Sudah tiga hari Clara bermalam di rumah sakit. Ya tepatnya, tiga hari yang lalu Clara dinyatakan positif typus. Dan diharuskan rawat inap sampai kondisinya benar-benar membaik.
Jujur saja, Clara sendiri sudah bosan. Selama tiga hari, dia berbaring di brankar, tidak boleh melakukan apapun. Bahkan makan saja, dia disuapi. Padahal bisa saja, Clara duduk disandaram brankar. Para sepupunya saja yang over, tapi Clara tetap sayang mereka.
"Sshh," mendengar desisan, Jeo yang tadinya fokus dengan layar ponsel langsung bangun menghampiri Clara yang tengah berusaha duduk.
"Mau ke kamar mandi?" tanyanya yang langsung diangguki Clara. Dengan sigap, Jeo membantu Clara untuk menuruni brankar. Tangannya meraih infusan Clara.
Sesampainya di kamar mandi, Jeo menggantung infusan yang tadi dia bawa di gantungan baju, "Aku buka sedikit ya pintunya? Kalo udah selesai teriak aja."
Clara mengangguk, rasanya mau melawan juga tidak ada daya.
Selesai melakukan ritualnya di kamar mandi, Clara memanggil Jeo, "Mau cuci muka Je," pinta Clara dengan suaranya yang manja.
Jeo sama sekali tidak marah, dia dengan senang hati membantu apapun yang Clara butuhkan. Mangkannya jangan heran kalau di umurnya yang menginjak kepala dua, dirinya belum ada kekasih. Karena prioritasnya saat ini hanya Clara yang paling utama.
Tangannya yang kanan memegang infusan, dan tangannya yang kiri membantu Clara memegang rambutnya agar perempuan itu bisa mencuci wajahnya.
"Udah?" tanya Jeo yang langsung diangguki Clara. Jeo membiarkan Clara keluar kamar mandi lebih dulu, dirinya memilih berjalan di belakang adiknya saja.
"Tumben pada belom dateng?" sekeluarnya dari kamar mandi, matanya celingak-celinguk, mencari keberadaan yang lainnya. Tapi nihil, hanya ada dirinya dan Jeo.
Jeo mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu, "Emang kenapa kalo ada aku doang?"
"Ya gapapa Je. Kamu udah sarapan?" tanya Clara, matanya memindah ke jam dinding yang menampilkan jarum jam diangka sepuluh. Jeo sudah dari habis subuh di kamar inapnya.
"Kamu aja ngga mau sarapan, ya aku juga ngga mau lah."
"Yaudah, gimana kalo kita sharing aja sarapannya?" tawar Clara, ketika matanya menatap nampan yang berisikan sarapan paginya, rasanya dia mau muntah saja. Terlalu banyak porsinya untuk dirinya yang masih merasa tidak enak badan.
Jeo ikut melirik nampan yang ada di atas nakas, "Oke, aku juga bawa sesuatu dari rumah, bentar," Jeo menghampiri sofa setelah memasamg kembali infusan Clara ditiangnya sedangkan sang empu infusan sudah terbaring kembali diatas brankar.
Clara melirik apa yang Jeo bawa, "Apa itu?"
"Semalem sebelum bunda tidur, dia buatin ini. Aku disuruh bawa ke markas. Tapi kan aku ngga sempet ke markas, jadi aku bawa ke sini aja."
Clara menganggukkan kepalanya, "Itu aci ya?"
"Yaps, ini cireng," Jeo memberikan cireng yang dia bawa ke Clara, "Kamu jangan pake cukonya ya. Ngga boleh, nanti aku yang di omelin sama yang lain."
Clara menurut, tidak mungkin juga dia meminta cuko yang sekarang tengah dinikmati oleh Jeo. Bisa saja sebenarnya dia memaksa Jeo untuk memberikan cukonya dan Jeopun akan langsung memberikannya. Tapi Clara masih sayang dengan badannya.
"Enak Je, bikinan bunda mah emang ngga pernah gagal. Tapi Je," kunyahan di mulutnya terhenti, "Kamu ngga ngasih tau bunda apa-apa kan?"
Jeo menelan makanannya lebih dulu, lalu dia mengcungkan jempolnya, "Aman."
"Tapi masa bunda ngga nanyain kabar aku?"
"Ck," decakan kesal keluar dari mulut Jeo, "Kalo aku ngga salah liat, tadi ada notifikasi kamu deh dari bunda. Berasa ngga pernah chatan aja tau kamu."
Mendengar dumelan dari Jeo, Clara terkekeh. Hiburan tersendiri untuknya melihat Jeo seperti itu.
Jeo mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, "Kata mas-mas sama abang-abang, mereka telat ke sininya. Ada urusan sebentar."
Clara meminta Jeo untuk mengambilkan ponselnya di atas nakas, "Aku bales lewat hp aku aja."
Clara fokus membalas pesan para sepupunya di grup.
Mas Mahes
Anak cantik, mas izin telat ya
ke rumah sakit. Kamu mau titip
sesuatu?
Bang Jiyad
Aku juga telat ya dek,
mau meeting bentar sama BEM
Bang Yoovan
@JeoJelek kamu udah di rumah
sakit kan nemenin adek?
Jeo Jelek
Udah Bang, aku dari habis subuh
udah di sini
Mas Varo
Aman yo, si jeo tadi udah dateng
pas gue mau balik ngantor
Mas Mahes
Nuhun sadayana, udah mau bantu
jaga adek aing
Mas Varo
Sekali lagi lu ngomong gitu,
gue kick sih serius.
Bang Kevin
Mamam lu @MasMahes
Me
Hai hai, makasih ya udah
perhatian sama aku. Aku aman
kok sama Jeo, kalian selesaiin urusan
dulu aja ya. Pokoknya aku ngga
mau dibuat alesan apapun ya,
utamakan tugas kalian Jeo Jelek
Tenang aja ya, aku di sini sampe
malem juga gakpapa kok.
Bang Jiyad
Adek aku baik banget sih,
mau cimory rasa apa?
Jeo Jelek
Mau rasa almon ya Bang
Me
Apakah aku boleh?
Bang Varo
Cantik, libur dulu ya cimorynya?
Kalo cantik udah sembuh,
Mas janji ngajak adek ke swalayan.
Pilih jajan sepuasnya ya
Me
Bener ya Mas?
Jeo Jelek
Aku juga ih Massss!!!
Bang Kevin
Bocah tantrum ikutan hahaha
Jeo Jelek
Kalo iri sih, bilang aja bos.
Terdengar decakan dari sebelahnya. Clara memindahkan fokusnya, "Bang Kevin cuman bercanda sih Je. Mas Varo bakalan beliin kita berdua kok. Ya kali cuman aku doang."
Jeo memajukan sedikit mulutnya, "Bang Kevin tuh kayaknya kalo ngga berulah, hidupnya hampa deh," sungutnya mengingat bagaimana tingkah sepupunya yang satu itu.
Clara tertawa melihat wajah Jeo dan tingkahnya, "Kalo aku sehat, dia juga suka nyari masalah kok sama aku. Tapi percaya deh Je, kalo diantara kita sakit, bang Kevin tuh perhatiannya melebihin yang lain. Serius deh, coba aja kamu perhatiin. Dia tuh sama sama kita, tapi caranya aja yang di luar nalar. Love languagenya tuh emang berantem. Jadi wajar aja."
"Dih, kamu sakit kok jadi waras sih? Bukan biasanya kamu ya yang paling emosian kalo bang Kevin berulah?"
Memang benar apa yang Jeo katakan, "Ya aku ngeliat aja gimana perhatiannya dia sama kita."
Jeo mengangguk saja, "Tuh, bang Jiyad ada ngetag kamu di grup," Clara kembali fokus dengan ponselnya.
Bang Jiyad
@Me kamu abang beliin jus aja mau?
atau s**u beruang?
Me
Jus alpukat aja ya Bang.
Bang Jiyad
Oke cantik, ini Abang dikit lagi
selesai meetingnya, tunggu ya.
Me
Makasih Bang Jiyy Bang Kevin
Gue dikit lagi mau otw,
@JeoJelek @Me adakah yang
mau dititip?
Jeo Jelek
Mau mentahnya aja kalo
dari Abang
Bang Kevin
Yee ngelunjak bocahnya.
Mas Varo
Nanti Mas yang kasih mentahnya
aja ya.
Bang Kevin
Gue juga kan Mas?
Mas Varo
Maaf, nomor yang anda tuju
sedang tidak aktif atau berada di
luar service area. Cobalah beberapa
saat lagi.
Bang Kevin
OASSUUUUU COK
Bang Yoovan
Udah Abang tf Vin, cek mutasi.
Bang Kevin
Eh sis @Me kayaknya brother kita ketuker deh?
Tawa Clara membuncah membaca chat terakhir Kevin. Bahkan air matanya sampai keluar, "Ada aja ih tingkah random bang Kevin."
Jeo juga ikut tertawa, "Kan udah dibilang Ra."
Lelah menghadapi kerandoman keluarganya, Clara memilih meletakkan ponselnya ke atas nakas.
"Yuk kita makan," Jeo bangun dari duduknya guna mengambil nasi dan beberapa lauk yang disediakan.
Tadinya Jeo penasaran akan rasanya, tapi setelah menyuapkan satu suapan ke mulutnya, rasa laparnya menghilang begitu saja.
"Kenapa kok gitu mukanya pas nyicipin? Ngga enak ya?" tanya Clara penasaran ketika melihat ekspresi raut wajah Jeo.
Jeo langsung menggeleng, "Aku kan sehat, mulut aku emang ngga cocok. Ini kayaknya emang buat kamu aja. Aku suapin aja ya?"
Clara langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu menggeleng dengan cepat, "Beberapa suap aja ya?" rayu Jeo tak gentar. Clara harus minum obat, itu artinya dia juga harus makan.
"Tiga suap ya?" pinta Clara yang sudah memasang wajah melasnya, biasanya ini akan ampuh jika dia pasang dihadapan mas-mas dan abang-abangnya.
Jeo menghela nafas pasrah, "Yaudah. Lima ya, ngga ada tawar menawar lagi. Oke?"
Kini gantian Clara yang menghela nafas pasrah, "Oke lima."
Senyum semringah terbit di wajah Jeo. Jarang sekali Clara mau langsung mengalah ketima tawar menawar. Memang ya, ketika sakit tidak akan berdaya untuk melawan.