Rumah Selayaknya Rumah

1517 Kata
Pertengkaran antar saudara memanglah kerap di wajarkan, yang penting jangan sampai melampaui batas. Sama halnya seperti Jeo dan Clara, yang tak pernah akur. Padahal baru beberapa menit yang lalu keduanya asik berbagi eskrim yang baru saja mereka beli. Tapi akibat kejahilan Jeo, Clara langsung terpancing emosi. "Ah kamu mah Je, kan tadi udah disuruh milih mau yang banana atau cookies cream. Kamu pilih yang banana, tapi kenapa cookies cream aku kamu abisin sih?" Yang ditegur hanya menjawab dengan cengiran saja tanpa rasa bersalah sedikitpun, "Ya gimana ya Ra, abis enak semua sih." "Pusing gue Ji denger tuh anak berdua. Tingkah masih kayak bocah tapi umur kepala dua," misuh Kevin seraya menatap keduanya dari kejauhan, tapi masih bisa tertangkap oleh matanya. Jiyad menanggapi dengan kekehan semata, "Ya gimana ya Vin, yang satunya tukang ngeledekin yang satunya lagi nanggepin." Baik Clara maupun Jeo langsung terdiam begitu mendengar suara Yoovan. Padahal Yoovan datang dengan memanggil nama Kevin, bukan keduanya. "Apaan Bang?" tanya Kevin berjalan menghampiri Yoovan. "Kayaknya kecap belum ke beli ya?" Kevin menepuk dahinya, "Astaghfirullah, lupa kayaknya Bang. Yaudah, gue pergi beli lagi deh ya." Kevin menatap Yoovan bingung, ketika Abang sepupunya itu tahu-tahu mengeluarkan secarik uang berwarna merah dari sakunya, "Ajak Clara gih," ucapnya yang mengerti tatapan bingung Kevin. "Ngapain? Ribet Bang," keluh Kevin. Yoovan berdecak, "Lu tega liat mereka berantem cuman gara-gara eskrim?" untungnya mereka berdua memang cukup berjarak dari Clara dan Jeo. Walaupun mulutnya berdecak kesal, Kevin tetap melangkah menghampiri Clara, "Ra, temenin gue yuk." Clara yang tengah menghabiskan sisa eskrimnya, sontak mendongak, "Kemana?" Tanpa mau menjawab, Kevin langsung menarik tangan Clara, "Dah ikut aja jangan recet," Kevin menarik tangan Clara, tidak kasar dia masih sayang dengan adiknya ini. "Ra, beliin aku eskrim jugaaa," teriak Jeo yang ditanggapi Clara dengan jari tengah yang dia angkat. "Ngapain tangannya gitu? Ngga baik ah," protes Kevin begitu melihat tangan Clara mengacungkan jari tengah ke Jeo. "Abis Jeo ngeselin Bang. Bayangin, tadi Abang tau sendiri di supermarket dia milih eskrim, aku juga milih. Tapi bisa-bisanya eskrim aku dihabisin," sungut Rara kesal. Jika bertengkar dengan Jeo tak lain dan tak bukan masalahnya pasti tidak jauh dari seputar makanan. Kevin memasangkan seat belt Clara sampai bunyi klik, "Nanti Abang beliin. Dah, jangan di manyun-manyunin bibirnya. Berbagi sama saudara." Kevin tetaplah Kevin dengan kejahilannya. Tangannya menarik bibir Clara yang tengah merengut. "Abang ihhhh," teriak Rara kesal. Kevin menanggapi dengan kekehannya, "Mangkannya jangan gemes-gemes jadi orang." Clara melipat kedua tangannya di depan d**a dengan mulutnya yang merengut maju. Walaupun Kevin mengesalkan, tapi ada saatnya Clara menuruti apa yang Kevin katakan. Sesampainya di supermarket, seperti tujuannya mencari kecap. Kevin dan Clara berpencar, tapi sebelum berpencar Kevin lebih dulu mengultimatum sepupunya itu. "Nanti kelar milih eskrim, langsung telfon Abang ya. Kamu bawa hp kan?" tanyanya yang langsung diangguki Clara. "Yaudah," sebelum pergi Kevin menyempatkan mengacak rambut Clara sayang. Jika di rumah tadi niatnya hanya mau membeli eskrim, berbeda ketika sudah sampai di tempat. Kakinya melangkah menuju rak di mana chiki-chiki berada. Untungnya tadi Clara menyempatkan diri mengambil keranjang belanjaan, jadinya dia tidak susah sendiri. Tangannya meraih salah satu chiki kesukaannya, "Ini buat aku," lalu beralih ke chiki yang lain. Berhubung Clara sayang dengan para sepupunya, sampai-sampai dia hafal makanan apa yang disukai para abang dan masnya. "Ini buat mas Varo," tangannya meraih sebungkus chiki kesukaan mas pertamanya, lalu berali ke rak lain, "Ini mas Rafa, mas Jiyad," satu persatu mas dan abangnya mendapatkan jatah dari Clara. Selesai mengambil chiki, barulah Clara menuju tempat di mana eskrim berada. Dia tidak hanya mengingat dirinya, pria yang tadi bertengkar dengannya juga dia ingat, "Nih ya Je, walaupun aku tuh kesel sama kamu, aku tetep inget apa yang kamu suka ya," walaupun mendumel Clara tetap mengambil eskrim kesukaan Jeo dan dirinya. Sejenak Clara menatap keranjangnya yang sudah penuh, "Bjir, ngga niat belanja kenapa udah penuh aja ya keranjangnya?" tangannya menggaruk belakang kepalanya. Tak apa, jika Kevin tidak mau membayarkan belanjaannya, biar Clara bayar sendiri. Tangannya merogoh sakunya guna mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Kevin. "Hola, Abang di mana?" "Abang udah antri di kasir. Kamu langsung ke sini aja ya, kasir ketiga dari pas pintu masuk." "Oke-oke aku ke sana." Clara kembali memasukkan ponselnya setelah mematikan sepihak panggilannya. Kakinya melangkah menuju tempat di mana Kevin sebutkan tadi. Setelah sampai di dekat kasir, matanya langsung mencari keberadaan abangnya. Ternyata Kevin juga matanya mengitari sekitar, begitu mengenali sosok Clara, tangannya terangkat memberi kode. Senyum Clara terbit begitu mendapati Kevin. Kakinya dengan segera mendekat ke abngnya itu. Mata Kevin melotot sempurna ketika melihat keranjang bawaan Clara penuh. Ketika Clara sudah berdiri dihadapannya, matanya langsung menatap mata adiknya dengan penuh tanda tanya. Tadi janji anak itu hanya membeli eskrim, tapi apa yang sekarang dia lihat? Segala jenis jajanan masuk ke dalam keranjang. Yang ditatap hanya menyengir tanpa rasa bersalah, "Mau beliin ngga? Kalo ngga, aku pakai tabungan aku aja." Kevin lantas mengeluarkan uang merah selembar yang tadi diberikan Yoovan, "Bukannya ngga mau gue, lo liat deh abang lo cuman ngasih selembar tapi lo beli kayak mau piknik anjir," mumpung tidak ada para sepupunya yang lain, jadi dia bebas menggunakan panggilan lo-gue dengan Clara. Jika ada mas tertuanya, pasti dia akan ditegur. Clara terkekeh, "Yaudah aku beli sendiri sih Bang. Tabungan aku juga banyak." Tak tega melihat Clara kesusahan, tangannya langsung meraih keranjang yang Clara pegang, "Iye banyak. Banyak malakin tetua termasuk gue," dumel Kevin. "Tuh tau." Walaupun Kevin mendumel kesal, begitu sampai di kasir dia tak tega jika membiarkan Clara mengeluarkan uangnya untuk membayar makanan yang dia ambil. Untungnya Kevin juga membawa dompet beserta isinya. Jadinya ini yang di namakan pemerasan secara tidak langsung. Melihat Kevin mengeluarkan kartu debitnya, Clara mengulum senyumnya. Abangnya yang satu ini, walaupun banyak mengeluh tapi tetap tidak akan tega membiarkan dirinya sengsara. "Maaciw Abang," ucap Clara ketika keduanya sudah duduk ditempat masing-masing. Sebelum menjalankan mobilnya, Kevin menoleh kesamping, "Kamu emang niat yaa porotin Abang?!" tanya Kevin dengan matanya yang memicing. "Demi Allah, aku ngga niat Bang. Aku emang mau bayar sendiri sih," Clara tak terima dikatakan sengaja. Dia memang mau membeli makanan ini dengan uangnya. Kevin menyilangkan tangannya di depan d**a, "Berhubung kamu udah abisin duit Abang," Clara berdecih mendengar ucapan Kevin. Tangan Kevin terbuka lebar, "Sebagai gantinya Abang minta peluk." Clara memutar bola matanya malas, jika hanya meminta pelukan kenapa harus berbelit-belit. Tanpa membalas dengan ucapan dan malas mendrama, Clara langsung masuk ke dalam pelukan Kevin. "Nanti Abang mau pamer ke Jeo ah," Kevin tetaplah Kevin. Manusia super jahil dengan seribu fikiran jahil di otaknya. Clara lebih dulu melepaskan pelukannya, "Dah ah balik, nanti kita ketinggalan bakar-bakarannya." Kevin mulai menyalakan mesin mobilnya, "Lah gimana ceritanya ditinggal. Orang kecapnya aja baru kita beli," Kevin mulai melajukan mobilnya. **** Jeo melirik jam di ponselnya, perasaaanya saja atau memang dua saudaranya yang keluar rumah sangat lama. "Clara sama bang Kev masih lama ngga sih Bang?" tanya Jeo seraya menatap abangnya. Jiyad mengangkat kedua bahunya, "Lagian kamu tadi ditawarin ngga mau ikut." "Ih, siapa yang ngga mau ikut?! Orang bang Kevin langsung narik Clara tanpa ajak aku sih," Jeo tak terima dengan yang Jiyad katakan. Tadi dia sebenarnya mau ikut, tapi Kevin langsung pergi begitu saja. Yoovan yang baru datang duduk di sebelah Jeo, "Dikit lagi juga balik Je. Ngga lama kok," walaupun bukan saudara kandung, tapi Jeo selalu menurut dengan apa yang Yoovan katakan. Tak lama terdengar suara mobil masuk ke dalam pekarangan rumah, "Tuhkan udah sampe mereka," ucap Jiyad. "Holaaa rakyatku...." teriak Clara nyaring. Tidak heran mendengar teriakan itu ketika Clara datang. Mereka malah lebih heran ketika melihat Clara yang biasanya ceria, petakilan tapi mendadak diam. Mahes datang dari dalam rumah langsung mengambil alih kantung belanjaan yang Clara bawa, dia tahu adiknya tengah kesusahan. "Beli apa aja ini kamu Dek?" tanya Mahes. Clara bergelayut manja di lengan masnya yang satu ini, "Jajanan kita." Mahes dan Clara ikut bergabung dengan Yoovan, Jeo dan Jiyad. Kantung plastik yang dia bawa tadi, diletakkannya di atas meja di tengah mereka. Clara tidak duduk di kursi seperti yang lain, dia lebih memilih duduk dibawah tepatnya disamping meja. Tangannya sibuk mengeluarkan apa saja yang dia beli, "Emang cukup uang yang Abang kasih buat beli sebanyak ini Dek?" tanya Yoovan heran ketika melihat jajanan yang Clara beli. Yang ditanya merespon dengan cengirannya lebih dulu, "Pasti morotin bang Kevin kata aku sih," bukan Clara yang menjawab, melainkan Jeo. Pria itu ikut duduk dibawah, posisinya sama seperti Clara, bedanya mereka duduk berhadapan saja. "Aku kamu beliin ngga?" tanya Jeo. Jika mereka berdua bercakap, jangan heran jika ucapan keduanya seperti anak-anak bukan selayaknya seumuran keduanya. Clara mengangguk, tangannya mengeluarkan eskrim, "Jangan ambil punya aku lagi," tegas Clara sebelum memberikan Jeo eskrim yang dia belikan. Dengan senang hati, Jeo menerima eskrim dari Clara, "Siap." Setelah memberikan eskrim, Clara tidak lupa membagikan makanan untuk mas-mas dan abang-abangnya. "Ini buat Mas Mahes," satu chiki Clara berikan ke Mahes, "Ini buat Bang Jiyad," lalu dikeluarkan chiki yang lain, "Ini buat Bang Yoo," matanya menatap sekitar, "Mas Rafa sama mas Varo mana?" seingatnya tadi sebelum beranjak ke supermarket, dua masnya itu sudah datang. "Masih dipanggil papi," jawab Jeo dengan mulutnya yang asik menikmati eskrim ditangannya. "Yok kita mulai..." Kevin datang membawa perlengkapan dengan bantuan bunda Farah dibelakangnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN