Ruby yang panik sambil berlari dengan kaki pincangnya, segera meraih tas yang terjatuh di aspal, melupakan barang bawaan lain. Wajah pucat dan gemetar dinginnya sudah membuat wanita ini seperti akan pingsan ketika mendengar teriakan tirani Aidan di belakang.
Lari! Lari yang jauh! Aidan Huo pasti akan menyiksanya tanpa ampun!
Pria dingin itu sangat tidak berperasaan dan sangat keji kepada dirinya sejak dulu. Mustahil akan dibiarkan lepas begitu saja setelah semua yang terjadi sampai detik ini!
Ruby berlari sekuat tenaga, dan ajaibnya cukup menjaga jarak dari mereka. Kegembiraan kecil mendadak muncul di hatinya begitu melihat sebuah taksi dari jauh.
“Taksi! Taksi!”
Jas hujan dibuka sambil terus berlari, sedikit membuatnya lebih cepat hingga akhirnya memblokir taksi tersebut.
“APA KAMU MAU MATI, HAH?” teriak sang supir, keluar dari taksi dan melihat Ruby mengerang kesakitan di tanah. Dia tidak sempat melihatnya yang memakai jas hujan gelap, makanya hampir saja menabraknya sampai mati.
“NONA ANDARA! TOLONG KEMBALI!” teriak Leon keras.
Kesadaran Ruby segera berkobar, dengan panik dan gemetar dingin bergegas bangkit dan mengguncang kedua bahu supir taksi yang marah.
“Pak! Tolong bawa saya keluar dari tempat ini! Mereka ingin menangkap saya! Mereka itu orang jahat!” oceh Ruby dengan suara tidak terkendali.
“Apa?! Apa maksudmu?!”
“Ini! Ini tas saya! Anda boleh mengambilnya semua!” terang Ruby panik, meraih ponselnya dari dalam tas, lalu memberikan sisanya ke tangan sang supir.
“Apakah mereka sungguh orang jahat?!”
“Benar! Mereka sangat jahat! Tolong, Pak! Kita segera pergi dari sini!”
Sang supir menatapnya tak percaya, lalu dengan sebelah kening ditautkan mengintip isi tas Ruby yang membuat bola matanya syok.
“Kamu yakin mau memberiku uang sebanyak ini?”
“Yakin! Sangat yakin! Ayo, Pak! Cepat kita pergi dari sini!”
Ruby semakin gemetar ketakutan melihat Leon dan yang lainnya kini sudah berjarak sekitar 5 meter darinya. Saking gugupnya, wanita ini menghentak-hentakkan kakinya bergantian di tanah sambil memohon seperti anak kecil.
“Cepat! Cepat! Mereka akan menangkapku!” cerocos Ruby kalut, mendorong panik sang supir taksi masuk ke mobil, dan segera duduk di belakang sambil mengunci semua pintu yang ada.
“Baiklah! Duduk yang baik!”
Sang supir tampak antusias, dan segera menginjak gas kuat-kuat melewati para pengawal Aidan yang tampak kecewa dan marah kehilangan buruannya.
“Cepat bersiap! Kita kejar mereka!” perintah Leon.
“Siap!”
Di dalam mobil, Ruby tersenyum sangat lebar seperti orang gila dengan air mata meluruh dahsyat.
Akhirnya! Dia bisa lari dari Aidan!
Sayangnya, kesenangan Ruby hanya berlaku sebentar. Dari balik jendela kaca mobil yang hanya diterangi oleh cahaya redup, dia yang tengah mengintip keluar hendak memeriksa keadaan, seketika sangat syok melihat wajah tampan dan dingin Aidan muncul tepat di jendela mobil, persis berpapasan di depan matanya dan tengah menatapnya penuh amarah!
Sontak saja hal itu membuat Ruby mundur dari jendela, punggung menabrak pintu lain di belakangnya. Wajah memucat seperti hantu!
“Hei, nona! Kamu baik-baik saja?”
Supir di depan bertanya cepat sambil tetap mengemudi gila-gilaan.
“Cepat, Pak! Lebih cepat lagi!” seru Ruby, kali ini melihat ke jendela belakang mobil di mana Aidan yang tengah berdiri tenang di tepi jalan, kini sudah naik ke dalam mobil dan bersiap untuk memburunya kembali seperti hewan buruan menyedihkan.
Sekujur tubuh Ruby merinding ketakutan! Otaknya seperti dikerubungi jutaan semut!
Pria kejam itu pasti sangat menikmati semua ini, bukan?!
Dia senang melihatnya menderita!
“Lebih cepat, Pak! Mereka sedang mengejar kita!” teriak Ruby seperti orang kesurupan, gemetar dingin sekujur tubuh hingga kedua kaki dan tangannya sedingin es!
Sang supir menggertakkan gigi menyadari guncangan tangan Ruby di bahunya, bisa merasakan betapa takut wanita itu kepada sekumpulan penjahat di belakang.
“Sebaiknya kita lapor polisi! Apakah mereka akan menjualmu?” teriak sang supir taksi, tapi tak dibalas apa pun oleh Ruby, masih gemetar dan pucat mengamati deretan mobil yang melaju kencang bergantian di luar sana.
Ruby menciut di salah satu sudut pintu, menggigit jari-jarinya menahan kecemasan yang terpantul jelas di kedua bola matanya yang kusam. Kedua kaki ditekuk hebat sambil menahan tubuhnya dari kekuatan dorongan mobil. Detik berikutnya, dia turun ke dasar mobil dan meringkuk ketakutan di sana seperti seorang pencuri yang takut dipukul mati oleh banyak orang. Kedua tangannya menutupi telinga, mata terpejam kuat.
Entah berapa lama waktu berlalu, Ruby tidak tahu pasti. Tiba-tiba saja taksi berhenti bergerak, membuat Ruby membuka mata sembabnya dalam keadaan linglung.
“Pak? Kenapa berhenti?!” teriak Ruby dengan napas menderu, mendongak melihat ke arah kursi pengemudi.
“Ma-maaf, nona! Tapi, aku masih sayang nyawa! Tolong segera turun dari mobil ini!” balasnya galak dengan bibir gemetar.
Ruby yang linglung dan masih saja terus gemetar ketakutan, akhirnya paham kenapa mobil tiba-tiba saja berhenti.
Di depan sana, sebuah mobil anak buah Leon berhenti dan menghalangi jalan, dan beberapa orang berpakaian hitam dengan sangat berani berdiri berjejeran sambil menodongkan senjatanya masing-masing ke arah taksi mereka.
Ruby yang menyadari situasi, seketika tidak bisa berpikir apa pun. Dia membeku dengan bibir merapat sempurna. Tatapan matanya kosong. Kukunya bahkan mencengkeram kulit kursi sampai membekas.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau Aidan semakin kejam dan buruk hanya dalam beberapa tahun mereka berpisah.
Bukankah memiliki senjata sebagai pengawal adalah ilegal di negeri ini? Dia pasti sudah menyuap banyak orang demi bisa mendapatkan perlindungan maksimal demi kepentingan pribadinya!
Aidan Huo berengsek! Dia semakin membencinya sampai ke tulang!
Leon yang datang dengan mobil lain bersama Aidan, segera mendekati pintu taksi dan mengetuk jendelanya sangat sopan.
“Nona Andara, tolong bekerja samalah dengan kami.”
Wanita itu menggeleng, menahan pintu mobil agar tidak terbuka sedikit pun. Sayangnya, sang supir sendiri sama takutnya dengan Ruby, keluar dari mobil dan malah menyerahkan Ruby begitu saja tanpa perlawanan.
Ruby yang kini dibanjiri keringat dingin, dan jantungnya sudah berdebar hingga naik ke gendang telinga seketika saja kepalanya berdenging hebat menatap deretan orang-orang Aidan di depan sana. Dunianya terasa menjadi gelap dan sempit, membuat dadanya terasa sangat sesak dan menyakitkan.
Serangan panik jatuh di hati wanita ini!
Dengan bola mata bergerak-gerak liar dan sudah seperti orang gila kehilangan akal, Ruby segera berpindah ke kursi pengemudi, hendak mengemudikan taksi itu sendiri.
Dia adalah nona besar di masa lalu! Kalau hanya sekedar mengendarai mobil, sejak dulu dia adalah ahlinya! Tapi, segala hobinya yang bersifat kelaki-lakian disembunyikan dari Aidan, takut dicap sebagai wanita yang sangat menjijikkan dan kasar. Sebab itulah dia selalu berusaha terlihat sangat cantik dan anggun seperti boneka atau pun seorang supermodel dengan baju-baju cantik dan mahal.
Ternyata, mau seperti apa pun berusaha untuk membuat seseorang menyukai kita, tetap saja tidak ada gunanya kalau memang sejak awal tidak suka dengan kita.
Penampilannya yang jelek dan sudah menjadi monster, pasti semakin membuat Aidan tidak suka kepadanya, bukan?
Di saat dirinya masih terlihat seperti seorang putri, Aidan masih menolaknya dan tetap berlaku kejam tanpa ampun. Apalagi sekarang!
“Mau ke mana?”
Sebuah suara super dingin dan rendah menebas hati Ruby!
Wanita itu linglung bagaikan disambar petir begitu melihat sebuah tangan besar dan lentik menangkap salah satu pergelangan tangannya di atas kemudi.
“Cepat turun sekarang juga,” lanjut suara setajam pisau es itu.
Ruby membeku syok, tidak berani bergerak, pun mendongak menatap pemilik suara menakutkan itu.
“Rubyza Andara, apa kamu mau aku memasang rantai di lehermu, dan menyeretmu seperti anjing?”
Aidan menyipitkan mata dingin, menatap wajah syok Ruby yang sudah mirip sebuah patung menyedihkan.
“Turun,” titah Aidan lagi, mencengkeram lebih kuat tangan sang wanita, dan menyentaknya kasar.
Ruby bertahan di kursi pengemudi, kepala tertunduk sangat rendah.
“Tu-tuan Huo! Saya mohon, lupakanlah semuanya yang telah terjadi di antara kita berdua selama ini! Saya tahu saya salah! Saya sudah menyadari semua kesalahan saya sejauh ini. Masalah mobil itu, saya tidak terlibat di dalamnya! Kalau ingin menghukum pelakunya, hukum saja dia!”
Aidan memuram dingin, lalu tertawa rendah mengejek sangat jahat.
“Aku sudah tahu siapa pelaku perusak mobil kesayanganku. Tapi, kamu terlibat atau tidak, mana bisa aku percaya kata-katamu saat ini? Selain itu, kamu yang semula berhati baik di depan pria itu, sekarang malah menyerahkannya begitu saja tanpa ragu demi keselamatanmu sendiri. Seperti biasa, kamu benar-benar keji, Rubyza Andara.”
Mendengar fitnah Aidan, kepalanya segera dinaikkan, menggeleng keras sambil mencoba melepaskan cengkeramannya yang semakin terasa menyakitkan.
Air mata Ruby meluruh tak terkendali, tapi terlihat jelas kelelahan di kedua bola matanya. Seolah-olah dia akan menyerah dan pasrah dengan keadaan.
Dengan suara gemetar dan gugup, serta meraih tangan lawan bicaranya menggunakan kedua tangan, dia memohon pilu dengan suara setengah berbisik, “Aidan, aku sangat memohon kepadamu. Tolong lepaskan aku. Tolong pertimbangkan kebersamaan kita selama 17 tahun ini. Kamu tahu kalau aku sudah lama menyerah kepadamu. Aku juga sudah tidak mencintaimu lagi. Tidak berani menginginkanmu seperti dulu juga. Aku meminta seperti ini sebagai seorang teman semata. Kalau kamu juga tidak mau menganggapku sebagai teman, aku akan bersujud berkali-kali sampai kepalaku berdarah agar membuatmu puas!”
Ruby menjelaskan maksud hatinya dengan sangat tulus, kemudian buru-buru keluar dari mobil, masih dengan Aidan mencengkeram salah satu pergelangan tangannya.
Wanita berwajah jelek itu mendongak, tatapan berkaca-kacanya terus meluruhkan air mata, berkata sangat lirih dan terdengar tercekat-cekat, “aku mohon! Aku mohon, Aidan! Tolong lupakan semuanya! Aku tahu kamu sangat membenciku, sangat jijik padaku. Bukankah aku sudah mendapat karma di dalam penjara itu? Aku sudah membayar semua kesalahanku di masa lalu. Kamu sudah memasukkanku ke dalam penjara seperti yang kamu mau selama ini. Apakah itu belum cukup?”
Aidan mendengar suara jelek dan memohon Ruby seperti ditusuk paku di telinganya. Wajah dinginnya semakin menggelap kelam, auranya sangat menakutkan, dan ingin sekali mencekiknya sampai mati!
Saat Ruby datang ke mansionnya dan meminta tolong, dia memang agak berubah sedikit, tapi perubahannya sekarang ini benar-benar di luar perkiraannya.
Suara dingin Aidan datang bagaikan pisau es, menusuk jantung Ruby.
“Apa kamu sebegitu inginnya kabur dariku sampai rela ingin jual diri kepada pria sampah itu?”
Ruby terbata syok. Tidak paham apa maksud ucapannya barusan.
Jual diri? Kapan dia setuju untuk jual diri?
Ruby yang tidak mendengar ucapan Carlos dengan jelas beberapa saat lalu, seketika linglung luar biasa.
Diamnya Ruby diartikan sebagai pembenaran oleh Aidan.
Hati pria dingin itu seketika memanas hebat, sakit bagaikan ditusuk oleh duri tajam!
Wajah Aidan menggelap sangat mengerikan, membuat Ruby nyaris berhenti bernapas! Dengan perasaan kalut, sekali lagi mencoba melepaskan cengkeramannya, tapi malah semakin diperkuat seolah tulang-tulangnya akan hancur.
“Sa-sakit! Aidan! Sakit!”
Aidan tidak membalas, memutar tangan Ruby dengan sengaja agar semakin kesakitan.
Wanita di kakinya ini benar-benar sangat luar biasa! Tidak pernah berhenti membuatnya takjub!
Selama bertahun-tahun Ruby telah mengejarnya seperti orang bodoh, dan sekarang malah menolaknya sampai tidak ragu ingin menjual diri?
Bagus! Bagus! Kalau itu yang diingikannya, maka dia akan mengabulkannya dengan mudah!
“A-Aidan! Lepaskan! Lepaskan aku!” rintih Ruby kesakitan, air matanya semakin berderai parah, kembali diseret paksa menuju mobil lain.
“Berhenti melawan,” titah Aidan dingin, melempar tubuh Ruby masuk ke mobil tanpa memberikannya sedikit pun kesempatan untuk kabur seperti sebelumnya.
Hawa dingin AC di dalam mobil mewah itu langsung menggigit kulit Ruby, membuatnya gemetar kedinginan.
“Kamu pikir karma yang kamu terima sudah cukup membayar semua kesalahanmu di masa lalu? Rubyza Andara, pikiranmu terlalu sempit. Kamu belum cukup menderita dibandingkan Belinda yang mendapat trauma mental dan harus menjalani terapi konseling selama 2 tahun ini,” ujar Aidan sinis, memicingkan mata dinginnya seolah akan menusuk wanita yang meringkuk di seberang kursi mobil.
Ruby sangat linglung, dan di saat keadaan paniknya itu, ponsel di sakunya tiba-tiba berbunyi.
Aura tubuh Aidan semakin dingin, membuat Ruby segera meraih ponsel dan mematikannya.
“Kenapa kamu matikan? Apa itu dari salah satu pria yang telah kamu layani selama ini?”
Ruby syok!
Apa katanya barusan?
Aidan merebut kasar ponsel Ruby, tapi wanita itu tidak kalah cepat maju ke depan untuk meraih ponselnya kembali.
Selama beberapa saat terjadi pertarungan kecil di antara mereka, dan entah siapa yang menekan tombol, layar di ponsel menyala dan memperlihatkan sebuah pesan pendek.
Ponsel Ruby dalam keadaan terkunci, membuat Aidan mengerutkan kening marah membaca pesan misterius itu.
Maximumlovely: Aku sangat menyukaimu! Semoga sehat selalu, nona cantik!
Hati Ruby bagaikan disambar petir melihat ekspresi Aidan semakin dingin setelah membaca pesan tersebut.
Melihat kesempatan, Ruby langsung menggigit tangan Aidan, meraih cepat ponselnya dan segera membuka pintu jendela mobil. Benda elektronik itu dilempar ke jalanan hingga tergilas sebuah truk besar yang baru saja lewat.
“RUBYZA ANDARA!” raung Aidan untuk kesekian kalinya malam ini.
Ruby menciut di sudut kursi, memeluk dirinya dengan kepala tertunduk sangat ketakutan.
Aidan tidak boleh melihat isi ponselnya! Tidak boleh!