Bab 16 | Sesal yang Membelenggu

1992 Kata

Dipta sudah mondar-mandir di depan kamar Saki sejak subuh tadi, menunggu wanita itu membuka pintunya. Dia enggan mengetuknya karena takut membangunkan Saki yang masih lelah, dia juga tau wanita itu perlu beristirahat setelah perjalanannya. Sehingga yang dia lakukan hanyalah menunggu dengan hati yang gelisah dan menyusun apa yang akan dia ucapkan pada Saki. Dia duduk di sofa, menyetel televisi agar susasana tidak terasa sunyi, perutnya lapar karena semalam hanya memakan roti dan kopi di bandara. Namun, laparnya tidak membuat dia beranjak memesan makanan, yang dia inginkan adalah melihat Saki secepatnya. Saki mengerjapkan matanya saat mendengar suara ponselnya berdering. Panggilan dari Indira membuatnya mengernyit. Tadi setelah subuh dia memutuskan untuk kembali tidur. Jam sudah menunju

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN