Jantung Ruby seketika nyaris berhenti berdetak! Mata membola syok!
Dia sepertinya tidak asing dengan rombongan pria berjas hitam yang datang tiba-tiba di depannya sekarang ini.
Carlos, pria preman bertampang lumayan itu mengeryitkan kening tak suka, mencengkeram kuat pergelangan Ruby sambil menatap marah kepada pria berjas hitam yang baru saja berteriak ke arah mereka.
“Siapa kalian?!”
“Lepaskan nona Andara jika tidak ingin mendapat masalah.”
Pria berjas hitam maju dengan gagah berani, dewasa, dan terlihat memiliki postur yang tinggi. Suaranya dalam dan tampaknya terlatih untuk membuat lawan bicaranya merasa gentar dan tunduk dengan cepat.
Dilihat dari semua pria berjas hitam yang sudah turun dari 3 mobil hitam bersamanya, jelas dia adalah ketuanya.
Leon?
Sekujur tubuh Ruby menggigil dingin oleh rasa takut luar biasa.
Dia adalah salah satu orang kepercayaan Aidan Huo!
Bagaimana dia bisa ada di sini? Apa yang dia inginkan?
Dalam hati, Ruby sebenarnya sudah tahu jawabannya. Hanya saja dia terlalu takut dan ngeri memikirkan kenyataan pahit yang sedang menjerat hidupnya.
Carlos meremehkan Leon, mendengus geli sambil menyentak Ruby maju ke sisinya.
“Kalian mengenal wanita ini? Apa yang telah dilakukannya? Apakah benar dia mencuri sesuatu dari kalian? Jangan khawatir, kalian boleh ambil barang-barangnya, tapi wanita ini tetap ikut bersamaku. Masalah membawanya ke kantor polisi hanyalah perkara kecil. Dia ini jelek dan pincang, sulit untuk kabur, bukan?”
Leon mengeraskan rahangnya, mata berkilat penuh ancaman.
Di bawah cahaya lampu remang-remang, Ruby semakin jelas melihat wajah Leon ketika pria itu melangkah mendekat.
“Hei! Apa kamu tuli? Kalian dari geng mana? Mentang-mentang punya pakaian bagus dan mobil mewah, apa kalian pikir bisa membuatku takut? Walaupun begini, aku juga punya banyak jaringan di ibukota! Katakan, siapa bos kalian itu, hah? Biarkan aku bicara dengannya!”
Carlos semakin tidak suka dengan kehadiran para pendatang baru itu, membuatnya semakin waspada.
Rubyza Andara yang hanya bisa menciutkan dirinya dengan wajah pucat, tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, dia memilih diam, tidak ingin memicu masalah baru.
Ruby pikir, Carlos yang sedang menahannya sekarang benar-benar gila sudah berani melawan Leon! Tidakkah dia merasakan aura menakutkannya itu?
“Nona Andara, mari ikut kami.”
Leon mengabaikan ucapan setengah mabuk Carlos, malahan berbicara sopan dan sangat gentleman kepada wanita di sebelahnya. Menatap Ruby tajam dan penuh keseriusan yang langsung menikam punggungnya, seolah-olah badai es telah jatuh di sana.
Carlos mendengus remeh, menyentak Ruby lebih dekat ke sisinya hingga terlihat seperti sedang memeluk sebuah boneka menyedihkan.
“Apa kamu buta? Wanita ini jelas-jelas tidak ingin ikut dengan kalian. Jangan-jangan kalian ini orang jahat, ya? Mafia dari mana, hah? Jangan berani-berani membuat masalah! Kamu tahu siapa penguasa di tempat ini?”
Lagi-lagi Leon mengabaikan ocehan Carlos yang terdengar begitu sombong.
Melihat Ruby tidak bergerak sedikit pun dari posisinya, terlihat takut begitu jelas dengan kehadiran mereka, Leon segera menekan sebuah alat komunikasi di telinganya, berbicara berbisik dengan kepala dimiringkan kepada seseorang.
Sementara di luar mulai dikomentari oleh orang-orang Carlos, dan jelas ingin melawan anak buah Leon, dari salah satu mobil hitam itu, sebuah sosok bermantel hitam panjang akhirnya turun dengan aura mengintimidasi.
Aidan Huo muncul dengan pembawaan dingin bagaikan seorang raja agung dan berkuasa.
Melihat sosok yang sangat dikenalnya itu meski tersembunyi oleh kegelapan malam, Rubyza Andara langsung kesulitan bernapas! Wajahnya memburuk bagaikan bubur busuk!
Tubuh wanita dengan jas hujan itu semakin gemetar tak terkendali, langsung berlutut ketakutan di tanah sambil memeluk tangan Carlos bagaikan tumpuan hidup terakhirnya.
“Hei! Apa yang kamu lakukan?” bentak Carlos marah, menunduk melihat Ruby yang sudah bersandar di kakinya sambil menggelengkan kepala seperti orang yang sedang kesurupan.
“Tidak! Tidak! Aku tidak ingin pergi dengan mereka! Tolong aku! Aku mohon, tolong aku!” racau Ruby gila, kedua bola matanya bergerak-gerak liar, rasa ngeri menghiasi wajah pucatnya. Kedua tangan menarik-narik tangan Carlos.
Dia tidak akan baik-baik saja jika sudah jatuh ke tangan Aidan!
Bahkan di saat seperti ini, Carlos yang baru saja ditemuinya dan jelas-jelas adalah orang jahat, di matanya malah lebih baik daripada Aidan Huo!
Ya! Setakut itulah Ruby kepada Aidan, wahai para pembaca!
Aidan Huo yang melihat tingkah gila dan tidak masuk akal Ruby segera memicingkan matanya dingin. Ekspresinya sangat tidak baik. Kegelapan menjatuhi matanya, seolah-olah pria ini membawa badai untuk menghancurkan Ruby dalam sekali tatap.
Meski hanya diam saja, aura mengintimidasi Aidan benar-benar kuat. Bahkan Carlos dan rombongannya bisa merasakan tekanan darinya. Seketika saja mereka menjadi waspada tingkat tinggi.
“Kamu siapa?!” teriak Carlos sok berani, menatap Aidan Huo dengan mata memicing sombong.
“Masuk ke mobil, atau kamu akan tahu risikonya jika melawanku,” ucap Aidan dingin. Mata menyipitnya menatap sinis Ruby yang bersembunyi di balik tubuh Carlos—semakin menciutkan tubuhnya ke tanah seolah akan tenggelam di sana.
Ruby yang gemetar luar biasa bahkan membuat Carlos terkejut. Dia bisa merasakan tubuhnya gemetar ketakutan tak terkendali.
“Hei, jelek! Kamu mengenalnya? Kamu punya hutang, ya, dengan mereka? Katakan saja berapa? Kamu masih bisa jual diri dengan tubuhmu itu, aku akan bantu melunasinya. Wajah monstermu masih bisa ditutupi dengan make up. Aku jamin pasti akan ada banyak pria yang menyukaimu. Bagaimana? Kamu mau, kan, ikut denganku?”
Carlos terdengar seperti bicara sembarangan. Namun, apa yang dikatakannya sebenarnya tidak salah juga. Ruby memang pincang, kurus, dan wajahnya cacat dengan suara seraknya, tapi dia punya modal dasar yang bagus dengan kulit dan bentuk tubuhnya. Jika dirawat, maka tentu saja bisa meningkatkan nilainya.
Penilaian Carlos terhadap seorang wanita terbilang sangat ahli, bahkan bisa segera menangkap Ruby yang terlihat sangat mengerikan dengan sekujur tubuh penuh luka.
Otak Ruby sama sekali tidak bisa mencerna dengan baik kalimat Carlos. Yang ada di dalam pikirannya adalah kabur sejauh mungkin dari sosok pria dingin menakutkan di depan sana. Maka dari itu, wanita ini hanya bisa mendengar ajakan pergi dari Carlos, sama sekali tidak menangkap semua perkataannya.
“Aku mau! Aku mau! Aku akan ikut denganmu ke mana pun kamu pergi asalkan tidak melihat mereka lagi!”
Ruby meracau semakin gila, menarik-narik tangan Carlos sambil mendongak menatapnya putus asa, memohon dengan mata nanar.
Wajah Ruby memang jelek, tapi ekspresinya yang rapuh dan kasihan itu membuat Carlos tertegun kaget dan terpesona di saat yang sama. Kecantikan rapuhnya membuat darah Carlos berdesir hebat. Dia memang tidak salah menilainya!
Heh! Daripada orang lain mencicipnya, bukankah lebih baik menjadi miliknya?
Senyum Carlos terentang lebar, mata dipenuhi oleh nafsu yang meledak-ledak!
“Kalian dengar itu? Dia tidak ingin pergi dengan kalian! Sebaiknya jangan membuat masalah di tempat ini! Kami tidak ingin membuat kalian masuk rumah sakit!” ancam Carlos, sombong dan percaya diri. Dia menarik Ruby dari tanah dan segera memeluknya mesra. Wanita itu hanya bisa menciut menundukkan kepalanya pasrah.
Ruby tidak berani melihat wajah Aidan!
Dari tatapan panasnya saja, Ruby bisa menebak kalau pria itu sekarang sangat marah sampai ingin mencincangnya!
Benar saja. Aidan Huo semakin dingin melihat pemandangan di depannya. Wajah sudah mengandung awan badai. Bibir tipis seksinya merapat sempurna menahan makian yang ingin terlontar keluar.
Wanita itu! Sejak kapan dia menjadi begitu haus belaian?!
Dia tahu Ruby telah menikah lima kali selama ini, tapi tidak menyangka dia ternyata semurah itu. Jual diri? Ikut bersama preman menjijikkan itu?
Kegeraman hadir di hati Aidan tanpa disadarinya.
Aidan tidak bisa menerima kalau wanita yang telah mengejarnya selama bertahun-tahun, kini malah lebih memilih preman asing yang jelas-jelas terlihat sebagai sampah masyarakat!
“Rubyza Andara, kamu tahu betapa aku membenci mengulang perkataanku, bukan?” sindir Aidan dingin, lalu mengedikkan kepalanya arogan kepada Leon yang menoleh ke arahnya.
Ruby yang melihat apa yang akan dilakukan oleh Leon, segera menarik bagian depan baju Carlos, berbicara dengan panik, “hentikan mereka! Hentikan mereka! Ayo segera pergi dari sini!”
Carlos mengerutkan kening kesal, lalu memeluk pinggang Ruby mesra. Berbisik seksi setengah mabuk sambil menatap lapar kepada wajah unik Ruby, “kamu sungguh tidak mau dibawa pergi oleh mereka, bukan? Kalau begitu, tunjukkan kepadamu kesungguhanmu yang ingin bersamaku. Cepat cium aku!”
Aidan Huo yang melihat dan mendengar semua itu tertegun kaget bagaikan disambar petir di kepalanya, mata membesar dipenuhi amarah dan kebencian. Kedua tangan mengepal kuat, hati memanas luar biasa!
“Leon!” titahnya dingin dan mengancam, mata terus tertuju kepada Ruby yang tampak linglung mendengar perintah dari Carlos.
Segera mendengar namanya disebut, Leon memberi kode kepada para bawahannya untuk bersiap-siap merebut Ruby dari Carlos. Mereka mengelilingi para preman tersebut dalam kuda-kuda siap menyerang.
“Nama panggilanmu pasti Ruby, kan? Ruby, cepat cium aku jika kamu ingin ikut denganku!” desak Carlos licik, tersenyum jahat, matanya bersinar mengerikan menatap Ruby yang ketakutan parah.
Melihat Ruby yang pucat mengangguk kaku, mata dipejamkan, dan mulai memajukan wajahnya perlahan, Aidan meringis murka, segera saja meraung bagaikan singa yang marah: “RUBYZA ANDARA!”
Teriakan keras Aidan membuat Ruby syok, membuatnya segera sadar dari apa yang barusan hendak dilakukannya.
Ruby membeku linglung. Belum pernah merasa serba salah seperti ini, dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya mengikuti insting untuk menjauh dan lari dari Aidan, tidak peduli apa pun caranya.
“Jangan membuatku lebih marah lagi!” ancam Aidan dingin, suara geramannya dalam. Sangat tirani dan kuat. Matanya sekarang sangat sakit bagaikan ditusuk besi panas melihat Carlos memeluk Ruby seperti sepasang kekasih yang sulit untuk dipisahkan.
Aidan Huo menggigit gigi marah, menahan gejolak panas di dalam hatinya.
Dia tidak pernah merasakan perasaan aneh ini sebelumnya ketika wanita itu masih terlihat cantik seperti seorang putri yang begitu anggun dan berkelas. Tapi, kenapa ketika dia terlihat begitu menyedihkan dan rapuh, hatinya malah tidak bisa berpaling?
Rasa panas menggelegak bagai lava di dadanya membuat akal sehat Aidan terganggu.
Dia bahkan lebih marah lagi ketika dengan mata kepalanya sendiri, Ruby malah lebih memilih pria lain yang lebih rendah daripada dirinya, dan juga ingin menciumnya tanpa ragu agar bisa lepas darinya.
Ketika dulu mendengar wanita itu menikah sampai 4 kali setelah bercerai dengannya, dia tidak pernah merasa sekesal ini sampai merasa ingin gila dibuatnya. Sialan!
“Tuan kaya raya, tidakkah kamu keterlaluan? Wanita jelek ini tidak ingin ikut dengan kalian! Kalau ada masalah, kita bisa bicara baik-baik, bukan? Wanita ini sudah menjadi milikku! Otomatis aku yang akan bertanggung jawab kepadanya. Jadi, katakan, apa yang kalian inginkan agar mau melepaskannya?”
Ocehan Carlos yang setengah mabuk itu membuat kuping Aidan panas seperti berdarah. Sosoknya menjadi semakin dingin dan gelap, langsung saja bisa dirasakan oleh Ruby kalau kali ini dia benar-benar sangat marah hanya dalam sekali lihat.
Hawa dingin segera memeluk hati Ruby, membuat napasnya tercekat-cekat. Panik, tapi tidak bisa bergerak dari posisinya saat ini. Dia benar-benar sangat takut dengan Aidan!
Firasat Ruby benar adanya.
Tidak ingin buang-buang waktu, Leon yang mendapat perintah dari Aidan melalui gerakan ringan kepalanya, langsung memerintahkan para anak buahnya untuk menjatuhkan Carlos dan rombongannya.
Pergulatan itu berlangsung cukup panas, karena ternyata pihak Carlos lumayan bisa berkelahi. Namun, tentu saja mereka yang preman jalanan tidak akan bisa menang melawan para pengawal yang dilatih secara khusus selama bertahun-tahun.
Carlos yang bertahan cukup lama melawan Leon, akhirnya tumbang babak belur di sisi Ruby yang duduk terhenyak kaget di tanah.
Wanita berjas hujan itu gemetar menatap syok pada tubuh yang bergelimpangan di depannya, mengerang kesakitan akibat perkelahian singkat mereka.
“Sudah cukup terhibur?” sinis Aidan dingin, tiba-tiba saja sudah berdiri di depan Ruby.
Ruby mendongak kaget, mata saling tatap.
Tubuh Aidan Huo terbilang sangat tinggi, membuat sosok menyedihkan Ruby tertutupi dengan baik.
“Cepat berdiri, dan masuk ke mobil,” lanjut Aidan, lebih dingin daripada sebelumnya. Mata memicing dingin dengan tatapan jijik ke arah lawan bicaranya.
Ruby yang sadar dari aura mengintimidasinya,langsung menyentuh satu sepatu mewah Aidan, memohon panik dengan sangat menyedihkan di tanah seperti pengemis yang kesurupan.
“Tuan Huo! Tuan Huo! Saya mohon! Tolong biarkan saya pergi! Saya sungguh berjanji tidak akan pernah lagi muncul di hadapan Anda seumur hidup ini! Tidak akan berani lagi membuat masalah, atau pun melakukan hal-hal bodoh! Tolong lupakan masa lalu di antara kita berdua! Saya salah! Saya tidak pantas menghirup udara yang sama dengan Anda! Mohon ampunan Tuan Huo kali ini!”
Aidan Huo menatap suram tingkah Ruby.
“Cepat berdiri!” titahnya dingin, mulai tidak sabaran dan menyeret kasar tubuh Ruby bersamanya.
Rubyza Andara gemetar ketakutan!
Dia tidak bisa melawan. Tubuhnya terseret menyedihkan sepanjang jalan. Air mata kesakitan mulai membasahi wajah jeleknya dalam diam, megap-megap dalam keadaan linglung, tidak tahu harus berkata apa.
Ketika Aidan hendak memaksanya masuk ke dalam mobil, Ruby melihat kesempatan! Dia segera kabur darinya!
“RUBYZA ANDARA!”
Aidan Huo meraung penuh amarah, suara melengking tinggi. Mata dingin dan gelapnya berkilat sangat mengerikan!