Fakta yang membuat iri

1249 Kata
Rasa panik, dan bersalah yang Mahesa rasakan tadi, dalam sekejap hilang, di saat ponsel yang ada dalam saku celananya berbunyi. Dan membuat Mahesa yang ada dalam ruangan Dokter Arya, mau tak mau keluar dari ruangan untuk mengangkat panggilan yang Mahesa tunggu-tunggu sejak kemarin. Panggilan dari isterinya yang sedang marahan dengan dirinya. Lebih tepatnya, isterinya yang sudah membenci dirinya karena ia diam-diam sudah ada niat ingin menikah sekali lagi hanya untuk mendapatkan anak Isterinya yang melarang dirinya pulang, isterinya yang muak melihat wajahnya, meminta pada dirinya agar jangan pulang dulu ke rumah sampai perasaannya sedikit baik, dan rasa sakit hatinya akan rencana dirinya dan mamanya, lebih tepatnya rencana mamanya bisa berkurang bahkan menghilang. Membuat Mahesa tidur di kantornya tadi malam, walau di hari-hari lain tanpa ia dan isterinya bermasalah. Mahesa maupun isterinya sesekali bahkan sering menginap di kantor. Itu yang di minta, dan di mohonkan oleh isterinya kemarin, dan mahesa menurut. Tapi, tak ada kata-kata yang keluar dari mulut isterinya kalau ia akan terbang ke Jakarta pagi ini, pergi menginap selama 1 minggu di rumah kedua orang tuanya. Sialan! Mahesa tidak setuju dengan bagian yang ini. Masalah rumah tangga mereka bisa belarut-larut nanti, dan setelah mendapat kabar dari mulut isterinya, hampir saja Mahesa pergi ke Bandara, meninggalkan Ayu yang sedang di tangani oleh Om-nya. Tapi, urung di lakukan Mahesa di saat ada satu notifikasi chat yang masuk dalam ponselnya. Chat dari Safira yang mengirim gambar kalau ia sudah duduk manis di atas bangku pesawat, dan beberapa menit lagi pesawat itu akan mengudara. Dan ya, Mahesa tidak bisa dan tidak cukup waktu apabila pergi menyusul isterinya saat ini. Membuat Mahesa masih berada di rumah sakit , lebih tepatnya di dalam ruangan Om nya. Dengan Om nya yang hanya duduk diam sedari tadi. Dan Mahesa melirik kearah Ayu yang tidak tidur, tapi terlihat memejamkan kedua matanya paksa. Terlihat dari kedua matanya yang bergerak-gerak di depan sana. "Kenapa bisa keluar darah? Apakah darah itu, dari itunya?"Mahesa membuka suara. Penasaran dengan apa yang terjadi pada Ayu. Dokter Arya yang merenung sedari tadi, mau tak mau menatap pada keponakannya Mahesa yang menanti tak sabar jawaban keluar dari mulutnya. "Dia pendarahan, Mahesa...."Ucap Dokter Arya dengan nada sedangnya. Membuat kedua mata Mahesa membulat terkejut. "Apa? Dia nggak hamil, tapi kenapa bisa pendarahan?"Tanya Mahesa bingung. Membuat Ayu yang mencoba agar ia tidur, dan istrahat atas intruksi dari Dokter. Membuka matanya, dan sontak menatap kearah Mahesa. Dan menyadari ada orang yang menatapnya. Tatapan Mahesa pada Omnya terputus, dan Mahesa sedang menatap Ayu dengan tatapan teliti, dan dalamnya saat ini. Dan Ayu, tak tahan. Hanya 5 detik ia mampu beradu tatapan dengan Mahesa, karena sekali lagi, Ayu merasa familiar, dan devaju dengan tatapan laki-laki itu padanya, dan Ayu tidak ingin berpikir keras saat ini. Ia tidak boleh stress, kalau tidak anaknya akan benar-benar pergi dan keluar dari rahimnya sebelum waktunya. "Kenapa kamu yang membawa pasien Om kemari? seragam yang di gunakanya adalah seragam kantor kamu, pasien Om hebat sekali karena bisa membuat bos besar turun tangan untuk membawanya kemari, dan dalam waktu yang tepat...."Sindir Dokter Arya dengan nada sinis, dan tatapan menuntunnya pada Mahesa. Mahesa yang terlihat salah tingkah saat ini. Bahkan melupakan pertanyaannya tentang keadaan Ayu dan apakah orang yang tidak hamil seperti Ayu bisa pendarahan? Melihat keponakannya yang arogan sedang salah tingkah saat ini, membuat senyum licik terbit di kedua bibir Dokter Arya. Walau hatinya sangat cemas. Melihat kepanikan yang ada di wajah Mahesa, kegesitan Mahesa dalam membaringkan tubuh Ayu, bahkan kegesitan Mahesa dalam membantu dirinya membuka pakaian, dan celana Ayu yang sudah di kotori oleh darah. Seharusnya bukan Mahesa yang melakukan itu semua, seharusnya perawatnya yang melakukan itu. Tapi, Mahesa memaksa, dan ngotot bahkan membentak dua perawatanya yang akan membantu dirinya tadi, membuat Dokter Arya mengalah dalam ketakutan yang sangat besar. Ikatan batin antara Mahesa dengan anak yang ada dalam perut pasiennya Ayu sangat kuat. Bahkan sifat kebapakan Mahesa terpancar begitu terang, padahal umur janin Ayu baru seuprit. Dan yang membuat Dokter Arya kagum, takjub, dan tak percaya. Janin yang ada dalam kandungan Ayu sangat kuat dan hebat. Berarti rasa ingin melihat ibunya, ingin melihat bapaknya, ingin melihat dunia, dan tinggal di dunia ini kuat. anak Mahesa yang di kandung Ayu tanpa ada orang lain selain dirinya yang tahu sangat kuat, dan tangguh. Ayu mengalami pendarahan yang lumayan hebat, dan yang membuat ibu maupun janin selamat, karena Mahesa membawa Ayu tepat waktu bahkan sangat tepat waktu. Tak tahu saja, bahkan di saat perjalanan kemari tadi. Mahesa melanggar janjinya pada sang mama kalau ia tidak akan menyetir lagi, selain itu bahkan Mahesa menabrak seorang pengendara motor, dan sudah di urus oleh asistennya, karena sangat cemas pada keadaan Ayu. Dan tanpa sadar, Mahesa telah menyelamatkan apa yang ia inginkan selama ini. Seorang atau mungkin lebih dari seorang anak yang ada dalam kandungan Ayu saat ini. "Kenapa diam? Kamu jangan hanya bisa menuduh Om yang tidak-tidak. Pegawai rendahan seperti Ay----," "Tutup mulut Om. Aku punya rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia b***k yang bekerja sebagai tukang bersih di ruanganku. Apakah aku hanya harus melihatnya saja, di saat ia tak berdaya seperti tadi?"Potong Mahesa ucapan Omnya dengan nada yang keras, dan kasar. Membuat Dokter Arya bungkam. Dan tatapan mata Dokter Arya langsung menatap kearah Ayu yang ternyata sedang menatap dirinya juga saat ini. Ayu menatapnya dengan tatapn berkaca-kaca. Membuat hati Dokter Arya yang sesak semakin sesak. Entah kenapa, Dokter Arya tak suka mendengar Mahesa yang merendahkan Ayu tadi. Mengatakan kalau Ayu adalah budaknya. Perih sekali hati di dalam sana, dan semakin perih di saat Dokter Arya melihat air mata Ayu yang sudah luruh membasahi kedua pipinya yang agak pucat. "Ayu kenapa?" "Om tuli?"Ucap Mahesa kasar, membuat Dokter Arya mengepalkan kedua tangannya erat. Menahan amarah akan ucapan Keponakan yang sangat b******n barusan. "Apa urusanmu ? Kenapa ka-----," "Dia budakku di kantor. Aku yang akan bertangg------," "Dia hamil, makanya dia pendarahan...."Ucap Dokter Arya cepat. Tak tahan mendengar kata merendahkan, b***k untuk Ayu yang keluar dari mulut Mahesa. Mahesa yang menganga lebar saat ini, bagaimana tidak menganga, asisten mamanya mengatakan kalau ayu adalah wanita mandul kemarin. Bagaimana bisa wanita itu hamil saat ini? "Jangan bercanda Om, dia mandul. Nggak akan bisa ham----," "Tapi, nyatanya dia hamil."Bentak Dokter Arya tertahan. Sakit hatinya mendengar ucapan mulut Mahesa yang mengatakan Ayu mandul. "Hamil anak , Om? Jadi, ini alasan Om dan Dia berpe----," "Tutup mulutmu, Mahesa. Om mandul kalau kamu lupa...." "Kami berpelukan untuk merayakan kehamilannya setelah 5 tahun panjang ia dan suaminya menanti untuk segera memiliki anak selama ini. Ayu hamil dengan suaminya." "Hamil dengan suaminya?"Bisik Mahesa dengan hati yang tiba-tiba terasa sesak saat ini. Dan mendapat anggukan mantap dari Dokter Arya. "Kamu kira hamil dengan setan?"sinis Dokter Arya dingin. Dan di balas dengan.... Bruk Mahesa yang membanting pot bunga kaca yang berisi mawar yang ada di atas meja kerja Dokter Arya. Dokter Arya maupun Ayu yang sangat kaget akan kelakuan Mahesa barusan. Mahesa yang sudah beranjak tanpa kata, meninggalkan Dokter Arya maupun Ayu dalam kebingungan. Ada apa dengan laki-laki itu? Dan pertanyaan Ayu dan Dokter Aruy terjawab di saat.... "Aku iri. Aku iri. Kenapa isteriku nggak hamil-hamil padahal sudah 8 tahun kami menikah! b*****t kan? Nggak adilkan dunia b******k ini?"Teriak Mahesa dengan nada putus asa, dan tatapan nanarnya di depan sana. Ya, Mahesa sangat iri pada Ayu. Sangat iri pada suami Ayu. Kapan isterinya hamil? Kapan ia akan memiliki anak? Anak kandung, bukan anak angkat atau sejenisnya yang lain. Mahesa ingin membesarkan anak dari hasil benihnya sendiri. Tetapi, kenapa sangat sulit untuk ia dapatkan dan isterinya gapai selama ini? Ah, b******n sekali hidup di dunia ini!!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN