shop miliknya selalu berbunyi ketika ada seseorang yang datang. Dan siang itu, bel lonceng di belakang pintu kembali terdengar, sangat menangkan, bahkan beberapa ekor anjing yang sedang menunggu untuk dijemput oleh pemiliknya di tempat itu pun, mulai menyalak karena kegirangan melihat ada orang yang datang ke dalam toko tersebut setelah sepanjang pagi tidak ada satu pun yang datang, termasuk pemilik mereka.
Ya, selain membuka klinik dan menjual makanan, obat-obatan dan beberapa perlengkapan untuk hewan, Sandra juga membuka jasa grooming dan penitipan hewan untuk orang-orang yang bepergian ke tempat yang tidak memperbolehkan mereka membawa hewan peliharaan dengan biaya sebesar dua puluh dolar per hari, dengan makanan yang dibawa sendiri oleh si pemilik.
“Aku kehabisan uang.” Ucap Kanaya tiba-tiba setelah wanita itu masuk dan duduk di kursi tepat di depan meja kasir tempat di mana Sandra tengah berdiri sambil mengelus seekor kucing yang juga adalah ‘pasien’ di klinik tersebut, terlihat jelas dari perban di kaki depan sebelah kanan kucing itu terlihat masih sangat baru. Dan karena 'pasien' itu, Sandra mengabaikan ucapan Kanaya sebelumnya.
“Kenapa dia?” tanya Kanaya yang perhatiannya juga ikut teralih pada kucing yang sedang dielus oleh Sandra, membuat wanita itu sedikit tertarik untuk ikut mengelus kucing berwarna abu-abu dengan sedikit warna kuning di sekitar wajah dan beberapa bagian tubuhnya. Terlihat eksotis dan garang di waktu bersamaan.
“Kakinya patah, tapi sekarang sudah jauh lebih baik.” Ujar Sandra sambil mengusap kepala kucing itu dan sang beruntung, kucing itu seolah berterima kasih hanya dengan sebuah ngeongan ringan juga sedikit dengkuran yang terdengar menenangkan.
“Pemiliknya?”
"Dia kucing liar yang kutemukan di jalan. Mau pelihara dia?”
“Kau meledekku? Aku mana punya uang untuk membeli makanan dan semua obat-obatan yang dia butuhkan. Untuk beli makananku saja aku kebingungan, sekarang, gara-gara obat-obatan yang kau minta kubeli untuk orang itu.” gerutu Kanaya sambil melirik Sandra semenara tangannya masih belum berhenti mengelus kucing tersebut.
Mendengar gerutuan Kanaya, Sandra hanya bisa tersenyum sinis. “Salahmu karena kau sudah menerima orang itu di rumahmu, nona muda.”
“Apa boleh buat, aku harus mendapatkan kehormatanku.”
“Kau tidak mungkin mendapatkan hal itu hanya dengan memelihara seorang villains.”
“Aku tidak yakin.”
“Apa lagi yang membuatmu tidak yakin, huh? Dia masuk ke rumahmu tanpa izin, dia menodongmu dengan senjjata dan sekarang, kau mengatakan bahwa kau tidak yakin kalau dia itu bukan penjahatnya di sini?!” marah Sandra sambil menoyorkan kepala Kanaya beberapa kali hingga si empu sedikit marah.
“Tahu! Aku tahu! Aku tahu, kalau dia itu kriminal, tapi kita tidak bisa begitu saja menghakimi dia dengan sebutan buronan begitu saja.” Kanaya seolah membela pria bernama Noel itu, membuat Sandra hanya bisa menggeleng.
“Kau lupa, semalam dia mengatakan kalau dia baru saja membunuh seseorang?” Sandra mengatakan hal yang membangkitkan ingatan Kanaya tentang semalam, usai pria bernama Noel Erden itu sadar pasca operasi dari bius yang diberikan oleh Sandra dari obat-obatan hewan yang dia miliki di kliniknya. Namun, dari pembunuhan itu, Noel juga memiliki versi miliknya sendiri yang mengatakan kalau dirinya dijebak untuk pembunuhan tersebut
“Aku ingin tahu alasan kenapa dia bisa sampai membunuh seperti itu.” ucap Kanaya sangat yakin dengan apa yang dia pikirkan meski dia tahu kalau Sandra sama sekali tidak sependapat dengannya dan tetap menganggap bahwa Noel adalah penjahat, buronan, dan harus segera dilaporkan pada polisi untuk diamankan.
“Apa dari pengakuannya saja tidak cukup?” tanya Sandra yang tak habis pikir dengan yang sedang dilakukan oleh sahabatnya saat ini.
Kanaya menggeleng. “Belum.”
“Dari mana kau tahu kalau apa yang dia katakan itu belum seratus persen dari kejadian yang sudah pria itu alami?” Sandra benar-benar dibuat kesal dengan sikap keras kepala Kanaya. "
“Aku tahu.”
Sandra mendengkus sambil menggeleng. “Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau pikirkan. Tapi cepat atau lambat, orang itu akan memberikan masalah untukmu."
Kanaya membenarkan ucapan Sandra dalam hati tapi, dia juga tidak bisa mengiyakan begitu saja karena bagaimana pun, dia seperti menemukan celah untuk dirinya bisa mendapatkan kembali pekerjaan dan nama baiknya dengan pria benrama Noel Erden ini.
"Sandra, kau ingat tentang pengusaha Pharmacy terkenal bernama Carlos Zelibbe Erden yang kuwawancarai enam bulan lalu?"
"Kau banyak melakukan wawancara dan kuingat adalah yang terakhir hingga kau dipecat."
"Berhenti mengingatkanku. Aku bersumpah akan mengembalikan uang orang itu buang. Dan akan kubongkar semua kejahatannya!" Kanaya tersulut emosi.
"Baik, lakukan. Tapi apa hubungannya dengan Carlos Zelibbe Erden ini?"
"Orang itu cucunya Carlos Zelibbe Erden, Noel Erden. Yang artinya, dia orang kaya dan aku harus menemukan alasan kenapa orang kaya seperti dia bisa melakukan kejahatan seperti ini."