9. Penting!

1479 Kata
Kini giliran ponsel Kenny yang berbunyi. Nathan dan Rangga semakin heran, kenapa ponsel temannya itu tiba-tiba berbunyi di jam segini. Kenny membuka pesan masuk dari gadis yang duduk di sebelahnya. From NeLa (Nenek Lampir). Gue mau ke rumah Chelsea bentar, gue janji bakal datang ke lokasi tepat waktu. Lo izinin atau enggak, gue akan tetap pergi. Kenny membaca pesan dari Kirei dengan raut wajah datar tanpa ekspresi. To NeLa (Nenek Lampir). Serah, nanti gue kirimin alamatnya. "Kapan giliran ponsel kita bunyi ya, pit?" tanya Rangga menatap Kenny, Kirei, Aletta dan Vanilla sibuk dengan ponselnya masing-masing. "Gue sih notif banyak, Ga. Gue silent saja, enggak kayak lo yang memang sepi kayak kuburan itu ponsel." ledek Nathan membuat Rangga menggeram kesal. *** Chat group line KAVC. Kirei : gue dapat izin. Nanti gue nebeng sama lo ya, Van. Aletta : asik. Vanilla : bisa diatur, Rei. Kirei : tapi gue enggak bisa lama nih. Chelsea : asik, Kirei ikut. Enggak apa-apa bentar juga, Rei. Aletta : tapi gue masih kepo nih. Vanilla : rt Chelsea : jangan kepo. Berat. Kalian enggak akan kuat. Biar aku saja. Aletta : anjay... Dilan versi cewek. Vanilla : mantap jiwa. Vanilla : lo bisa saja, Chel. Aletta : dia tercyduk. Chelsea : bilangin ke Dilan. Yang berat itu bukan rindu, tapi ingin tahu. Kirei : wkwkwk... Vanilla BT gitu. Aletta : gue ada nih ada. Kirei : apa, apa Let? Ayo apaan?  Aletta : bilangin ke Dilan. Yang berat itu bukan rindu, tapi menunggu. Chelsea : anjir... Sobat gue lagi falling in love. Vanilla : cie... Yang kasmaran. Kirei : cie... Aletta, kodein Abang Rangga-nya dong biar peka. *** "Uhuk... Uhuk..." Aletta tersedak minumannya sendiri setelah membaca balasan dari Kirei. "Buahaha..." tawa Vanilla dan Kirei menggelegar melihat Aletta tersedak. "Awas kalian." ancam Aletta menakut-nakuti. Nathan dan Rangga bertambah heran kepada ketiga gadis di sekitarnya ini. Kaget karena Aletta yang tiba-tiba saja tersedak dan Vanilla juga Kirei yang tertawa terbahak-bahak. Kenny sendiri sudah tahu bahwa Kirei sedang chat bersama Aletta, Vanilla dan Chelsea. "Kalian kenapa sih?" tanya Nathan heran. "Enggak kok, Aletta lucu." jawab Vanilla masih memegangi perutnya yang terasa sakit. "Aletta lucu?" tanya Rangga tak mengerti, alisnya kini sudah naik ke atas sebelah. "Tanya saja ke Aletta-nya." sambung Kirei makin membuat Rangga dan Nathan penasaran. "Hah? Enggak kok, bukan apa-apa hehehe... Iya bukan apa-apa." jawab Aletta sambil cengar-cengir tidak jelas. "Jadi pulang sekolah ini ya langsung cabut." ucap Vanilla membuat Nathan mengalihkan perhatiannya dari Aletta ke Vanilla. "Memang mau ke mana?" tanya Nathan penasaran. "Ke rumah Chelsea, Nat." jawab Vanilla manis. "Iya, langsung saja. Kirei kan punya acara keluarga, biar cepat begitu." usul Aletta membenarkan. "Iya Van, langsung saja." jawab Kirei antusias. "Terus acara mengantarnya bagaimana dong?" tanya Rangga pada Aletta. "Hehehe... Lain kali saja Ga, hari ini gue enggak bisa." "Yah..." desah Rangga. "Yah, padahal gue tadi mau ajak lo main dulu Van." sambung Nathan. Nathan hanya menjadi pendengar mereka berlima mengobrol tanpa ada niatan ikut bergabung. "Sama kayak Aletta. Lain kali saja Nat, ini penting sih." tolak Vanilla sembari mengibaskan rambut panjangnya. Tet...! Tet...! Tet...! Bel masuk pun sudah berbunyi di seluruh ruangan sekaligus kantin tempat mereka melampiaskan rasa penat dari pelajaran. "Ya ampun, gue belum ke toilet." heboh Aletta memasukkan ponselnya ke saku rok dan mengeluarkan uang untuk membayar pesanannya. Rangga memandang aneh ke Aletta yang begitu heboh, padahal hanya ke toilet. "Gue titip Van, gue ke toilet dulu. Kalau guru sudah masuk bilang saja gue ke toilet bentar." Aletta memberikan uang selembar senilai dua puluh ribu pada Vanilla lalu berlari ke toilet sendiri. "Gue bayar dulu ya." pamit Vanilla mulai berdiri. "Sama gue yuk, Van." ajak Nathan menggenggam pergelangan tangan Vanilla. "Ish... Dasar." desis Rangga kesal karena ditinggal. "Gue ke kelas ah." putus Rangga meninggalkan sepasang tunangan baru yang masih diam. Kirei berdiri untuk membayar pesanannya lalu lanjut ke kelas. Tapi kaki Kirei terpeleset oleh es batu. Membuat Kirei harus terjatuh dalam pangkuan Kenny. Bruk! Tepat sekali, Kirei duduk di atas paha Kenny. Membuat Kirei melotot sempurna. Untung saja kursi kantin terbuat dari besi, jadi tidak patah ketika Kirei jatuh dalam pangkuan Kenny. Mata mereka beradu dalam satu tatap. Tangan kiri Kenny menahan tubuh Kirei secara refleks. Kirei terhipnotis dalam mata bening nan indah milik Kenny. Sudah bermenit-menit mereka dalam posisi yang sama. "Awas lo, berat tahu enggak." Kenny mendorong tubuh Kirei supaya beranjak dari atas pahanya. "Ish.... Ngeselin banget sih lo." Kirei berdiri lalu meninggalkan Kenny sendirian. "Cewek apa buldoser sih? Berat banget." gerutu Kenny sebelum benar-benar meninggalkan meja kantin. *** Vanilla, Kirei dan Aletta kini sudah berada di dalam mobil Vanilla. Tepat setelah guru keluar pintu kelas, ketiga gadis ini langsung berlari keluar kelas sekencang mungkin. "Rumah Chelsea masih jauh dari sini?" tanya Kirei yang memang belum pernah ke rumah Chelsea "Bentar lagi sampai kok, Rei." jawab Aletta mewakili. "Chelsea kenapa ya minta kita datang ke rumah? Pasti penting banget, ini bukan tipe Chelsea banget kan." ucapan Vanilla membuat Aletta manggut-manggut setuju. Kirei hanya menyimak saja, karena memang dirinya baru mengenal Chelsea, Vanilla dan Aletta. "Nah, sampai." ucap Aletta membuat Kirei melihat ke luar jendela. Rumah Chelsea bagus banget. Komentar Kirei dalam hati. "Ayo turun." ajak Vanilla dari luar mobil. "Iya ayo, Rei." Aletta pun sudah berdiri di sebelah Vanilla. "Eh iya." Kirei tersadar dari lamunannya dan langsung keluar dari mobil Chelsea. Mereka bertiga berjalan menuju pintu utama rumah milik keluarga Chelsea. Baru saja mereka ingin mengetuk pintu utama, Chelsea sudah lebih dulu keluar dari rumah. "Kalian." kaget Chelsea melihat ketiga sahabatnya sudah ada di depan rumahnya. "Ag, lo rapi banget. Mau ke mana?" tanya Kirei penasaran. Bukankah Chelsea yang meminta kepada mereka untuk datang ke rumahnya? Tapi kenapa Chelsea malah berpenampilan rapi seperti ingin bepergian begini. "Masuk dulu yuk." ajak Bojonegoro menarik tangan Kirei lalu diikuti oleh Aletta dan Vanilla. "Duduk dulu, gue ambilkan minum." Chelsea mempersilakan ketiga sahabatnya untuk duduk. "Thank, Chel." ucap Vanilla lalu duduk bersama Aletta dan Kirei. Chelsea sendiri sudah menuju ke dapur untuk mengambilkan minum. "Eh, lo merasa ada yang beda enggak sih sama Chelsea, Let?" tanya Kirei berbisik. "Iya, kayak ada yang disembunyikan begitu." sahut Vanilla membenarkan. "Gue juga merasa sih. Lagi pula itu ya, Chelsea itu bukan tipe orang yang suka bolos. Lihat kan dia sehat-sehat saja, tapi kenapa dia enggak masuk sekolah coba?" Aletta ikut menimpali ucapan-ucapan Vanilla dan Kirei. "Iya, benar banget Let." Vanilla membenarkan ucapan Aletta. "Terus ya, Chelsea kan minta kita datang ke sini. Tapi kenapa dia malah berpakaian rapi banget begitu?"  "Eh, Chelsea itu datang." Aletta memberi tahu Vanilla dan Kirei untuk kembali bersikap biasa saja. "Ini diminum dulu." Chelsea meletakkan tiga gelas minuman dingin berwarna oranye ke atas meja. "Iya, thank." Vanilla langsung meminum minuman yang disuguhkan oleh Chelsea. Chelsea memilih duduk di dekat Kirei yang memang duduk di sofa paling pinggir. "Eh iya Chel, lo minta kita datang ke sini ada apa?" tanya Vanilla penasaran, bukan hanya Vanilla, tapi Aletta dan Kirei juga penasaran. "Iya Chel, terus lo ngomong penting lagi." timpal Kirei yang diangguki oleh Aletta. "Gue mau bilang maaf sama kalian." Chelsea menundukkan kepalanya tak mengerti. "Minta maaf buat apa, Chel?" tanya Aletta lembut. "Memang lo punya salah apa sama kita?" Vanilla pun ikut nimbrung. "Siang ini juga gue harus take-off pesawat ke London." ucap Chelsea pelan. Meski pun pelan, tapi mampu membuat ketiga sahabatnya shock. Apa tadi Chelsea bilang? Ke London? Untuk apa? Tanya Vanilla dalam hati. "Ke London, Chel?" tanya Aletta tak percaya. Memang, dari Vanilla, Chelsea dan Aletta. Yang paling dekat dengan Chelsea adalah Aletta, karena Aletta selalu pulang bareng dengan Chelsea. Meski pun Chelsea duduk satu bangku dengan Vanilla. Bahkan Kirei yang baru saja kenal mereka pun ikut kaget mendengarnya. "Iya, bokap nyokap gue pindah ke sana." Chelsea menunduk tak tega melihat ekspresi ketiga sahabatnya. "Ya sudah, kalau itu yang terbaik buat lo, Chel. Gue ikhlas melepaskan lo ke sana." Aletta tersenyum pada Chelsea. "Iya, lo hati-hati ya di sana. Jangan lupa sama kita, sering-sering kasih kabar." Vanilla mendekat ke sebelah Chelsea lalu memeluk Chelsea sangat erat disusul oleh Aletta. "Jaga kesehatan ya, Chel. Pasti beda banget musimnya." Kirei pun ikut memeluk Chelsea meski terhalang oleh Aletta. "Kalian enggak marah sama gue karena gue enggak bilang dulu sama kalian?" tanya Chelsea di sela-sela isakannya. "Enggak Chel, ini kan lo bilang sama kita." Aletta menghapus air mata Chelsea yang mengalir. "Makasih ya, gue sayang kalian." Chelsea semakin mengeratkan rangkulannya pada ketiga sahabatnya. "Kita juga sayang lo, Chel." ucap Vanilla ikut menangis. "Gue kira kalian bakalan marah sama gue." "Kita enggak marah, kita kan sahabat Chel. Jadi kita harus saling support satu sama lain." Kirei mengusap-usap punggung Chelsea, berharap Chelsea akan tenang. "Maaf, gue enggak bisa lama-lama. Gue harus ke bandara sekarang juga." Chelsea melepaskan rangkulannya. "Sorry, gue enggak bisa mengantar lo." ucap Kirei menyesal. "Gue juga enggak bisa, Ag." sambung Aletta sedih. "Enggak apa-apa kok, gue sama sopir. Kalian lanjut acara saja." Chelsea sudah berdiri meraih koper-kopernya. Mereka bertiga keluar rumah Chelsea bersamaan. Saling membantu Chelsea membawakan barang-barangnya. "Makasih ya atas pengertiannya." Chelsea memeluk ketiga sahabatnya lagi. "Gue pasti bakal kangen sama lo, Chel." Aletta sudah hampir menangis lagi. "Gue bakal sering-sering contact kalian." Chelsea mengusap-usap bahu sahabat-sahabatnya. "Gue pergi ya." "Hati-hati Chel, kalau sudah sampai kasih kabar kita ya." balas Kirei mencoba tersenyum. "Siap." Chelsea langsung masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir. Kirei, Vanilla dan Aletta melambai-lambaikan tangan mereka sebagai tanda perpisahan. "Gue mau ke acara sekarang ya." pamit Kirei mendahului Vanilla dan Aletta. "Biar gue antar saja, Rei sekalian." tawar Vanilla. "Biar gue naik taksi saja." Kirei sudah lebih dulu naik ke taksi yang tiba-tiba berhenti. "Lo gue antar saja, Let." ajak Vanilla merangkul Aletta. "Thank ya, Van." Aletta tersenyum pada Vanilla, mereka langsung meninggalkan kediaman keluarga Chelsea. *** Next...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN