Kembali atau pergi

2970 Kata
Brak... Ana yang baru saja masuk ke ruangan ganti. Dia menggebrak meja tepat di sampingnya. Lia yang hanya duduk diam di samping meja seketika terkejut melihat nama masuk marah-marah gak jelas. Dia memegang dadànya, jantungnya berdetak lebih cepat. Dia mengira jika ada perampok tiba-tiba masuk menggebrak pintu. Seketika menghela nafasnya saat melihat wajah Ana. Meski wajah cemberut yang dia tunjukan. "Sialan, kenapa dia selalu buat masalah. Apa sebenarnya yang dia maunya?" geram Ana. Dengan napas tersenggal-senggal penuh dengan amarah. Lisa mengerutkan keningnya sangat dalam. "Apa yang terjadi?" tanya Lia perasan. "Hari ini aku malu. Aku benar-benar sangat diperlukan. Aku mau pulang sekarang. Selama beberapa hari aku tidak akan pernah keluar. Sebelum semua masalah selesai." geram Ana. Dia berjalan cepat meraih tas miliknya dan pi sel yang tergeletak di atas meja rias. Dengan langkah kesal Dia berjalan keluar kembali. Sembarang Lia dia masih terlihat bingung dengan perubahan sikap Ana yang secara tiba-tiba. Lia mengerjakan matanya berkali-kali menatap aneh ke arah Ana. Baru kali ini dia melihat Ana marah-marah tidak jelas. Lia mengernyitkan wajahnya. Menatap setiap langkah Ana pergi. Tanpa bertanya kemana dia pergi. Daripada dirinya bertanya dan kena semprot oleh Ana. Lebih baik diam saja melihat tingkahnya. "Kenapa dia? Apa dia sedang kerasukan?" ucap Lia bingung. Dia menghela nafasnya. Dan, segera meraih tasnya. Berjalan mengikuti kemana Ana pergi. Tapi, begitu cepatnya dia pergi. Lia kehilangan jejak Ana. "Ana... Masuklah!" pinta Miko dengan wajah juteknya. Miko berdiri tepat di depan pintu ruangan kantornya. Melihat Ana yang berjalan cepat melewatinya. Dia spontan memanggilnya. Menghentikan langkah jenjang kaki Ana. Ana menarik napasnya dalam-dalam. Mencoba untuk menenangkan hatinya yang sedang marah. Dia perlahan menggerakkan kepalanya ke kiri. Melihat jelas wajah nyebelin Miko di sampingnya. "Ada apa?" balas jutek Ana. Situasi yang membuat Ana jutek pada semua orang. Hanya karena satu orang. Dia melemparkan amarahnya pada setiap orang yang ditemuinya. "Masuklah!" pinta Miko. "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Ana menakutkan kedua alisnya. "Bicara? Tentang apa?" "Kita bahas di dalam." jawab Miko. Ana menghela nafasnya kesal. "Apa, sih.. Jangan bicara disini. Jika mau bicara. Kita pulang, setelah itu kita bicara di rumah." kata Ana. Suara keras Ana tak sengaja di dengar salah satu pegawainya. Seorang wanita yang terlihat tak begitu menyukai Ana. Karena hanya dia yang sangat dekat dengan Miko. Bos sekaligus laki-laki yang dia sukai. "Baiklah, kita bicara di rumah. Tapi, setelah ini aku akan kembali lagi. Membereskan semuanya." ucap Miko. "Tidak perlu." Kata Ana tegas. "Percuma juga. Semua pasti akan tersebar begitu mudahnya. Apalagi kejadian tadi. Sekarang pasti akan tersebar." "Aku akan memblokir semuanya. Semua berita atau media yang mencoba menyiarkan berita itu. Dan, saat ini manajerku sedang mengurus semuanya. Kamu, tenang saja." Miko menepuk pundak Ana. Dengan cepat Ana menyingkirkan tangan Miko. "Tolong jaga jarak disini. Jangan sampai ada orang yang curiga." kata Ana. Melangkahkan kakinya pergi. Tanpa pedulikan lagi Miko. Ana berjalan lebih dulu menuju ke mobil Miko. Tak selang beberapa lama, ini berjalan keluar, menuju ke parkiran. Dan, segera masuk ke dalam mobil. Disusul Ana yang sudah menunggunya di samping mobilnya. Sembari menutupi wajahnya dengan tas. "Ayo, pergi!" ucap Ana. Wanita yang semula terlihat mencurigai Miko dan Ana. Dia mengikuti kerja berdua sampai ke parkiran. Setelah mobil itu pergi. Wanita itu segera mengeluarkan ponselnya. Dan, menyebarkan berita pada media. Dengan beberapa bukti yang sudah dia foto sedari tadi. "Semoga saja ini tambah menjadi bencana bagi kakiku." geram wanita itu. Dia menarik sudut bibirnya sinis. Lalu, melangkahkan kakinya pergi. Setelah mendapatkan berita yang dia inginkan. Ini juga akan jadi berita heboh. Di gabung dengan berita kemarin. Membuat makanan empuk bagi wanita itu. **** Pov Edward. Laki-laki ini terlihat begitu bahagia. Dia kembali ke tempat di mana dia sedang shooting drama dengan kekasih barunya. Melihat Edward bahagia, wanita itu nampak juga sangat bahagia. Meski dirinya masih make up. "Bagaimana?" tanya Ira sambil melirik ke arah Edward. "Berhasil. Semua wartawan sekarang pasti mengira jika Ana wanita murahàn. Dan, dia akan jatuh." ucap Edward. Tak hentinya dia merasa bahagia. Sebelum Ana menjatuhkan dirinya. Dia yang akan menjatuhkan Ana lebih dulu. Itu adalah rencana licik Ira sebelumnya. "Bagus... Sekarang, berita itu sudah muncul. Dan, lihatlah di kolom komentar. Banyak sekali yang nawar dia untuk tidur dengannya. Senin berita ini tersebar. Maka reputasinya akan hancur." kata Ira. Sembari tersenyum sinis penuh kebahagiaan. Edward mengecup kening Ira. "Iya.. Ira kamu sangat pintar, sayang. Tapi, rencana satu lagi belum selesai. Nanti, malam jika dia datang ke apartemenku. Kamu tahu kan, apa yang harus kamu lakukan?" tanya Edward. Menarik salah satu alisnya ke atas. "Tenang saja. Aku sudah siapkan semuanya. Setidaknya kita hancurkan karyanya selama beberapa bulan. Atau, bisa selamanya." kata Ira. Mengecup bibir Edward kesekian detik. "Lakukan hal selanjutnya. tapi, jangan biarkan orang itu menyentuh Ana. Karena dia tidak boleh tersentuh oleh laki-laki lain." ancam Edward. Ira memicingkan salah satu matanya. "Apa kamu bilang? Kenapa kamu perlu dengannya? Apa Kamu masih cinta dengannya?" tanya Ira kesal. Edward menghela nafasnya. Dia mencoba menjelaskan pada Ira. "Ira.. Dia mantanku, aku tidak mungkin tegas menjatuhkannya terlalu dalam. Aku juga sangat mencintai kamu. Kamu yang bisa memuaskanku saat ini. Dulu aku pacaran dengannya. menyentuhnya saja tidak pernah." jelas Edward. "Terserah kamu!" Ira dengan berat hati harus mengalah. Daripada dia harus berdebat dengan Edward di lokasi shooting. Edward dan Ira sibuk berbincang berdua. Salah satu staf sengaja mendengarkan semua pembicaraan mereka. Tetapi, dia terlihat acuh tak peduli dengan urusan para artis. Karena dia juga tidak mau terlibat dalam urusan mereka, yang pastinya akan banyak para wartawan yang mewawancarai narasumbernya. Setelah beberapa menit berbincang. Mereka mengulang adegan kemarin. Dalam, sebuah adegan kecupan panas. Kali ini mereka berhasil melakukannya dengan baik. Dan, penuh penghayatan. Ekspresi gairah, wajah, bibir dan mata semuanya dapat. Ini adalah adegan panas terakhir dalam drama mereka. Sebelum Edward akan melakukan drama baru dengan pasangan baru. **** Sementara berbeda dengan Ana. Dia kembali pulang bersama dengan Miko. Satu jam perjalanan. Ana sampai di rumah Miko. Dia berjalan keluar dan langsung masuk ke rumahnya. Miko berjalan mengikuti Ana. Dia mencengkeram bahu Ana mencegahnya pergi. "Ana, apa yang kamu lakukan tadi bersama Edward. Apa kamu berhubungan dengannya?" tanya Miko. Ana memicingkan matanya. Dia tersenyum tipis lalu beranjak pergi. "Ana.. Jawab dulu." Ana menghentikan langkahnya lagi. Menoleh cepat, Kedua mata menyorot tajam wajah Miko. "Apa yang harus aku katakan? Apa kakak percaya jika aku berhubungan dengannya. Dia hanya cari kesempatan saja." Miko melangkahkan kakinya mendekati. Kedua tangannya mencengkeram sangat erat kedua lengan tangan Ana. "Kamu sadar tidak, semua foto kamu menyebar di internet. Semua orang mengira kamu murahàn. Dan, sekarang. Apa yang harus kamu lakukan? Apa kamu masih mau terjun dalam dunia hiburan lagi?" tanya Miko mengeraskan suaranya. "Ana.. Dunia hiburan sangat keras. Lagian, kamu adalah pewaris tunggal TH Group. Dengan anak perusahaan lebih dari 10 cabang. Kamu bisa dapatkan segalanya. Jika kamu mau, tidak harus kamu jadi artis mengorbankan harga diri kamu." kata Miko menjelaskan semuanya dengan wajah penuh kekesalan. Sementara Ana dia hanya terdiam, tertunduk. Dirinya merasa sangat bersalah dengan apa yang sudah di lakukannya. Memang benar. Dia juga sempat melihat tadi di mobil. akun media sosialnya banyak sekali yang mengirimkan pesan dan komentar jika dia menawarkan tubuhnya. Tanpa rasa malu bilang seperti itu pada Ana. "Ana... Aku tahu, hati kamu pasti sangat rapuh. Tapi setidaknya sekarang kamu harus tahu. Jika kamu itu benar-benar berharga bagiku. Aku tidak mau hal buruk terjadi padamu. Ingat itu!" tegas Miko. Menatap lekat kedua mata Ana. Perlahan, dia melangkahkan kakinya mendekati Ana. Memegang kedua bahu Ana. Kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Ana hanya diam, menatap kedua mata kakaknya yang nampak aneh tidak seperti biasanya. "Kak... Apa kakak merasakan sesuatu yang berbeda?" tanya Ana memastikan. Dia sedikit mendongak menatap wajah Miko. Miko menarik nafasnya dalam-dalam. Dia menggerakkan tubuhnya sedikit. Mencoba mengatur hati nya untuk mengungkapkan semuanya. "Maafkan aku! Em... Aku sebenarnya..." Ana melepaskan cengkraman tangan Miko di kedua lengannya bergantian. "Iya.. Aku tahu. Kau tahu jika kamu bukan kakak kandungku. Bukankah kita sudah tahu dari kecil. Tapi, aku harap. Jangan memandangku seperti itu lagi. Karena aku tidak suka kakak aku sendiri menatapku seperti itu." Deg! Miko terdiam seketika. Ana melontarkan semua kata-katanya seolah dia tahu apa yang ada di pikirannya. Miko tertunduk, menelan ludahnya berkali-kali. "Kak.. Kita saudara. Tidak peduli itu tiri atau kandung. Aku tetap anggap kakak adalah kakak aku. Kita masih saudara. Jangan pernah ada salah satu perasaan di antara kita." tegas Ana. Dia tersenyum tipis. Lalu, melangkahkan kakinya pergi. Berjalan masuk ke dalam kamarnya. Miko hanya terdiam menatap setiap langkah Ana pergi. Hanya helaan nafas kasar yang bisa keluar dari hidungnya. Meski dalam hati dia merasa sangat terluka. Sekuat tenaga, Miko mencoba untuk tetap tenang. Tenang... Dan tenang. Miko duduk di atas sofa. Sembari memegang kepalanya yang terasa amat sangat pusing. Dia menghela nafas kasarnya mengeluarkan melalui sela-sela bibirnya. "Kenapa dia bisa tahu apa yang aku rasakan? Memangnya dari tatapan aku terlihat jika aku suka dengannya? Tapi, apa salahnya aku suka? Apa hanya karena aku adalah kakak tirinya? Aku tidak bisa jatuh cinta padanya?" pertanyaan itu menghantui pikiran Miko. Dia belum sempat mengatakan cintanya. Ana sudah tahu dan terus terang menolaknya. Kring.. Kring.. Suara dering ponsel membuyarkan Miko dari lamunannya. Dia bergegas mengambil ponsel di saku celananya. Kedua matanya menyipit saat melihat nama manajernya yang menelpon dirinya. Dengan segera Miko menerima panggilannya. "Pak Miko.. Semua sudah beres. Dan, untuk acara berita yang menayangkan berita tidak senonoh semuanya diboikot." ucap langsung manajer tanpa memberi cela sang boss berbicara lebih dulu. "Baik, bereskan semuanya. Dan, bilang pada semua orang. Jika dia berani menyebarkan semuanya. Maka saya tidak akan segan-segan memboikot semua ponsel mereka yang ketahuan menyimpan foto atau bahkan bidik tentang Ana." tegas Miko pada sang manajer. Dia Bangkit dari duduknya, menoleh menatap ke arah pintu kamar Ana. Memastikan jika Ana tidak mendengar ucapannya. Miko berjalan menjauh dari ruang tamu. Dan, melanjutkan ucapannya. "Bereskan semua berita dari situs-situs kecil bersihkan semuanya. Jangan sampai ada satupun yang tersisa." tegas Miko. "Baik, saya akan lakukan segera." ucap manajernya. Miko hanya diam, tanpa menjawab ucapan manajer itu. Dia menarik sudut bibirnya tipis. Tidak menunjukan jika dia tertawa atau hanya terlihat datar di depan pria lain. Dia mematikan ponselnya. Tanpa menjawab satu kata pun pada sang manajer. Miko menarik sudut bibirnya tipis. "Aku tidak akan segan-segan membuat mereka bertekuk lutut. Siapa yang berani mengusik Ana. Maka dia akan mendapatkan ganjarannya. **** Hari menjelang malam. Ana belum juga keluar dari kamarnya. Miko yang sedari tadi sudah masak untuknya. Dia tak lelah menunggu Ana keluar. Tapi, sudah hampir 1 jam menunggu Ana belum juga keluar. Tepat jarum jam menunjukan pukul 8 malam. Wanita itu belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Miko menghela nafasnya. Dia merasa lelah, lalu bangkit dari duduknya. Mendorong kursinya sedikit ke belakang. Dia berjalan pelan menuju ke kamar Ana. Mencoba mengetuk pintunya. Beberapa kali mengetuk pintu belum ada jawaban dari Ana. Miko memegang knop pintu memutarnya. Kedua matanya melebar saat tahu jika pintunya tidak tertutup. Semakin membuat Miko curiga. Dia membuka pintunya sangat lebar. Melihat di ranjang ada tumpukan selimut membungkus tubuh Ana. "Ana... Ayo makan.. Aku sudah siapkan makan malam untukmu." ucap Miko. Perlahan langkah kakinya lebih dekat. "Ana... Maaf, soal tadi aku tidak bermaksud seperti itu. Jika memang kamu suka seperti itu. Aku terima!" kata Miko. Dia duduk di samping ranjangnya. Dengan penuh keraguan Miko mencoba untuk membuka selimut tebal milik Ana. "Ana, kamu tidak marah sama aku, kan?" tanya animo pagi. Meski tidak ada jawaban sama sekali dari Ana. Merasa semakin curiga. Miko membuka lebar selimut itu. Kedua matanya terbuka sangat lebar. Hampir saja keluar dari kerangkanya. saat tak melihat Ana asal di kamarnya. Di ranjang hanya ada bantal dan guling. "Kemana dia pergi?" tanya Miko. dia beranjak membuka lemari, mencarinya di kamar mandi. Tak menyerah, Miko mencarinya di balkon. Semua barang-barangnya masih ada. "Kemana dia pergi." ucap Miko. Dia mengeluarkan ponselnya cepat. Mencoba menghubungi Ana. Tetapi belum ada jawaban darinya. Beberapa kali Miko menghubungi Ana. Dan selalu di reject atau bahkan di biarkan tanpa mengangkat teleponnya. . "Ana... Angkat.. Jangan membuatku khawatir. Aku harap, kamu tidak melakukan hal bodoh lagi." ucap Miko panik. **** Sementara Ana. Dia masih teringat tentang apa yang dikatakan Edward. Dia akan datang ke apartemen Edward sekarang. Sesuai dengan keinginan hatinya. Ana mengemudi mobilnya Perlahan . Sembari melirik ponselnya. Dia melihat kakaknya Miko terus menghubunginya. Tetapi dirinya tak peduli. Dia melakukan ini agar kakaknya tidak membuat kesalahan bodoh telah jatuh cinta padanya. Dia ingin kembali pada kekasihnya jika memang dia adalah jalan terbaik untuknya sekarang. Hingga sampai di sebuah gedung apartemen mewah di pusat kota. Ana, keluar dari mobilnya. Berjalan dengan langkah hati-hati. Menggunakan topi, kacamata, dan baju blazer dengan kerah menutupi mulut dan dagunya. Ana melirik ke kanan dan ke kiri. Memastikan tidak ada orang yang melihat dia datang ke sana. Ana berjalan dengan langkah cepat. Masuk tempat dimana Edward menginap. Tak lama sampai di depan pintu. Ana menautkan keningnya. Saat melihat pintu tidak terkunci sama sekali. Dengan wajah sangat gugup dan penuh keraguan. Ana, perlahan membuka pintu itu. Kedua matanya membulat saat tidak ada orang di sana. Dengan langkah sangat hati-hati. Ana masuk ke dalam. Seseorang dari belakang mendekapnya. Menutup hidungnya dengan sebuah parfum bius yang membuat seseorang mengantuk. Ana terjatuh dalam delapan laki-laki yang entah siapa di belakangnya. Dia meletakkan di atas ranjang kamar Edward. Di dalam, sudah ada Ira.. Wanita yang menyewa laki-laki tadi. Dia membantu membereskan semuanya. Membuka baju Ana. Menyingkap rok milik Ana. "Berbaringlah disamping Ana." pinta ira. Laki-laki itu berbaring di samping Ana. Memeluknya, mengecupñya, bahkan menyentuh tubuhnya. Setiap gerakan Ira memotretnya. Dan, dengan cepat menyebarkannya ke internet. "Kamu lakukan seperti orang berhubungan. Lalu aku rekam. Dan, sebarkan. Dan tenang saja wajah kamu akan aku blur." kata Ira. Sembari tertawa penuh kemenangan. Laki-laki itu menyentuh setiap lekuk tubuh Ana. Mengecup bibirnya. Memberikan kecupan bekas merah di leher dan dadànya. Jemari tangan laki-laki menyingkap di balik rok. Belum sempat menyentuhnya. Seseorang datang membuka pintu mengejutkan Ira dan laki-laki asing itu. "Sudah selesai, kamu boleh pulang. Atau, kamu mau menyentuhnya silahkan." ucap Ira. Sembari menarik sudut bibirnya sinis. Brak… Edward yang baru saja datang. Dia membuka pintunya sangat keras. Wajahnya memerah seketika saat melihat laki-laki itu berani menyentuh tubuh Ana. "Ira… Apa kamu tidak waras?" geram Edward menatap tajam ke arah Ana. "Tidak!" tegas Ira dengan senyum sinisnya. "Eh... Ira.. Jangan melakukan berlebihan." pekik Edward. Dia mendorong tubuh laki-laki itu menjauh dari Ana. Dia tak sanggup melihat mereka melakukan lebih dari saling tatapan dan tidur bersama. Edward mengepalkan tangannya sangat erat. Kedua matanya mengobarkan api kemarahan. Dia mendorong lagi tubuh laki-laki itu hingga punggung membentur ke dinding. "Kamu pulanglah, sudah cukup. Karena kamu kurang ajar menyentuh tubuh kekasihnya. Maka aku tidak akan membiarkan kamu keluar dengan wajah mulus." ucap Edward. Melayangkan beberapa pukulan sekaligus. Hingga laki-laki itu jatuh tersungkur ke lantai. "Edward. Apa yang kamu lakukan?" tanya Ira. Mendekati Edward. Mencoba memisahkan mereka. "Diam! Aku tidak bicara denganmu." pekik Edward. Dia terus memukul laki-laki itu. Merasa sangat puas. Dia mendorongnya keluar dari apartemennya. "Edward… Kita belum selesai. Filmnya tinggal dikit saja." ucap Ira. Sembari tersenyum padanya. "Cukup! Ira. Jangan keterlaluan. Kamu boleh foto dia tidur bersama laki-laki tapi kenapa kamu membuat laki-laki itu menyentuh tubuhnya. Apa kamu sudah tidak waras?" pekik penuh emosi Edward. Wajahnya memerah menahan amarahnya. Tangannya hampir saja ingin menampar wanita di depannya. Namun, dia tidak bisa melakukan hal itu. "Mana ponsel kamu?" tanya Edward. Mengeraskan suaranya. Seketika Ira mengerutkan tubuhnya takut. Ira dengan wajah ketakutan, baru kali ini dia melihat Edward sangat marah padanya. Dengan terpaksa dia memberikan ponselnya. Edward segera menghapus semuanya. Tetapi, Ira sudah mengirimkan beberapa foto Ana. "Sekarang kamu keluar dari sini. Jangan pernah sama sekali kembali ke apartemenku." geram Edward. Dia berjalan menghampiri Ana. Merapikan bajunya dengan cepat. "Dan, satu lagi. Kita akhiri hubungan kita sampai disini. Aku tidak mau punya pacar seperti kamu." geram Edward. Ira terdiam, memicingkan matanya tak percaya dengan apa yang dikatakan Edward padanya. Edward segera menghampiri Ana. Mengangkat kepalanya. Meletakkan di dalam pangkuannya. Meski dia masih ada disana dengan tatapan marah dan cemburunya.. Ira tak begitu peduli. "Ana, bangunlah! Ana..." Edward menepuk pipi Ana berkali-kali. Ana mengernyitkan wajahnya. Dia mulai sadar. Meski belum membuka matanya sempurna. "Ana.. Bangunlah!" pinta Edward. Kedua mata Ana perlahan terbuka. Dia melihat sekilas wajah Edward di depannya. "Aku kenapa?" tanya Ana bingung. Edward hanya tersenyum tipis. Mengusap lembut rambut Ana. Ira yang melihat Edward begitu perhatian lagi dengan Ana. Dia menghentakkan kakinya. Lalu, melangkah keluar dari apartemen itu. "Ana.. Kamu sekarang bersama denganku. Kamu datang ke apartemenku. Berarti kamu mau kembali padaku?" tanya Edward. Menyentuh pipi Ana. Menatap lekat kedua mata Ana sangat dekat. Ana melirik sekilas ke arah Ira pergi. Dia tidak perdulikan wanita itu sekarang. yang ada di pikirannya adalah hubungannya dengan Edward. Ana mencoba untuk duduk. Dia memegang kepalanya yang masih terasa sangat pusing. Dia hanya tersenyum tipis pada Edward. Sembari menganggukan kepalanya. Edward tersenyum bahagia. Dia ketika memeluk erat tubuh Ana. "Makasih, aku janji akan menjaga kamu sekarang. Aku tidak akan membiarkan orang-orang membuat masalah lagi denganmu. Maafkan aku!" ucap Edward. Ana membalas pelukan Edward. Mengusap punggungnya. Kehangatan tubuh Edward membuat dirinya merasa sangat nyaman. Hubungan yang terjalin sangat lama tak mudah bagi Ana melupakan semuanya. Dan, pada akhirnya dia menyerah. Memberikan kembali cintanya pada Edward. "Kamu mau tidur disini atau aku antar kamu pulang," tanya Edward. Melepaskan pelukannya. Mengusap pipi Ana. Kedua mata mereka saling tertuju. Penuh kebahagiaan. "Aku boleh kan tidur disini. Besok kita pulang." "Baiklah, tapi sekarang aku mau keluar dulu. Ada hal yang harus aku selesaikan." ucap Edward. Dia ingat jika Ira sudah menyebarkan foto Ana. "Kemana?" tanya Ana. Mengatupkan bibirnya kesal. Edward Mengusap ujung kepala Ana sangat lembut. "Hanya sebentar. Sekitar 30 menit. Setelah itu aku akan temani kamu ngobrol." kata Edward. Lalu, bangkit dari duduknya. "Baiklah, jangan lama-lama.." ucap Ana. Dibalas anggukan kepala oleh Edward. Dia segera melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Ana lebih dulu. Tujuannya sekarang adalah mencari Ira. Agar tidak berbuat nekat pada Ana. Jika sampai itu menyebar. Maka Ana akan kehilangan karirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN