15 - February - How to Fix This

1062 Kata
    Aku bekerja seperti biasanya. Seperti layaknya seorang penerjemah biasa. Jika mereka tidak membutuhkanku, aku hanya akan berdiam di kamarku sambil menerjemahkan dokumen-dokumen yang belum selesai kukerjakan. Sean telah mengatakan padaku bahwa ini hal terbaik yang seharusnya kulakukan dari awal.     Beberapa hari berlalu terus seperti itu. Aku telah menyelesaikan semua dokumen yang harus kuterjemahkan. Aku tidak menyangka akan membutuhkan waktu lama menyelesaikannya. Aku beranjak untuk menemui Xu Qiang. Sean mengatakan padaku bahwa pangeran sedang berada di lobby hotel dan akan keluar sebentar lagi. Aku segera masuk ke dalam lift untuk mengejarnya. Begitu lift berhenti, aku langsung berlari ke luar dan tidak sengaja menabrak seseorang yang sedang berdiri menunggu lift.     Kertas dokumen yang kubawa terbang berhamburan. Oh, tidak. Aku tidak akan sempat mengejar Xu Qiang! Aku langsung mengumpulkan kertas-kertas itu sampai lupa meminta maaf pada orang yang kutabrak itu.     “Oh, maaf. Biar kubantu mengumpulkannya,” sebuah suara dengan aksen Inggris yang sangat kental membuatku menengadah. “Terima kasih... eh?” Mataku membelalak seketika melihat orang yang kutabrak tadi. Seorang wanita paruh baya dengan rambut pendek sedang sibuk membantuku mengumpulkan kertas-kertas itu.     “Anda Ivonne Clutch, bukan?” kagetku sambil terus melihatnya. Wanita itu terkejut karena tidak menyangka ada yang mengenalinya. “Oh, bagaimana kau tahu?” tanyanya. Aku langsung tersenyum lebar dengan mata yang berbinar-binar. Aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan pengarang favoritku. “Saya bekerja di perusahaan penerjemah Interpretz dan saya pernah mengirimkan e-mail kepada anda!” jawabku antusias. Yah, walaupun mungkin dia tidak membacanya, batinku.     “Oh! Namamu Tomoka Manami 'kan?” aku benar-benar terkejut mendengarnya. Ivonne Clutch mengenaliku! Itu tandanya e-mail ku telah dibacanya dan ia mengingat namanya! Aku tersenyum mengangguk cepat padanya.     “Mau minum teh bersamaku?” tawarnya ramah sambil memberikan dokumen yang dikumpulkannya tadi. Aku benar-benar terkejut mendengarnya. Kesempatan ini sama sekali tidak akan datang dua kali kepadaku. Aku bisa minum teh dan mengobrol dengan pengarang favoritku! Kulupakan masalah dokumen yang harus kuantar ke pangeran. Aku tetap akan terlambat mengejarnya karena tabrakan tadi.  Aku langsung menganggukkan kepala dan menuju restoran di hotel itu. “Benarkah kau telah membaca buku-bukuku berulang-ulang?” Ivonne tersenyum dan berminat mendengarkanku. “Ya! Buku-buku anda telah menjadi bacaan favorit saya sejak masih sekolah. Saya benar-benar tidak merasa bosan membacanya!” kataku dengan sangat bersemangat. “Saya benar-benar sangat menyukai buku-buku anda! Dunia imajinasi yang anda buat sangat menarik! Karakter-karakternya terlihat sangat hidup!” lanjutku. Ivonne tersenyum lebar mendengarkanku yang masih bicara dengan sangat antusias.      Aku terus membicarakan mengenai buku-bukunya. Ivonne pun dengan senang menanggapiku. Hingga tiba-tiba, ia sedikit memajukan tubuhnya ke arahku dan memasang ekspresi yang sangat serius.     “Tomoka, apa kau mau menerjemahkan buku terbaruku?” tanya Ivonne menatapku. Aku kehilangan kata-kata dan tidak menyangka beliau akan menawariku langsung seperti itu. Ivonne mengenggam kedua tanganku dan menatapku dalam.     “Sebenarnya aku bekerja sama pada perusahaan kalian pada awalnya karena Fang Xu Qiang memintaku dan ia bersedia membayar dengan harga tinggi. Tapi, aku tidak memikirkan harganya sama sekali. Aku segan padanya karena aku pernah berhutang budi kepada keluarganya,” katanya pelan. Aku terdiam dan tidak menyangka hal itu sama sekali.     “Tapi, setelah aku bertemu denganmu dan mengetahui seberapa besarnya kau mencintai karya-karyaku, aku bisa mempercayaimu untuk menerjemahkannya.” Ivonne tersenyum padaku.     Aku dapat merasakan kebahagiaan merebak di dalam hatiku. Aku tidak tahu harus berkata apapun lagi. Aku tersenyum lebar dan Ivonne sudah mengerti maksudku.     Kami masih mengobrol banyak selama beberapa saat sebelum akhirnya ia pamit untuk berangkat ke bandara. Ia akan meninggalkan Jepang malam ini. Aku mengantarnya sampai ke depan hotel. Ivonne berhenti sejenak dan memandangku sambil tersenyum.     “Sebenarnya ini adalah sebuah rahasia. Tapi, kurasa kau perlu mengetahuinya,” katanya yang langsung membuatku penasaran.     “Tuan Xu Qiang mengatakan padaku bahwa kau ada di hotel ini. Karena itulah aku datang untuk melihatmu.” lanjutnya. Aku benar-benar terkejut mendengarnya.     “Dia memintaku untuk melupakan apa yang telah kami sepakati dulu. Dia juga mengatakan bahwa membeli surat izin dengan uang sama saja dengan bersikap tidak sopan padaku,” aku tercengang dan tidak menyangka Xu Qiang mengatakan hal seperti itu.     “Dia bahkan meminta maaf padaku! Aku benar-benar heran dengan sikapnya,” Ivonne membelalakkan matanya padaku. Aku hanya diam mendengarkan dengan bibir sedikit terbuka.     “Tuan Xu Qiang akhirnya memintaku untuk berbicara dengan wanita Jepang yang dikenalnya. Dia bilang kata-kata wanita ini telah merubah cara berpikirnya...” Ivonne tersenyum kembali padaku.     “Dia begitu antusias saat membicarakan tentang dirimu hingga aku begitu penasaran tentang wanita yang sanggup mengubah cara berpikir seorang pangeran. Karena itulah aku memutuskan untuk menjumpaimu,” Ivonne mengerling padaku sebelum membuka pintu taksi.     “Ternyata keputusanku untuk bertemu denganmu tidak salah. Aku percaya kau dapat mengubah karya-karyaku menjadi luar biasa,” Ivonne mengambil sesuatu dari dalam tas kecilnya.      Sebuah buku bersampul cokelat diberikan ke tanganku. Aku membaca judulnya dan terkejut. Itu adalah buku terbarunya Ivonne Clutch yang akan diterjemahkan olehku! Hatiku benar-benar dipenuhi dengan kegembiraan. “Terima kasih banyak, Ivonne!” kataku dengan penuh rasa syukur. Ivonne menggeleng perlahan sambil tersenyum.     “Berterima kasihlah pada tuan Xu Qiang. Dia yang lebih memperhatikanmu,” jawabnya sebelum akhirnya meninggalkanku yang masih tersenyum tidak percaya atas apa yang terjadi malam ini.     Aku benar-benar tidak percaya Xu Qiang akan berbicara seperti itu pada Ivonne. Tiba-tiba, aku merasakan aku ingin segera bertemu dengan Xu Qiang dan mendengarkan apa yang dikatakannya secara seksama. Aku sudah tidak ingin terus-terusan salah paham terhadapnya.      Aku langsung berlari ke kamar hotel dan bertemu dengan Sean yang mengerutkan kening padaku. “Kemana saja kau dari tadi??? Apa kau tidak menyadari posisimu yang masih bekerja???” tegasnya. “Ah, maafkan aku, Sean. Dimana pangeran?” tanyaku dengan terburu-buru. “Beliau ada di ruang baca. Ada apa?” kening Sean semakin berkerut. “Aku harus bicara padanya! Ada hal penting yang ingin kukatakan padanya!” aku berusaha untuk masuk tetapi Sean menghalangiku. “Akan aku sampaikan pesanmu. Apa itu?” dia tetap tidak mengizinkan aku untuk masuk. “Tidak perlu. Aku mau bicara langsung dengannya. Kumohon, Sean...” pintaku memelas padanya. Sean menaikkan alisnya sebelah. “Lima menit. Aku hanya memberimu waktu lima menit saja. Ingat itu,” katanya. Aku langsung berhambur menuju ruang baca.     “Xu Qiang!” panggilku sambil langsung membuka pintu. Aku lupa mengetuk pintu karena terlalu antusias.     “A... apa?” kagetnya karena aku tiba-tiba masuk ke ruangannya. Ia sampai duduk tegap karena terkejut. Aku mengacuhkan ekspresi kagetnya dan langsung memegang kedua tangannya dengan penuh terima kasih. Xu Qiang masih mengernyit heran padaku.     “Terima kasih karena kau sudah memberiku kesempatan!” kataku dengan penuh semangat. Senyum tidak berhenti terukir di bibirku.     “Kesempatan?” bingungnya. Ia memandang pada buku bersampul cokelat yang ku jepit diantara lenganku. “Ivonne Clutch telah memberitahuku semuanya!” jelasku hingga dia membelalak.     “Dia memberitahumu walaupun kubilang itu rahasia???” kagetnya. Wajah Xu Qiang mulai memerah. Aku hanya diam sambil tersenyum kearahnya. Xu Qiang sama sekali tidak berani memandangku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN