10. Ikuti Saja

1022 Kata
Kenny sudah datang ke lokasi terlebih dahulu yang pastinya tanpa Kirei. Seperti yang sudah Kenny duga, Mr. Tan akan memarahinya karena datang sendirian. "Kamu ini bagaimana sih, Ken? Ayah kan bilang datang sama Kirei, kenapa Kirei ditinggalkan begitu saja?" marah Mr. Tan pada Kenny. Kenny menenggak air mineral pada botol pemberian Lucky barusan. Setelah menyelesaikan acara minumnya, Kenny menengok ke arah Mr. Tan. "Kenny enggak meninggalkan Kirei, Yah. Kirei-nya sendiri yang ada keperluan mendadak sama teman-temannya. Kirei juga bilang bakal ke sini kok." jawab Kenny dengan tenang lalu duduk di dekat Claudia, istri dari Lucky. "Sudah, jangan disalahkan terus Kenny-nya. Kirei pasti ke sini kok, barusan saya sudah telefon, lagi di perjalanan ke sini katanya." Jenny berusaha menenangkan Mr. Tan. "Maafkan Kenny ya, Jeng." ucap Mr. Tan malu. "Enggak usah dipikirkan lagi, Pak." balas Jenny ramah. "Hai ponakan Om Kenny yang cantik jelita." Kenny menyapa Elsa, putri kecil dari Lucky. "Baik Om, Om Kenny tambah ganteng saja." jawab Elsa sembari mengedipkan sebelah matanya genit. Elsa adalah putri dari Lucky dan Claudia yang sudah berusia dua tahun. Tapi hebatnya Elsa, di usianya yang masih terbilang kecil. Elsa sudah bisa berbicara dengan lancar dan sudah bisa membaca bahkan menulis. "Kamu genit banget sih." Kenny menggendong Elsa ke pangkuannya. "Cuma sama Om Kenny loh gue genitnya." Lucky terbelalak akan ucapan putrinya. "Siapa yang mengajarkan kamu ngomong begitu?" tanya Lucky menatap Elsa. "Om Kenny, Pa. Om Kenny juga mengajarkan aku bahasa gaul." jawab Elsa polos. "Kayak bagaimana coba?" tanya Lucky sambil mengambil alih Elsa dari pangkuan Kenny.  "Kita nonton Dilan kuy di bioskop. Jangan belajar. Berat. Elsa enggak akan kuat. Biar Papa saja. Kata Om Kenny, itu gaya bicara kids zaman now, Pa. Makanya aku pakainya gue-lo kayak Om Kenny biar gaul." jelas Elsa polos menatap Lucky. "Om Kenny kebanyakan micin itu." sahut Lucky menatap tajam mata Kenny. "Iya kali ya, Pa. Generasi sekarang kan kebanyakan micin." sambung Elsa membuat Claudia geleng-geleng kepala. "Lo racun buat anak gue bego." Lucky menampol kepala Kenny lumayan keras. "Anak lo yang minta sendiri." balas Kenny tak kalah sengitnya menatap Lucky. "Clau, nanti kalau Kenny main ke rumah jangan boleh. Dia wabah buat Elsa." ucap Lucky pada Caludia. "Iya deh nurut." jawab Claudia diiringi cengirannya. "Kok enggak boleh, Pa?" tanya Elsa menatap Lucky bingung. "Enggak apa-apa sayang, kamu kalau bicara enggak boleh pakai lo-gue lagi. Harus pakai aku-kamu. Kalau kamu salah sekali saja, bakal Papa hukum." ancam Lucky pada Elsa. "Iya Pa, enggak lagi deh." jawab Elsa mengalah. "Anak pintar." Lucky mengusap puncak kepala Elsa. Meski pun Lucky dulu sama seperti Kenny. Menikah di usia tujuh belas tahun dengan perempuan tak dikenalnya. Lucky masih mau untuk belajar menerima Caludia yang sebatang kara dan sekolah karena beasiswa. "Maaf, maaf aku telat." Semua mata tertuju pada gadis yang masih lengkap menggunakan seragam putih abu-abunya dengan nafas terengah-engah. "Kirei, kamu dari mana saja?" tanya Jenny mengelap peluh di dahi Kirei menggunakan tisue. Memang hanya Jenny yang menemani Kirei dalam pemotretan ini. Arif sedang sibuk dengan rapat-rapatnya. "Maaf Ma, aku tadi ke rumah teman dulu bentar. Ada urusan penting." jawab Kirei berusaha mengatur nafasnya. "Ya sudah, mending sekarang mulai ganti kostum dan make-up." gema suara Mr. Tan membuat Kirei menjadi deg-degan seketika. "Yuk, Tante make-up-in." ajak wanita berpenampilan rapi dan modis. "Sudah, cepetan sayang." Jenny mengambil tas Kirei sebelum mendorong pelan Kirei supaya mau mengikuti Nuria. "Iya, Ma." Kirei mengikuti Nuria yang membawanya ke ruang make-up. Mereka kini sedang berada di taman bunga. Mr. Tan memang sudah menyediakan ruangan make-up dan ruangan tunggu sementara atas izin sang pemilik taman bunga. "Kenny, cepat ganti pakaian kamu." titah Mr. Tan gantian. "Iya, Yah." Kenny yang sedang duduk sambil bersedekap pun akhirnya bangkit karena perintah Mr. Tan. "Mereka pasti menjadi pasangan yang sangat serasi ya, Pak." ucap Jenny bahagia. "Iya Jeng, pasti itu." sahut Mr. Tan senang. Lucky sendiri hanya diam mendengar percakapan Mr. Tan dan Jenny. Pasalnya Lucky pernah merasakan posisi Kenny saat ini. Lucky takut jika Kenny tak bisa menerima kenyataan dan tak bisa menerima Kirei apa adanya. Lucky melirik ke arah Claudia yang menunduk menumpukan dagunya pada puncak kepala Elsa. Sampai saat ini, Lucky masih terus berusaha menerima Claudia apa adanya. Karena bagaimana pun, dulu ketika Lucky menikah dengan Claudia, Lucky sudah memiliki kekasih. Tapi Lucky seorang lelaki yang tak bisa menyakiti hati perempuan. Maka dari itu, Lucky mencoba membuka hati untuk Claudia dan mencoba melupakan masa lalunya meski tak semudah membalikkan telapak tangan. Lucky berharap Kenny juga akan seperti dirinya yang mau belajar untuk menerima Kirei bagian dari hidup terpentingnya. Bukan hanya sekedar menganggapnya seorang istri karena sebuah surat wasiat dari Kakek. *** "Sudah selesai." Nuria melihat hasil make-up-nya dengan bangga. Kirei terlihat lebih fresh dengan make-up naturalnya. Kirei hanya mengenakan kemeja putih dan celana jeans pendek. Sangat pendek, hanya menutupi pantatnya saja. Kenny sendiri juga sudah siap dengan kemeja putih dan celana jeans panjang. Tentunya dengan warna yang senada seperti celana Kirei.  "Sudah siap?" tanya Mr. Tan melihat Kenny dan Kirei. "Sudah." jawab Nuria mewakili kedua insan calon pengantin ini. "Ya sudah ayo, kita mulai sesi pemotretannya." ajak Mr. Tan memandu mereka ke tempat yang sudah disiapkan oleh sang fotografer. Kirei dan Kenny hanya berjalan mengikuti Mr. Tan dari belakang. Mereka masih tetap diam, tanpa ada suara sepatah kata pun. Nuria pun berjalan mengikuti mereka berdua menuju tempat pemotretan. "Kenalkan, saya Yongki. Fotografer yang akan memotret kalian saat ini dan ketika kalian menikah nanti." Yongki menyodorkan tangannya pada Kenny dan Kiri. "Kenny." ucap Kenny datar tanpa ekspresi. "Kirei." lanjut Kirei dengan senyum ramahnya. "Ya, kita mulai sekarang." ucap sang fotografer dengan suara renyah. "Sekarang kalian berdiri di sana." titah Yongki menunjuk sebuah bangku yang tak begitu jauh dari jarak Yongki. "Ini bunganya, Rei." Jenny memberikan sebuket bunga pada Kirei. "Kirei bisa duduk di bangku dengan posisi menyamping. Kenny berlutut di depan Kirei sambil pegang bunga menggunakan tangan kanan. Tangan kiri Kenny menggenggam tangan kiri Kirei." jelas Yongki memberikan gambaran untuk Kenny dan Kirei. "Nah, lakukan sekarang." ucap Yongki lagi. Kirei mengikuti arahan dari Yongki. Kenny sendiri juga sudah berlutut dan menggenggam tangan Kirei. "Ok tahan, satu. Senyum dong." ucap Yongki membuat Kirei berdecak kesal. "Sudah, ikuti saja. Bukan cuma lo yang risih sama keadaan ini, gue juga iya." perintah Kenny berbisik pada Kirei. "Iya-iya." jawab Kirei terpaksa. "Kita ulang, satu, dua, tiga... Ok bagus." seru Yongki membuat Mr. Tan tersenyum senang. "Sekarang ganti gaya." Kenny buru-buru berdiri dari berlututnya. Kenny tidak mau lebih lama lagi berlutut karena tidak mau kram otot. “Kirei masih dengan posisi duduk, tapi duduknya di pojok. Kenny berbaring pada kursi dan berbantal pada paha Kirei." *** Next...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN